BAB 1
PENDAHULUAN
BUDIDAYA
TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L)
Latar
Belakang
Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial)
berbentuk pohon, di alam dapat mencapai
ketinggian 10m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak
lebih dari 5m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas.
Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif. Kakao secara umum adalah
tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan). Walaupun demikian, beberapa varietas kakao mampu
melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual
yang lebih tinggi (Anonimus, 2013).
Bunga kakao, sebagaimana anggota
Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung
dari batang (cauliflorous). Bunga sempurna berukuran kecil
(diameter maksimum 3 cm), tunggal, namun nampak terangkai karena sering
sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas.Penyerbukan bunga dilakukan oleh
serangga (terutama lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut
bersayap, afid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya terjadi pada
malam hari1. Bunga siap diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari (Dermawan, 2013).
Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah jauh
lebih besar dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah terdiri
dari 5 daun buah dan memiliki ruang dan di
dalamnya terdapat biji. Warna buah berubah-ubah.
Sewaktu muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila masak kulit luar buah biasanya
berwarna kuning.Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah, di bagian dalam. Biji
dilindungi oleh salut biji (aril) lunak berwarna
putih. Dalam istilah pertanian disebut pulp. Endospermia biji mengandung lemak
dengan kadar yang cukup tinggi. Dalam pengolahan pascapanen, pulp difermentasi
selama tiga hari lalu biji dikeringkan di bawah sinar matahari (Rizaldi, 2003).
Di Indonesia, kakao mulia dihasilkan oleh beberapa
perkebunan tua di Jawa, seperti di Kabupaten Jember yang dikelola oleh PT
Perkebunan Nusantara XII (Persero). Kultivar-kultivar penghasil kakao mulia berasal dari pemuliaan yang dilakukan pada masa kolonial Belanda, dan dikenal
dari namanya yang berawalan "DR" (misalnya DR-38). Singkatan ini
diambil dari singkatan nama perkebunan tempat dilakukannya seleksi (Djati
Roenggo, di daerah Ungaran, Jawa Tengah). Kakao mulia
berpenyerbukan sendiri dan berasal dari tipe
Criollo (Sukamto, 2014).
Produksi kakao telah meningkat dari 1,5 juta ton pada
tahun 1983-1984 menjadi 3,5 juta ton pada tahun 2003-2004, hampir seluruhnya
karena perluasan area produksi daripada menghasilkan meningkat. Kakao ditanam
baik oleh perkebunan besar dan agroindustri produsen kecil, sebagian besar produksi
berasal dari jutaan petani yang memiliki beberapa pohon masing-masing (Wildan,
2001).
Sebuah pohon mulai berbuah dan dipanen ketika tanaman
sudah berumur empat atau lima tahun. Sebuah pohon dewasa mungkin memiliki 6.000
bunga dalam setahun, namun hanya sekitar 20 buah. Sekitar 300-600 bibit
(kira-kira dari 10 buah) yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg pasta
kakao.Sebagian besar daerah produsen kakao di Indonesia menghasilkan kakao
curah. Kakao curah berasal dari kultivar-kultivar yang self-incompatible. Kualitas kakao curah
biasanya rendah, meskipun produksinya lebih tinggi. Bukan rasa yang diutamakan
tetapi biasanya kandungan lemaknya Asia, 2006).
Secara historis, pembuat cokelat telah mengakui tiga
kelompok kultivar utama biji kakao digunakan untuk membuat kakao dan coklat
Yang paling berharga, langka, dan mahal adalah kelompok Criollo, biji kakao
yang digunakan oleh Bangsa Maya. Hanya 10% dari coklat terbuat dari Criollo,
yang kurang pahit dan lebih aromatik daripada kacang lainnya. Biji kakao di 80%
dari coklat dibuat dengan menggunakan biji dari kelompok Forastero. Pohon
Forastero secara signifikan lebih keras daripada pohon Criollo, sehingga biji
kakao lebih murah. Trinitario, hibrida dari Criollo dan Forastero, digunakan
pada sekitar 10% dari coklat (Franky, 2011).
Tujuan laporan
Laporan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
berbudidaya tanaman kakao(Theobroma cacao
L) dengan baik dan benar.
Kegunaan laporan
1. Sebagai
syarat untuk mengikuti Praktikal Tes praktikum Tbt, kakao, kelapa,
dan kopi di Fakultas Pertanian Universitas
Islam Sumatera Utara.
2. Sebagai
pengembangan ilmu budidayatanaman pada dunia pertanian.
3. Sebagai
bahan informasi kepada pihak yang membutuhkan mengenai
budidaya tanaman kakao, kelapa dan kopi.
TINJAUAN
PUSTAKA
Sistematika tanaman kakao(Theobroma cacao L)
Menurut Wildan Hafsaki (2001).
Kedudukan tanaman kakao dalam taksonomi tumbuhan diklsifikasikan:
Kingdom :
Plantae
Divisio :
Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Malvales
Familia
: Sterculiaceae
Genus
: Theobroma
Morfologi tanaman Kakao(Theobroma cacao L).
Akar
Sistim perakaran kakao
sangat berbeda tergantung dari keadaan tanah tempat tanaman tumbuh. Pada
tanah-tanah yang permukaan air tanahnya dalam terutama pada lereng – lereng
gunung, akar tunggang tumbuh panjang dan akar-akar lateral menembus sangat jauh
ke dalam tanah. Sebaliknya pada tanah yang permukaan air tanahnya tinggi, akar
tunggang tumbuh tidak begitu dalam dan akar lateral berkembang dekat permukaan
tanah (Rizaldi,2003).
Ukuran akar tanaman kakao
untuk panjang lurus ke bawah kira-kira ± 15 meter dan akar untuk kesamping ± 8
meter. Akar tunggang ini berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus ke bawah,
bercabang-cabang banyak dan bercabang cabang lagi. Warna akarnya adalah
kecoklatan. Perkembangan pada sebagian besar akar lateral tanaman kakao berada
pada dekat permukaan tanah (Dermawan,2013)
Batang
Tinggi tanaman kakao jika
dibudidayakan di kebun maka tinggi tanaman kakao umur 3 tahun mencapai 1,8 – 3
meter dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,5 – 7 meter. Tinggi tanaman
tersebut beragam , dipengaruhi oleh intensitas naungan dan faktor-faktor tumbuh
yang tersedia. Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk
tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas
ortotrop atau tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan tunas yang arah
pertumbuhannya ke samping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas atau fan)
(Sukamto, 2014).
Batang tanaman
kakao memiliki jenis batang yang bercabang atau memiliki banyak ranting yang
tersebar di setiap mata batang tersebut. Batang tanaman kakao memiliki warna
batang yaitu coklat kehitaman, memiliki kulit yang berkerang keras dan bergetah
kekuningan, kulit dari batang tanaman ini berserat-serat tebal dan kuat dan
dapat digunakan sebagai pengikat (Sukamto, 2014).
Daun
Sama dengan sifat percabangannya,
daun kakao juga bersifat dimorfisme. Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya
panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai
daunnya hanya sekitar 2,5 cm. Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik
halus, bergantung pada tipenya. Salah satu sifat khusus daun kakao yaitu adanya
dua persendian (articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai
daunyang membuat daun mapu membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah
datangnya sinar matahari (Wildan,2001).
Bentuk helai daun bulat memanjang
(oblongus), ujung daun meruncing (acuminatus) dan pangkal daun runcing
(acutus). Susunan daun tulang menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan
bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat seperti
perkamen. Warna daun dewasa hijau tua bergantung pada kultivarnya. Panjang daun
dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm. Permukaan daun licin dan mengkilap (Wildan,
2001).
Bunga
Tanaman kakao bersifat kauliflori.
Artinya bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan
cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal
atau biasa disebut dengan bantalan bunga (cushioll).Daun mahkota panjangnya 6-8
mm, terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang
(claw) dan bisanya terdapat dua garis merah. Bagian ujungnya berupa lembaran
tipis, fleksibel, dan berwarna putih (Asia, 2006).
Bunga kakao mempunyai rumus
K5C5A5+5G (5) artinya, bunga disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama
lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan
masing-masing terdiri dari 5 tangkai sari tetapi hanya 1 lingkaran yang fertil,
dan 5 daun buah yang bersatu. Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan.
Warna yang kuat terdapat pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga ini
khas untuk setiap kultivar. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm)
(Asia, 2006).
Buah
Buah kakao berupa buah buni yang daging
bijinya sangat lunak. Kulit buah mempunyai sepuluh alur dan tebalnya 1 – 2 cm,
Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam
warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah
masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna
merah, setelah masak berwarna jingga (oranye) (Franky, 2011).
Buah tanaman kakao
berbentuk lonjong dengan ujung bawah berbentuk lancip dan ujung atasnya
terdapat batang buah. Buah tanaman kakao yang muda memiliki warna hijau tua dan
ada juga kakao yang memiliki warna buah kemerahan. Dan warna buah kakao yang
sudah matang memiliki warna hijau kekuningan sampai kuning pekat. Kematangan
yang baik untuk buah kakao adalah yang berwarna hijau kekuningan (Franky, 2011).
Biji
Biji tanaman kakao berbentuk lonjong dan pipih, biji
tersebut memiliki lender yang mengandung glukosa, biji inilah yang selanjutnya
akan dikelolah dan dijadikan serbuk coklat murni. Biji kakao tinggi akan
berbagai giji yang banyak gunanya untuk tubuh manusia. Serbuk kakao di produksi
sebagai bahan pembuatan berbagai makanan baik itu bahan pembuatan kue, maupun
berbagai cemilan yang di konsumsi masyarakat dunia (Franky, 2011).
Biji kakao selain untuk bahan
pembuatan makanan, dapat juga digunakan sebagai bibit kakao yang akan
menghasilkan tanaman kakao yang baru. Untuk mendapatkan bibit kakao yang baik
sebagainya bibit kakao tersebut berasal dari balai penelitian bibit di
Indonesia. Selain untuk menjamin pertumbuhan tanamannya yang baik juga dapat
menjamin tingginya produktifitas hasil dari perkebunan kakao yang di usahakan
(Asia, 2006).
Syarat Tumbuh Tanaman Kakao
(Theobroma cacao L)
Iklim
Berdasarkan data-data
keadaan kondisi iklim dan tanah, tingkat kesesuaian lahan untuk suatu tanaman
dapat dievaluasi dan diklasifikasikan dalam katagori sesuai (S) atau tidak
sesuai (N). Lahan yang sesuai dapat dibedakan menjadi S1 (sesuai), S2 (cukup
sesuai), dan S3 (kurang sesuai).Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala
bagi pertumbuhan. Lingkungan alami tanaman kakao adalah hutan tropis. Dengan
demikian curah hujan, suhu udara dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor
iklim yang menentukan. Demikian juga dengan faktor fisik dan kimia tanah yang
erat kaitannya dengan daya tembus (penetrasi) dan kemampuan akar menyerap hara
(Asia, 2006).
Lingkungan hidup alami tanaman cokelat adalah hutan
hujan tropis yang didalam pertumbuhannya membutuhkan naungan
untuk mengurangi pencahayaan penuh. Areal penanaman cokelat yang
ideal adalah daerah-daerah bercurah hujan 1.100 – 3.000 mm per
tahun, serta Temperature ideal bagi tumbuhan cokelat adalah 30o –
32oC (maksimum) dan 18o – 21o (minimum).
(Asia, 2006).
Curah Hujan
Curah hujan yang berhubungan dengan pertanaman dan
produksi kakao ialah distribusinya sepanjang tahun. Hal tersebut berkaitan
dengan masa pembentukan tunas muda dan produksi. Areal penanaman kakao yang
ideal adalah daerah-daerah dengan curah hujan 1.100-3.000 mm per tahun. Curah
hujan yang melebihi 4.500 mm per tahun tampakya berkaitan erat dengan serangan
penyakit busuk buah (blask pods). Daerah yang curah hujannya lebih rendah dari
1.200 mm per tahun masih dapat ditanami kakao, tetapi dibutuhkan air irigasi
(Rizaldi, 2003).
Hal ini disebabkan air yang hilang karena transpirasi
akan lebih besar dari pada air yang diterima tanaman dari curah hujan, sehingga
tanaman harus dipasok dengan air irigasi. Di tinjau dari tipe iklimnya, kakao
sangat ideal ditanam pada daerah-daerah yang tipenya iklim Am (menurut Koppen)
atau B (menurut Scmidt dan Fergusson). Di daerah-daerah yang tipe iklimnya C
menurut (Scmidt dan Fergusson) kurang baik untuk penanaman kakao karena bulan
keringnya yang panjang. Dengan membandingkan curah hujan diatas dengan curah
hujan tipe Asia, Ekuator dan Jawa maka secara umum areal penanaman kakao di
Indonesia masih potensial untuk dikembangkan. Adanya pola penyebab curah hujan
yang tetap akan mengakibatkan pola panen yang tetap pula (Anonimus, 2013).
Suhu
Temperatur Pengaruh temperatur
terhadap kakao erat kaitannya dengan ketersedian air, sinar matahari dan
kelembaban. Faktor-faktor tersebut dapat dikelola melalui pemangkasan, penataan
tanaman pelindung dan irigasi. Temperatur sangat berpengaruh terhadap
pembentukan flush, pembungaan, serta kerusakan daun. Menurut hasil penelitian,
temperatur ideal bagi tanaman kakao adalah 300C - 320C (maksimum) dan 180C-210C
(minimum). Kakao juga dapat tumbuh dengan baik pada temperatur minimum 15o C
perbulan. Temperatur ideal lainnya dengan distribusi tahunan 16,60C masih baik
untuk pertumbuhan kakao asalkan tidak didapati musim hujan yang panjang
(Dermawan, 2013).
Berdasarkan keadaan iklim di Indonesia
temperatur 250-260 C merupakan temperatur rata-rata tahunan tanpa faktor
terbatas. Karena itu daerah-daerah tersebut sangat cocok jika ditanami kakao.
Temperatur yang lebih rendah 100 C dari yang dituntut tanaman kakao akan
mengakibatkan gugur daun dan mengeringnya bunga, sehingga laju pertumbuhannya
berkurang Rizaldi, 2003).
Intensitas Cahaya Matahari
Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti tanaman
kakao akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan batang relatif
pendek. Pemanfaatan cahaya matahari semaksimal mungkin dimaksudkan untuk
mendapatkan intersepsi cahaya dan pencapain indeks luas daun optimum. Kakao
tergolong tanaman C3 yang mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah
(Anonimus, 2013).
Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan
cahaya pada tajuk sebesar 20 persen dari pencahayaan penuh. Kejenuhan cahaya
didalam fotosintesis setiap daun yang telah membuka sempurna berada pada
kisaran 3-30 persen cahaya matahari atau pada 15 persen cahaya matahari penuh.
Hal ini berkaitan pula dengan pembukaan stomata yang lebih besar bila cahaya
matahari yang diterima lebih banyak (Dermawan, 2013).
Tanah
Kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan persyaratan kimia dan fisik yang berperan dalam pertumbuhan dan produksi tanaman kakao terpenuhi. Kemasaman tanah, kadar zat organik, unsur hara, kapasitas adsorbsi, dan kejenuhan basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan, sementara faktor fisiknya adalah kedalaman efektif, tinggi permukan air tanah, drainse, struktur dan konsesntensi tanah. Selain itu kemiringan lahan juga merupakan sifat fisik yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kakao.
Kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan persyaratan kimia dan fisik yang berperan dalam pertumbuhan dan produksi tanaman kakao terpenuhi. Kemasaman tanah, kadar zat organik, unsur hara, kapasitas adsorbsi, dan kejenuhan basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan, sementara faktor fisiknya adalah kedalaman efektif, tinggi permukan air tanah, drainse, struktur dan konsesntensi tanah. Selain itu kemiringan lahan juga merupakan sifat fisik yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kakao.
Cokelat dapat tumbuh pada berbagai jenis
tanah, asalkan persyaratan fisik dan kimia yang berperan
terhadap pertumbuhan dan produksi cokelat terpenuhi. Tanaman cokelat
dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki kemasaman (pH) 6 –
7,5, tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4. (Asia,
2006).
Ketinggian tempat
Ketinggian tempat
Ketinggian tempat di Indonesia yang ideal untuk penanaman kakao adalah tidak
lebih tinggi dari 800 m dari permukaan laut.Ditinjau dari wilayah penanamannya
kakao ditanam pada daerah-daerah yang berada pada 10o LU sampai dengan 10o LS.
Walaupun demikian penyebaran pertanaman kakao secara umum berada diantara 7oLU
sampai 18oLS. Hal ini erat kaitannya dengan distribusi curah hujan dan jumlah
penyinaran matahari sepanjang tahun. Kakao juga masih toleran pada daerah 20o
LU sampai 20o LS.Dengan demikian Indonesia yang berada pada 5o LU sampai dengan
10o LS masih sesuai untuk pertanaman kakao (Franky, 2011).
Ketinggian tempat pada suatu daerah juga berpengaruh terhadap suhu dan tempuratur pada daerah tersebut. Temperatur yang tinggi akan memacu pembungaan, tetapi kemudian akan gugur. Pembungaan akan lebih baik jika berlangsung pada temperatur 230 C. Demikian juga tempertur 26oC pada malam hari masih lebih baik pengaruhnya terhadap pembungaan dari pada temperatur 23o-300 C (Franky, 2011).
Ketinggian tempat pada suatu daerah juga berpengaruh terhadap suhu dan tempuratur pada daerah tersebut. Temperatur yang tinggi akan memacu pembungaan, tetapi kemudian akan gugur. Pembungaan akan lebih baik jika berlangsung pada temperatur 230 C. Demikian juga tempertur 26oC pada malam hari masih lebih baik pengaruhnya terhadap pembungaan dari pada temperatur 23o-300 C (Franky, 2011).
BAHAN DAN METODE
Tempat danWaktu
Praktikum ini dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Islam Sumatera Utara, Jln. Karya Wisata Ujung, kecamatan Namurambe, Kabupaten
Deli Serdang. Ketinggian tempat + 25 mdpl dengan topografi
datar.penelitian ini di laksanakan pada hari sabtu tanggal 28 maret 2015 pukul
14.00 Wib sampai selesai.
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan adalah bibit tanaman kelapa (Cocos nucifera), bibit
tanaman kopi (coffea arabicana) dan benih tanaman kakao (Theobroma cacao).
Alat
Alat yang digunakan adalah: meteran, cangkul, benang nilon, patok,
parang, babat, gembor, bambu, tali plastic, dan alat tulis serta alat-alat yang
mendukung praktikum ini.
1.
PELAKSANAAN PENELITIAN
Pembukaan lahan
Pembukaan lahan (land
clearing) sebagai tahap awal penyiapan lahan dapat dilakukan dengan dua cara
utama yaitu dengan cara manual membabat dan membakar (slash and burn) atau
dengan cara mekanis memakai alat – alat besar. Pembukaan lahan pada penelitian
ini dilakukan dengan cara membersihkan seluruh gulma yang ada di areal lahan.
Pembukaan lahan dilakukan dengan mencangkul dan membabat rumput – ruput yang
ada di areal lahan, kemudian mengumpulkan gulma yang telah dibabat dan dibuang
di samping areal lahan percobaan.
Hal yang pertama kali dilakukan dalam praktikum ini adalah pembukaan
lahan, yang semula lahan ditumbuhan gulma harus dibersihkan sehingga tidak ada
lagi tanaman pengganggu lagi. Tujuan dari pembukaan lahan tersebut untuk
pengolahan tanah yang akan di jadi kan tempat budidaya tanaman yang dilakukan.
Persiapan areal
Areal tanam adalah gundukan tanah yang
sengaja dibuat oleh petani untuk menanam tanaman sayuran dengan lebar dan
tinggi tertentu. Plot dibentuk dengan cara mencangkuli bongkahan tanah menjadi
struktur tanah yang remah/gembur. Tanah
dicangkul sedalam 30 cm dan menggemburkan tanah yang telah dicangkul. Plot
yang dibuat pada penelitian ini berukuran 200 x 200 cm dengan tinggi plot
setinggi 20 – 30 cm. Pada pembuatan plot ini menggunakan alat – alat yang
sederhana seperti cangkul, parang babat, dan tali plastic.
Setelah lahan bersih,
pembuatan plot dilakukan dengan menggunakan cangkul, plot dibentuk dengan
ukuran 200 cm x 200 cm, ketinggian plot 20 cm jarak antar plot 50 cm, jarak
antar ulangan 100 cm. Pembuatan plot ini berguna untuk tanaman yang baru di
tanaman, pembuatan plot ini mencegah erosi tanah, agar unsur hara yang ada di
plot tersebut tidak lihat.
Pembuatan naungan
Pembibitan kakao membutuhkan naungan, karena
benih kakao akan lebih lambat pertumbuhannya pada pencahayaan sinar matahari
penuh. Penanaman kakao tanpa pelindung saat ini giat diteliti dan diamati
karena berhubungan dengan biaya penanaman maupun pemeliharaan. Penanaman
dilakukan dipagi hari pada musim hujan tenyata lebih baik hasilnya kalau
sore/malam harinya hujan turun dibandingkan dengan jika hujan yang turun 2 hari
kemudian. Dengan demikian, air dan hara memang merupak faktor penentu bila mana
cahaya matahari dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi pertanaman kakao.
Pembuatan naungan berfungsi untuk
menaungi penyemaian benih kakao, karena pada saat penyemaian benih kakao
intensitas matahari harus sesedikit mungkin terkena benih karena benih tidak
bisa tumbuh bila terkena cahaya matahari yang terlalu banyak. Pembuatan naungan
tersebut dilakukan dengan mengukur luas areal naungan yang akan di buat, tiang
naungan menggunakan bamboo maupun kayu dan bersifat semi permanen. Atap naungan
dapat menggunakan sisa-sisa daun kelapa sawit yang sudah di tunas, sehingga
atap tersebut dapat bertahan hingga umur benih semaian kakao sudah tumbuh
besar.
Penanaman
Penanaman benih bibit kakaodilakukan
setelah bibit sudah mencapai tinggi diatas 30 cm. penanaman dilakukan pada plot
percobaan sesuai dengan jarak yang telah ditentukan, dengan jumlah populasinya
adalah masing-masing satu bibit setiap satu plot. Bibit kakao ditanam tepat di
pertengahan plot tanam sehingga hanya ada satu tanaman pada satu plot.
Penanaman benih kakao dilakukan dengan jarak tanam sekitar 10 cm pada
areal tanam, areal tanam tersebut di lubangi lalu di beri pasir di dalamnya,
sehingga penyemaian benih kakao tersebut dengan mudah di lakukan dan dapat juga
dengan muda dipindahkan karena perakaran dari benih kakao tersebut mudah di
caput dan tidak menyebabkan akar terputus, penanaman benih ini harus dilakukan
serentak agar pertumbuhan tanaman kakao pada satu tempat akan sentak tingginya.
Pemiliharaan Tanaman kakao(Theobroma
cacao L)
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari dengan menggunakan gembor. Kecuali
turun hujan karena pada saat turun hujan keadaan tanah lembab jadi tidak perlu
dilakukan penyiraman. Penyiraman terus menerus pun akan menyebabkan tanaman
kakao dapat terkena serangan pathogen, maka dari itu penyiraman harus melihat
kondisi tanah itu sendiri.
b. Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan areal tanam penyemaian dari
tanaman penggangu (gulma). Penyingan dilakukan dua minggu sekali penyiangan
pada tanaman jagung yang masih muda biasanya dengan tangan atau cangkul kecil,
garfu dan sebagainya yang penting dalam penyiangan ini tidak menggangu
perakaran yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat untuk mengcengkram
tanah. Hal ini biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 14 hari.
d. Pemupukan
Pemberian pupuk diberikan dengan cara lubang, yaitu dengan melubangi
tanah di sekitar pohon kelapa, kakao dan kopi sebanyak tiga lubang. Hal lini
dilakukan agar kndungan hara pada pupuk tidak menguap ke udara. Pemberian pupuk
dilakukan pada umur10 hari setelah tanam pemberian kedua pada umur satu bulan
setelah tanam dengan dosis pupuk sesuai perlakukan kita atau 1 tutup botol
aqua. Jenis pupuk yang digunakan UREA, KCL dan TSP.
BAB II
PENDAHULUAN
BUDIDAYA
TANAMAN KELAPA(Cocos nucifera L)
Latar
Belakang
Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini dimanfaatkan
hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba
guna, khususnya bagi masyarakatpesisir. Kelapa juga adalah sebutan
untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini (Anonimus,
2012).
Kelapa adalah salah satu jenis tanaman serba guna dan memiliki
nilai ekonomis tinggi. Seluruh bagian pohon kelapa dapat memberikan manfaat
bagi manusia mulai dari akar hingga bagian daun dan tentunya buahnya. Berikut
beberapa pemanfaat pohon kelapa oleh manusia : Bagian akar : Bisa
dijadikan sebagai bahan baku pembuatan bir dan zat pewarna Bagian Batang :
Dimanfaatkan sebagai bahan baku perabotan rumah, mebel, sebagai kayu, ataupun
kayu bakar. Bagian daun : Daun kelapa dapat digunakan sebagai bahan
pembungkus ataupun dianyam untuk dijadikan atap rumah, sedangkan lidinya biasa
digunakan untuk membuat sapu. Bagian bunga : menghasilkan cairan yang
dikenal dengan nama air nira yang memiliki rasa manis, bisa dijadikan sebagai
bahan baku pembuatan gula nira ataupun sbg minuman. Bagian buah : Bagian
ini terdiri dari kulit ( sabut), batok, daging kelapa dan air kelapa. Kulit
buah ( sabut kelapa ) sering digunakan sebagai bahan baku pembuatan keset,
Batok kelapa bisa dijadikan arang, buah kelapa untuk konsumsi atau diolah untuk
dijadikan minyak kelapa, terakhir air kelapa sebagai penghilang dahaga dan juga
bermanfaat sebagai tanaman obat untuk meningkatkan kesehatan tubuh (Budi,
2013).
Tanaman
yang bisa beradaptasi dengan baik di area berpasir seperti pantai ini memiliki
ciri-ciri umum yang mudah dikenali, antara lain : Pohon terdiri dari batang
tunggal , akar berbentuk serabut, dengan struktur yang tebal dan berkayu,
berkerumun membentuk bonggol. Batang pohon beruas-dan bila pohon sudah tua,
ruas-ruas tersebut akan berkurang,Batang kelapa merupakan jenis kayu yg cukup kuat
, tapi sayangnya kurang baik untuk bangunan (Prasetyo, 2009).
Daun
kelapa merupakan daun tunggal dengan pertulangan menyirip. Bunga majemuk dan
terletak pada rangkaian yang dilindungi oleh bractea, bunga terdiri dari bunga
jantan dan betina.bunga betina terletak di pangkal karangan, sedangkan bunga
jantan di bagian yang jauh dari pangkal. Buah kelapa umumnya besar, dengan
diameter sekitar 10cm-20 cm bahkan bisa lebih. Warna buah kelapa terngantung
dari jenis pohonnya ( bisa berwarna kuning atau hijau), untuk buah yang sudah
tua akan berubah warna menjadi coklat (Bagus, 2003).
Air kelapa juga bisa dimanfaatkan untuk proses pembuatan
minuman, jelly, alkohol, dektran, cuka, dan nata de coco. Pengembangan
produk-produk kesehatan dan energi terbarukan dapat menjadi salah satu sumber
pertumbuhan utama dalam agribisnis berbasis kelapa untuk menggerakkan
perekonomian pedesaan sekaligus meningkatkan pendapatan petani. Produk seperti
minyak kelapa murni (virgin coconut oil, VCO) dan biodiesel dapat dikembangkan
dalam skala kecil di pedesaan, bahkan pada tingkat rumah tangga (Ginta, 2014).
VCO merupakan minyak yang dihasilkan melalui proses tertentu
sedemikian rupa sehingga seasli mungkin seperti keadaan alaminya dalam daging
kelapa (virgin). Ini juga dimaksudkan untuk membedakannya dengan proses
pengolahan minyak kelapa yang melalui tahapan pemurnian (refining) sehingga
melibatkan bahan kimia. Dengan demikian, VCO bebas bahan kimia (Heru, 2008).
Dibandingkan
asam amino yang terdapat di susu sapi, asam amino yang terkandung dalam air
kelapa ternyata lebih tinggi. Sementara unsur karbon dapat dijumpai dalam
bentuk karbohidrat sederhana seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, sorbitol,
inositol, dan lainnya. Begitu pula dengan unsur mikro dalam air kelapa berupa
mineral yang dibutuhkan sebagai penganti ion tubuh. Oleh karena itu wajar jika
setelah minum kelapa muda tubuh kita terasa kembali segar. Jika diteliti lebih
jauh, air kelapa ternyata juga mengandung beragam vitamin. Di antaranya vitamin
C yang dominan, asam nikotinat, asam folat, asam pantotenat,. Tak heran jika
air kelapa juga dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan tradisional sekaligus
kecantikan. Di samping itu, secara khusus, air kelapa kaya akan potasium
(kalium). Selain mineral, air kelapa juga mengandung gula (bervariasi antara
1,7 sampai 2,6 persen) dan protein (0,07- 0,55 persen). Karena komposisi gizi
yang demikian ini, maka air kelapa berpotensi dijadikan bahan baku produk
pangan (Suprapto, 2000).
Tujuan laporan
Laporan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
berbudidaya tanaman kelapa (Cocos
nucifera) dengan baik dan benar.
Kegunaan laporan
1. Sebagai syarat untuk mengikuti
Praktikal Tes praktikum Tbt, kakao, kelapa,
dan kopi di Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera
Utara.
2. Sebagai pengembangan ilmu budidayatanaman
pada dunia pertanian.
3. Sebagai bahan informasi kepada pihak
yang membutuhkan mengenai
budidaya tanaman kakao, kelapa dan kopi.
TINJAUAN
PUSTAKA
Sistematika tanaman kelapa (Cocos nucifera L)
Menurut Suprapto (2000). Kedudukan tanaman kelapa
dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan:
Kingdom :
Plantae
Subkingdom :
Tracheobionta
Super divisi :
Spermatophyta
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Liliopsida
Subkelas :
Arecidae
Ordo :
Arecales
Famili :
Arecaceae
Genus :
Cocos
Spesies : Cocos
nucifera L.
Morfologi tanaman Kelapa (Cocos nucifera L).
Akar
Kelapa merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar
tunggang. Radikula (bakar akar) pada bibit terus tumbuh memanjang ke arah
bawah selama enam bulan terus-menerus dan panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer
kelapa terus berkembang (Budi, 2013).
Susunan akar kelapa terdiri dari serabut primer yang tumbuh
vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping. Serabut primer ini
akan bercabang manjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya,
cabang-cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar tersier, begitu
seterusnya. Kedalaman perakaran tanaman kelapa bisa mencapai 8 meter dan 16
meter secara horizontal (Budi, 2013).
Batang
Tanaman kelapa umumnya memiliki batang yang tidak bercabang.
Pada
pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan (Bagus, 2003).
pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan (Bagus, 2003).
Di batang tanaman kelapa terdapat pangkal pelepah-pelepah
daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan
mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang
akan terkelupas, sehingga batang kelapa tampak berwarna hitam beruas banyak
(Prasetyo,
2009).
Daun
Tanaman kelapa memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu
burung atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri
yang sangat tajam dan keras di kedua sisisnya. Anak-anak daun (foliage leaflet)
tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak daun
terbentuk lidi sebagai tulang daun (Ginta, 2014).
Bunga
Tanaman kelapa yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa
dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk
lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa mengadakan
penyerbukan silang (cross pollination) (Heru, 2008).
Buah
Buah kelapa tersusun dari kulit buah yang licin dan keras
(epicrap), daging buah (mesocrap) dari susunan serabut (fibre) dan
mengandung minyak, kulit biji (endocrap) atau cangkang atau tempurung yang
berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan
mengandung minyak, serta lembaga (embryo). Lembaga (embryo) yang keluar
dari kulit biji akan berkembang ke dua arah. Arah tegak lurus ke atas
(fototropy), disebut dengan plumula yang selanjutnya akan menjadi batang
dan daun Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy) disebut dengan radicula
yang selanjutnya akan menjadi akar (Heru, 2008).
Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat. Semakin tua
warnanya berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi kuning muda,
dan setelah matang menjadi merah kuning (oranye). Jika sudah berwarna oranye,
buah mulai rontok dan berjatuhan (buah leles) (Prasetyo, 2009).
Biji
Setiap jenis kelapa memiliki ukuran dan bobot biji yang
berbeda. Biji dura afrika panjangnya 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai
4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji dura deli memiliki bobot 13
gram per biji, dan biji tenera afrika rata-rata memiliki bobot 2 gram per biji
)
Biji kelapa umumnya memiliki periode dorman (masa
non-aktif). Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan
keberhasilan sekitar 50%. Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan
tingkat keberhasilannya lebih tinggi, biji kelapa sawit memerlukan
pre-treatment.
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa(Cocos nucifera L)
Iklim
Tanaman kelapa dapat tumbuh dengan
optimal pada daerah dengan curah hujan 1.300 sampai dengan 2.300 mm per-tahun,
namun tanaman tetap dapat tumbuh meski curah hujan di daerah penanaman mencapai
3.800 mm per-tahun asalkan drainase tanah baik. Angin berperan penting pada
penyerbukan bunga (untuk penyerbukannya bersilang) dan transpirasi. Lama
penyinaran minimum kelapa adalah 120 jam/bulan sebagai sumber energi
fotosintesis. Bila ternaungi, pertumbuhan tanaman muda dan buah akan terhambat.
Kelapa tumbuh optimal pada suhu 20-27 derajat C dan sangat peka pada suhu
rendah.
Tanaman kelapa tumbuh optimal di dataran rendah atau pada
ketinggian 0-450 m dpl. Pada ketinggian 450-1000 m dpl kelapa akan berbuah
lebih lambat, produksi sedikit, serta kadar minyaknya rendah.Untuk iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
kelapa (Cocos nucifera L) antara lain adalah curah hujan > 1200 mm (S1),
suhu 20 – > 26 oC dan penyinaran. Intensitas cahaya matahari merupakan
faktor penting untuk pertumbuhan tanaman
jagung selama pertumbuhannya harus mendapat cahaya matahari yang cukup. Tanaman
yang ternaungi pertumbuhannya terhambat dan memberikan hasil yang kurang baik.
intensitas cahaya matahari
Kelapa tergolong tanaman yang menyenangi sinar
matahari dan pertumbuhannya akan terhambat jika kekurangan sinar
matahari. Lama penyinaran yang dikehendaki adalah 2.000 jam per tahun
atau minimal 120 jam per bulan. Pada bulan Mei hingga Agustus, jumlah
rata-rata jam penyinaran per bulan lebih tinggi dan rata-rata penyinaran pada bulan
Oktober hingga Maret. Karenanya, pada bulan Mei hingga Agustus jumlah bunga
betina lebih banyak dibanding pada bulan Oktober hingga Maret (Rony Palungkun,
2006).
Suhu
Pertumbuhan tanaman kelapa sangat dipengaruhi oleh
suhu, terutama saat berbuah. Suhu rendah tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman kelapa. Suhu udara yang optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan
kelapa berkisar antara 270 sampai
280 C dan suhu minimum yang dikehendaki 200C, umumnya suhu di Indonesia
panas, sehingga sangat cocok untuk proses fotosintesis tanaman kelapa tersebut (Imam
Harjono, 1997).
Kelembaban
Kelembaban merupakan salah satu factor iklim yang
ikut mendukung dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman kelapa
akan tumbuh baik pada kelembaban 80 sampai 90%. Pada kelembaban yang terlalu
tinggi akan menghambat penyerapan unsur hara, dan tanaman mudah oleh cendawan dan
bakteri (Imam Harjono,1997).
Curah hujan
Lokasi yang cocok untuk pertumbuhan tanaman kelapa
adalah daerah yang mempunyai curah hujan rata – rata 1200 – 2500 mm pertahun
dengan penyebaran yang merata sepanjang tahun. Bila terjadi kekeringan
selama 3 bulan, maka tanaman akan kritis. Sebaliknya bila rata – rata curah hujannya
terlalu tinggi, tanaman juga sulit melakukan penyerbukan (Rony Palungkun,
2006).
Tanah
Tanaman kelapa tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti aluvial, vulkanis, laterit, berpasir, tanah liat, ataupun tanah berbatu, namun tanah yang paling baik untuk pertumbuhan kelapa adalah pada endapan aluvial. Kelapa dapat tumbuh baik pada pH 5-8, dan optimumnya pada pH 5.5-6,5. Pada tanah dengan pH di atas 7.5 dan tidak terdapat keseimbangan unsur hara, tanaman kelapa sering menunjukkan gejala-gejala defisiensi, seperti defisiensi besi atau mangan. Kedalaman solum tanah yang dikehendaki minimal 80-100 cm. Tanaman kelapa membutuhkan lahan yang datar dengan tingkat kemiringan 0-3%. Pada lahan yang tingkat kemiringannya tinggi yakni antara 3-50%, areal tanaman kelapa harus dibuat berteras, tujuannya adalah untuk mencegah erosi, mempertahankan kesuburan tanah, serta memperbaiki tanah yang mengalami erosi.
Tanaman kelapa tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti aluvial, vulkanis, laterit, berpasir, tanah liat, ataupun tanah berbatu, namun tanah yang paling baik untuk pertumbuhan kelapa adalah pada endapan aluvial. Kelapa dapat tumbuh baik pada pH 5-8, dan optimumnya pada pH 5.5-6,5. Pada tanah dengan pH di atas 7.5 dan tidak terdapat keseimbangan unsur hara, tanaman kelapa sering menunjukkan gejala-gejala defisiensi, seperti defisiensi besi atau mangan. Kedalaman solum tanah yang dikehendaki minimal 80-100 cm. Tanaman kelapa membutuhkan lahan yang datar dengan tingkat kemiringan 0-3%. Pada lahan yang tingkat kemiringannya tinggi yakni antara 3-50%, areal tanaman kelapa harus dibuat berteras, tujuannya adalah untuk mencegah erosi, mempertahankan kesuburan tanah, serta memperbaiki tanah yang mengalami erosi.
Kelapa dapat tumbuh pada
keasaman tanah antara pH 5 – 8. Pada pH diatas 5,7
sering menujukkan defisiensi Fe dan Mn.Tanaman kelapa dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah, mulai dari jenis tanah pasir sampai dengan liat, bahkan
dapat tumbuh dirawya – rawa atau tanah sampai daerah pegunungan. Jenis tanah
yang baik adalah tanah alluvial atau tanah lempung yang cukup lembap, tanah
laterit berlempung atau tanah liat hitam, tanah pasir khususnya jenis latosol (Rahmat
Rukmana dan Herdi Yudihcrahman ,2004).
BAHAN
DAN METODE
Tempat danWaktu
Praktikum ini dilaksanakan di lahan
Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Islam Sumatera Utara, Jln. Karya Wisata Ujung, kecamatan Namurambe,
Kabupaten Deli Serdang. Ketinggian tempat + 25 mdpl dengan topografi
datar.penelitian ini di laksanakan pada hari sabtu tanggal 28 maret 2015 pukul
14.00 Wib sampai selesai.
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan adalah bibit tanaman
kelapa (Cocos nucifera), bibit tanaman kopi (coffea arabicana) dan benih
tanaman kakao (Theobroma cacao).
Alat
Alat yang digunakan adalah: meteran, cangkul,
benang nilon, patok, parang, babat, gembor, bambu, tali plastic, dan alat tulis
serta alat-alat yang mendukung praktikum ini.
2.
PELAKSANAAN
PENELITIAN
Pembukaan lahan
Pembukaan lahan (land clearing)
sebagai tahap awal penyiapan lahan dapat dilakukan dengan dua cara utama yaitu
dengan cara manual membabat dan membakar (slash and burn) atau dengan cara
mekanis memakai alat – alat besar. Pembukaan lahan pada penelitian ini
dilakukan dengan cara membersihkan seluruh gulma yang ada di areal lahan.
Pembukaan lahan dilakukan dengan mencangkul dan membabat rumput – ruput yang
ada di areal lahan, kemudian mengumpulkan gulma yang telah dibabat dan dibuang
di samping areal lahan percobaan.
Hal yang pertama kali dilakukan dalam
praktikum ini adalah pembukaan lahan, yang semula lahan ditumbuhan gulma harus
dibersihkan sehingga tidak ada lagi tanaman pengganggu lagi. Tujuan dari
pembukaan lahan tersebut untuk pengolahan tanah yang akan di jadi kan tempat
budidaya tanaman yang dilakukan.
Persiapan areal
Areal tanam adalah gundukan tanah yang sengaja dibuat
oleh petani untuk menanam tanaman sayuran dengan lebar dan tinggi tertentu.
Plot dibentuk dengan cara mencangkuli bongkahan tanah menjadi struktur tanah
yang remah/gembur. Tanah dicangkul
sedalam 30 cm dan menggemburkan tanah yang telah dicangkul. Plot yang
dibuat pada penelitian ini berukuran 200 x 200 cm dengan tinggi plot setinggi
20 – 30 cm. Pada pembuatan plot ini menggunakan alat – alat yang sederhana
seperti cangkul, parang babat, dan tali plastic.
Setelah
lahan bersih, pembuatan plot dilakukan dengan menggunakan cangkul, plot
dibentuk dengan ukuran 200 cm x 200 cm, ketinggian plot 20 cm jarak antar plot
50 cm, jarak antar ulangan 100 cm. Pembuatan plot ini berguna untuk tanaman
yang baru di tanaman, pembuatan plot ini mencegah erosi tanah, agar unsur hara
yang ada di plot tersebut tidak lihat.
Pembuatan
naungan
Pembuatan naungan berfungsi untuk menaungi penyemaian
benih kakao, karena pada saat penyemaian benih kakao intensitas matahari harus
sesedikit mungkin terkena benih karena benih tidak bisa tumbuh bila terkena
cahaya matahari yang terlalu banyak.
Pembuatan naungan tersebut dilakukan dengan mengukur luas
areal naungan yang akan di buat, tiang naungan menggunakan bamboo maupun kayu
dan bersifat semi permanen. Atap naungan dapat menggunakan sisa-sisa daun
kelapa sawit yang sudah di tunas, sehingga atap tersebut dapat bertahan hingga
umur benih semaian kakao sudah tumbuh besar.
Penanaman
Penanaman benih bibit kopi dan
kelapa dilakukan setelah bibit sudah mencapai tinggi diatas 30 cm. penanaman
dilakukan pada plot percobaan sesuai dengan jarak yang telah ditentukan, dengan
jumlah populasinya adalah masing-masing satu bibit setiap satu plot. Bibit kopi
dan kelapa ditanam tepat di pertengahan plot tanam sehingga hanya ada satu
tanaman pada satu plot.
Penanaman benih kakao dilakukan dengan jarak
tanam sekitar 10 cm pada areal tanam, areal tanam tersebut di lubangi lalu di
beri pasir di dalamnya, sehingga penyemaian benih kakao tersebut dengan mudah
di lakukan dan dapat juga dengan muda dipindahkan karena perakaran dari benih
kakao tersebut mudah di caput dan tidak menyebabkan akar terputus, penanaman
benih ini harus dilakukan serentak agar pertumbuhan tanaman kakao pada satu
tempat akan sentak tingginya.
Pemiliharaan Tanamankelapa (Cocos nucifera L)
a.
Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali
sehari dengan menggunakan gembor. Kecuali turun hujan karena pada saat turun
hujan keadaan tanah lembab jadi tidak perlu dilakukan penyiraman. Penyiraman
terus menerus pun akan menyebabkan tanaman jagung dapat terkena serangan
pathogen, maka dari itu penyiraman harus melihat kondisi tanah itu sendiri.
b.
Penyingan
Penyiangan bertujuan untuk
membersihkan plot dari tanaman penggangu ( gulma). Penyingan dilakukan dua
minggu sekali penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda biasanya dengan
tangan atau cangkul kecil, garfu dan sebagainya yang penting dalam penyiangan
ini tidak menggangu perakaran yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat
untuk mengcengkram tanah. Hal ini biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 14
hari.
c.
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan
penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman
tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk menutup akar yang bermunculan diatas
permukaan tanah karena adanya aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman
berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Caranya, tanah disebelah
kanan dan kiri barisan diuruk menggunakan cangkul kemudian ditimbun dibarisan
tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk gulutan yang memanjang, biasanya
pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan kedua setelah tanaman berumur
satu bulan.
d.
Pemupukan
Pemberian pupuk diberikan dengan
cara lubang, yaitu dengan melubangi tanah di sekitar pohon jagunng sebanyak
tiga lubang. Hal lini dilakukan agar kndungan hara pada pupuk tidak menguap ke
udara. Pemberian pupuk dilakukan pada umur10 hari setelah tanam pemberian kedua
pada umur satu bulan setelah tanam dengan dosis pupuk sesuai perlakukan kita
atau 1 tutup botol aqua. Jenis pupuk yang digunakan UREA, KCL dan TSP.
BAB III
PENDAHULUAN
BUDIDAYA TANAMAN KOPI (Coffea arabicana)
Latar Belakang
Kopi
merupakan komoditas perkebunan yang paling banyak diperdagangkan. Pusat-pusat
budidaya kopi ada di Amerika Latin, Amerika Tengah, Asia-pasifik dan Afrika.
Sedangkan konsumen kopi terbesar ada di negara-negara Eropa dan Amerika Utara.
Wajar bila komoditas ini sangat aktif diperdagangkan.Memilih jenis tanaman untuk budidaya kopi, harus
disesuaikan dengan tempat atau lokasi lahan. Lokasi lahan yang terletak di
ketinggian lebih dari 800 meter dpl cocok untuk ditanami arabika. Sedangkan
dari ketinggian 400-800 meter bisa ditanami robusta. Budidaya kopi didataran
rendah bisa mempertimbangkan jenis liberika atau excels (Anonimus, 2001).
Kopi adalah spesies tanaman
berbentuk pohon dan termasuk dalam family Rubiaceae. Tanaman ini tumbuh tegak,
bercabang dan dapat mencapai tinggi 12 m. Tanaman kopi merupakan komoditasekspor
yang mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi di pasaran dunia, di samping
merupakan salah satu komoditas unggulan yang dikembangkan di Jawa Barat. Sudah
hampir tiga abad kopi diusahakan penanamannya di Indonesia untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi di dalam negeri dan luar negeri (Siswoputranto, 1978). Lebih
dari 90% tanaman kopi diusahakan oleh rakyat. Di dunia perdagangan dikenal
beberapa golongan kopi, akan tetapi yang paling sering dibudidayakan adalah
kopi arabika, robusta, dan liberika (Anonimus, 2014).
Kopi merupakan tanaman
tahunan yang bisa mencapai umur produktif selama 20 tahun. Untuk memulai usaha
budidaya kopi, pilihlah jenis tanaman kopi dengan cermat. Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan budidaya kopi diantranya jenis tanaman, teknik
budidaya, penanganan pasca panen dan Pemasaran produk akhir (Fajar, 2009).
Tanaman kopi sangat banyak jenisnya, bisa mencapai
ribuan. Namun yang banyak dibudidayakan hanya empat jenis saja yakni arabika,
robusta, liberika dan excelsa. Masing-masing jenis tersebut memiliki sifat yang
berbeda-beda. Untuk lebih detailnya silahkan baca mengenal jenis-jenis kopi
budidaya.Selain dari sisi teknis
budidaya, hal yang patut dipertimbangkan adalah harga jual produk akhir. Kopi
arabika cenderung dihargai lebih tinggi dari jenis lainnya. Namun robusta
memiliki produktivitas yang paling tinggi, rendemennya juga tinggi (Garrin,
2009).
Perbanyakan bibit pohon kopi bisa didapatkan
dengan teknik generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif dari biji biasanya
digunakan untuk budidaya kopi arabika, sedangkan kopi robusta lebih sering
menggunakan perbanyakan vegetatif dengan setek. Masing-masing metode
perbanyakan bibit mempunyai keunggulan dan kelemahan sendiri-sendiri. Lebih
detailnya silahkan baca artikel terdahulu tentang perbanyakan
bibit kopi dengan biji dan perbanyakan
bibit kopi dengan setek
(Mazid, 1984).
Budidaya
kopi bisa dilakukan baik didataran tinggi maupun rendah, tergantung dari
jenisnya. Secara umum kopi menghendaki tanah gembur yang kaya bahan organik.
Untuk menambah kesuburan berikan pupuk organik dan penyubur tanah di sekitar
area tanaman. Arabika akan tumbuh baik pada keasaman tanah 5-6,5 pH, sedangkan
robusta pada tingkat keasaman 4,5-6,5 pH. Hal yang harus disiapkan sebelum
memulai budidaya kopi adalah menanam pohon peneduh. Guna pohon peneduh untuk
mengatur intensitas cahaya matahari yang masuk. Tanaman kopi termasuk tumbuhan
yang menghendaki intensitas cahaya mataheri tidak penuh (Susanti, 2007).
Di Indonesia tanaman kopi merupakan
salah satu tanaman perkebunan yang penting dan termasuk komoditasekspor. Salah
satu penyakit yang terdapat dalam kopi adalah Fusarium.Organisme penyebab
penyakitinibiasanya masuk melalui akar muda dan kemudian tumbuh dan berkembang sehingga
akan mengkonduksi bagian pembuluh dari akar dan batang. Di bagian pembuluh
batang tersumbat dan gagal menyalurkan air ke daun (Miller et al.,
1986).Penyakit ini juga menyebabkan kerugian yang sangat besar pada perkebunan
kopi di Afrika (Susanti, 2007).
Tujuan laporan
Laporan ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana berbudidaya tanaman kakao(Theobroma
cacao L) dengan baik dan benar.
Kegunaan laporan
1. Sebagai
syarat untuk mengikuti Praktikal Tes praktikum Tbt, kakao, kelapa,
dan kopi di Fakultas Pertanian Universitas
Islam Sumatera Utara.
2. Sebagai
pengembangan ilmu budidayatanaman pada dunia pertanian.
3. Sebagai
bahan informasi kepada pihak yang membutuhkan mengenai
budidaya tanaman kakao, kelapa dan kopi.
TINJAUAN PUSTAKA
Sistematika tanaman kopi (Coffea arabica)
Menurut Mazid, (1984). Kedudukan
tanaman kopi dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan:
Kindom :
Plantae
Divisio : Spermatophita
Sub-divisio : angeospermae
Kelas : dicotiledónea
Ordo : Rubiales
Family : Rubiaceae
Genus : Coffea
Species : Coffea arabica.
Divisio : Spermatophita
Sub-divisio : angeospermae
Kelas : dicotiledónea
Ordo : Rubiales
Family : Rubiaceae
Genus : Coffea
Species : Coffea arabica.
Morfologi tanaman Kopi (Coffea arabicana).
Akar
Kopi
termasuk keluarga (suku rubiaceae ),keluarga coffea,bijinya berkeping dua
(dikotil). Susunan akarnya sebgai berikut: Akar tunggal: akar yang lupus masuk
kedalam tanah, berbunga untuk tegaknya tanaman dan penolong bila terjadi
kekeringan. Pada akar tunggal sering timbal akar yang di camping di sebut akar
lebar. Pada akar-akar lebar tumbuh akar-akar rambut dan bulu-bulu akar, yang
berguna untuk mengisap tanaman (Anonimus, 2001).
Akar
kopi memiliki bentuk tunggal dan memanjang ke samping dan ke dalam tanah. Akar
ini dapat menopang tanaman kopi dari hembusan angin pegunungan yang kencang. Sesuai
tempat tumbuh tanaman ini, di daerah pegunungan memiliki suhu dingin yang
tinggi dan memiliki kecepatan angin yang tak bisa di duga bisa mengantam kapan
saja (Anonimus, 2014).
Batang
Pohon kopi berbatang tegak lurus dan beruas-ruas hampir pada tiap tumbuh kuncup-kuncup pada batang dan cabang susunannya agak rumit pada batang-batang itu sering tumbuh cabang yang tegak lurus, yang direbut cabang (orthotrop) nama cabang atau tunas-tunas yang tumbuh pada batang itu bisa disebut ( wiwilan) tunas air atau cabang air (Ariffin, 2009).
Pohon kopi berbatang tegak lurus dan beruas-ruas hampir pada tiap tumbuh kuncup-kuncup pada batang dan cabang susunannya agak rumit pada batang-batang itu sering tumbuh cabang yang tegak lurus, yang direbut cabang (orthotrop) nama cabang atau tunas-tunas yang tumbuh pada batang itu bisa disebut ( wiwilan) tunas air atau cabang air (Ariffin, 2009).
Batang kopi memiliki kulit batang
yang berwarna coklat kehitaman dan memiliki sisik-sisik keras yang dapat
melindungi batang tersebut dari sntuhan keras dari pohon lain. Batang kopi
umumnya tidak terlalu besar dan tinggi tanaman kopi umumnya tidak terlalu
tinggi. Batangnya memiliki banyak ranting-ranting pohon di setiap mata
batangnya (Arifin, 2009).
Daun
Salah satu panduan untuk membedakan jenis tanaman kopi adalah dengan memerhatikan bentuk dan fisik daun. Secara umum, daun kopi berbentuk seperti telur, bergaris ke samping, bergelombang (talang air), hijau pekat, kekar dan meruncing di bagian ujungnya. Daun tumbuh dan tersusun secara berdampingan di ketiak batang, cabang dan ranting. Sepasang daun terletak di bidang yang sama di cabang dan ranting yang tumbuh mendatar (Fajar, 2009).
Salah satu panduan untuk membedakan jenis tanaman kopi adalah dengan memerhatikan bentuk dan fisik daun. Secara umum, daun kopi berbentuk seperti telur, bergaris ke samping, bergelombang (talang air), hijau pekat, kekar dan meruncing di bagian ujungnya. Daun tumbuh dan tersusun secara berdampingan di ketiak batang, cabang dan ranting. Sepasang daun terletak di bidang yang sama di cabang dan ranting yang tumbuh mendatar (Fajar, 2009).
Daun kopi berwarna hijau pekat yang memiliki
banyak zat klorofil di dalammya, bntuk daun yang lebar menyatakan bahwa tanaman
ini dapat berfotosintesis dengan sempurna, tetapi yang menjadi kendala pada
tanaman ini adalah tanaman ini di wajibkan mendapatkan tanaman penaung karena
pada daun kopi memiliki stomata yang banyak dan besar. Lubang stomata ini lah
yang membuat tranpirasi pada daun kopi menjadi lebih tinggi sehingga tanaman
kopi di haruskan menggunakan tanaman penaung (Fajar, 2009).
Bunga
Tumbuhnya bunga kopi pada ketiak-ketiak cabang primer tersusun berkelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 4-6 kuntum bunga yang bertangkai pendek. Pada tiap-tiap ketiak daun dapat tumbuh 3-4 kelompok bunga maka pada tiap buku dapat tumbuh ± 30 kuntum bunga atau lebih dan pada musim berbunga satu (1) pohon dapat keluar sampai ribuan kuncup.Kucup bunga tersebut mempunyai susunan (Garrin, 2009).
Tumbuhnya bunga kopi pada ketiak-ketiak cabang primer tersusun berkelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 4-6 kuntum bunga yang bertangkai pendek. Pada tiap-tiap ketiak daun dapat tumbuh 3-4 kelompok bunga maka pada tiap buku dapat tumbuh ± 30 kuntum bunga atau lebih dan pada musim berbunga satu (1) pohon dapat keluar sampai ribuan kuncup.Kucup bunga tersebut mempunyai susunan (Garrin, 2009).
Kelompok
berwarna hijau, berukuran kecil dan pendek.Daun bunga mahkota terdiri dari 3-8
helaian bunga (tergantung pada jenisnya). Liberika 6-8 helai, Robusta 3-8 helai.
Benang sari terdiri dari 5-7 helai berukurang pendek. Tangkai putik berukuran
kecil panjang, kepala putik berseri 2 helai. Bekal buah susunan tengelam
didalamnya terdiri-dari 2 butir biji dari bakal buah hingga menjadi masak
berlansung 7-12 bulan tergantung dari jenis iklim dan letal geografinya
(Garrin, 2009).
Buah
Buah kopi yang masih muda berwarna hijau, sedangkan buah yang masak berwarna merah. Pada umumnya kopi mengandung 2 butir biji, biji-biji tersebut mempunyai bidang yang datar (perut) dan bidang yang cembung (punggun), tetapi ada kalanya hanya ada satu butir biji yang bentuknya bulat panjang sering disebut biji atau kopi (lanang) (Mazid, 1984).
Buah kopi yang masih muda berwarna hijau, sedangkan buah yang masak berwarna merah. Pada umumnya kopi mengandung 2 butir biji, biji-biji tersebut mempunyai bidang yang datar (perut) dan bidang yang cembung (punggun), tetapi ada kalanya hanya ada satu butir biji yang bentuknya bulat panjang sering disebut biji atau kopi (lanang) (Mazid, 1984).
Buah
terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri atas 3 (tiga) bagian
lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging (mesokarp), dan lapisan kulit
tanduk (endokarp) yang tipis tetapi
keras. Buah kopi umumnya mengandung dua butir biji, tetapi kadang-kadang hanya
mengandung 1 (satu) butir atau bahkan tidak berbiji (hampa) sama sekali. Biji
ini terdiri dari atas kulit biji dan lembaga. Lembaga atau sering disebut
endosperm merupakan bagian yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat
minuman kopi (Mazid, 1984).
Syarat Tumbuh Tanaman Kopi (Coffea
arabica)
Iklim
Berbicara mengenai iklim, Indonesia
merupakan salah satu negara yang dilewati oleh garis khatulistiwa yang artinya
Indonesia sendiri beriklim tropis. Dengan iklim tropis ini, negara Indonesia
sangat cocok untuk menanam berbagai tanaman perkebunan apalagi tanaman kopi.
Dengan berbagai macam tanaman kopi tersebut serta iklim yang cocok akan sangat
beruntung sekali jika bercocok tanam kopi (Anonimus, 2001).
Dengan curah hujan yang akan
membantu mempengaruhi pembentukan bunga menjadi buah. Untuk kopi jenis arabika
dianjurkan curah hujan sekitar 1000 – 1500 mm pertahun, sedangkan kopi robusta
maksimal 2000 mm pertahun. Untuk daerah dengan ketinggian diatas 1000 m memiliki musim kering yang
pendek, padahal kopi khususnya kopi arabika membutuhan musim kering yang agak
panjang supaya produksinya optimal (Anonimus, 2001).
Suhu
Suhu yaitu keadaan panas atau
dinginnya udara pada suatu tempat. Suhu lingkungan untuk kopi arabika sekitar
16-22°C, sementara robusta mampu beradaptasi dengan suhu sekitar 20-28°C. Setiap
daerah memiliki varietas atau
klon yang berbeda. Yang artinya adalah suatu klon atau varietas unggul pada
suatu daerah belum tentu unggul pada daerah yang lainnya. Seperti jenis arabika
dari daerah lain pasti memilki karakter yang berlainan dengan daerah lainnya.,
hal tersebut dapat berupa aroma, dan cita rasanya (Mazid, 1984).
Kopi arabika dari Jawa tentu berbeda
dengan kopi arabika yang ada di Sulawesi, begitu juga dengan yang ada di Toraja
meskipun varietas atau klonnya sama. Hal ini juga berlaku pada kopi robusta,
maskipun sama tapi ketika ditanam di daerah lain maka hasilnya juga akan
berbeda atau tidak sama dengan daerah asalnya. Klon unggul harus di uji
produktivitasnya hingga tiga generasi. Setelah itu bibit kopi yang telah teruji
di daerah tertentu sebaiknya jangan di budidayakan di daerah lain, cukup
dibudidayakan di daerah sekitar saja tempat dimana kopi tersebut diuji tanam
(Mazid, 1984).
Ketinggian Tempat
Ketinggian area tidak punya pengaruh
segera pada perkembangan serta produksi tanaman kopi, namun faktor temperatur
yang punya pengaruh pada perkembangan tanaman kopi. Biasanya, tinggi rendahnya
temperatur ditentukan oleh ketinggian area dari permukaan laut. temperatur
serta elevasi saling terkait dengan lingkungan di sekitarnya (Fajar, 2009).
Dengan berbagai macam kopi yang ada
tentu saja tidak sembarangan dalam penanamannya. Tiap-tiap kopi membutuhkan ketinggian atau
elevasi yang berbeda-beda. Seperti kopi arabika dan robusta, tentu saja
ketinggian akan mempengaruhi penanamannya. Sebab kopi arabika dapat tumbuh pada
ketinggian 800-1500 meter dpl, sedangkan kopi robusta dapat tumbuh pada
ketinggian 400-800 meter dpl (Garrin, 2009).
Tanah
Kondisi
tanah yang baik untuk penanaman kopi dianjurkan tanah yang memiliki top soil
atau kandungan organik yang tebal. Biasanya tanah seperti ini banyak terdapat
di dataran tinggi. Tingkat keasaman atau derajat keasaman (pH) tanah yang
dianjurkan untuk tanaman kopi sekitar 5,5 – 6,5 . Jika keadaan tanah terlalu asam maka dapat kita tambahkan pupuk Ca(PO)2 atau Ca(PO3)2
atau sering kali kita dengar sebagai kapur. Apabila pH tanah terlalu rendah
atau untuk meningkatkan pH tanah dapat kita tmbahkan urea (Mazid, 1984).
Kondisi topografi wilayah juga harus
di perhatikan karena jika terjadi anomali iklim atau katidaknormalan atau
penyimpangan iklim pekebun dapat melakukan beberapa rekayasa. Khusus untuk
daerah yang memiliki tiupan angin kencang, di sarankan untuk menanam tanaman
pelindung seperti lamtoro, dadap, serta sengon laut. Tanaman pelindung untuk
saat ini yang paling cocok untuk tanaman kopi adalah lamtoro (Mazid, 1984).
BAHAN DAN METODE
Tempat danWaktu
Praktikum ini dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Islam Sumatera Utara, Jln. Karya Wisata Ujung, kecamatan Namurambe, Kabupaten
Deli Serdang. Ketinggian tempat + 25 mdpl dengan topografi
datar.penelitian ini di laksanakan pada hari sabtu tanggal 28 maret 2015 pukul
14.00 Wib sampai selesai.
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan adalah bibit tanaman kelapa (Cocos nucifera), bibit
tanaman kopi (coffea arabicana) dan benih tanaman kakao (Theobroma cacao).
Alat
Alat yang digunakan adalah: meteran, cangkul, benang nilon, patok,
parang, babat, gembor, bambu, tali plastic, dan alat tulis serta alat-alat yang
mendukung praktikum ini.
3.
PELAKSANAAN PENELITIAN
Pembukaan lahan
Pembukaan lahan (land
clearing) sebagai tahap awal penyiapan lahan dapat dilakukan dengan dua cara utama
yaitu dengan cara manual membabat dan membakar (slash and burn) atau dengan
cara mekanis memakai alat – alat besar. Pembukaan lahan pada penelitian ini
dilakukan dengan cara membersihkan seluruh gulma yang ada di areal lahan.
Pembukaan lahan dilakukan dengan mencangkul dan membabat rumput – ruput yang
ada di areal lahan, kemudian mengumpulkan gulma yang telah dibabat dan dibuang
di samping areal lahan percobaan.
Hal yang pertama kali dilakukan dalam praktikum ini adalah pembukaan
lahan, yang semula lahan ditumbuhan gulma harus dibersihkan sehingga tidak ada
lagi tanaman pengganggu lagi. Tujuan dari pembukaan lahan tersebut untuk
pengolahan tanah yang akan di jadi kan tempat budidaya tanaman yang dilakukan.
Persiapan areal
Areal tanam adalah gundukan tanah yang
sengaja dibuat oleh petani untuk menanam tanaman sayuran dengan lebar dan
tinggi tertentu. Plot dibentuk dengan cara mencangkuli bongkahan tanah menjadi
struktur tanah yang remah/gembur. Tanah
dicangkul sedalam 30 cm dan menggemburkan tanah yang telah dicangkul. Plot
yang dibuat pada penelitian ini berukuran 200 x 200 cm dengan tinggi plot
setinggi 20 – 30 cm. Pada pembuatan plot ini menggunakan alat – alat yang
sederhana seperti cangkul, parang babat, dan tali plastic.
Setelah lahan bersih,
pembuatan plot dilakukan dengan menggunakan cangkul, plot dibentuk dengan
ukuran 200 cm x 200 cm, ketinggian plot 20 cm jarak antar plot 50 cm, jarak
antar ulangan 100 cm. Pembuatan plot ini berguna untuk tanaman yang baru di
tanaman, pembuatan plot ini mencegah erosi tanah, agar unsur hara yang ada di
plot tersebut tidak lihat.
Pembuatan naungan
Pembuatan naungan berfungsi untuk
menaungi bibit kopi. Pembibitan kopi sebenarnya memerlukan naungan. Naungan
tersebut berfungsi untuk mengurangi intensitas cahaya yang berlebih pada bibit
kopi. Tanaman kopi yang sudah di tanam pun seharusnya memerlukan naungan tetapi
naungan tanaman kopi dewasa adalah naungan hidup yaitu pohon kayu yang tinggi
yang dapat mengurangi intensitas cahaya yang berlebih pada tanaman kopi dewasa.
Pembuatan naungan tersebut dilakukan
dengan mengukur luas areal naungan yang akan di buat, tiang naungan menggunakan
bamboo maupun kayu dan bersifat semi permanen. Atap naungan dapat menggunakan
sisa-sisa daun kelapa sawit yang sudah di tunas, sehingga atap tersebut dapat
bertahan hingga umur benih semaian kakao sudah tumbuh besar. Dan untuk naungan
tanaman kopi dewasa sebaiknya di tanam 1 tahun sebelum tanaman kopi tersebut di
tanam di areal tersebut, dan apabila tanaman kopi sudah di tanam maka tanaman
naungan nya di harapkan sudah tumbuh besar.
Penanaman
Penanaman benih bibit
kopi dilakukan setelah bibit sudah mencapai tinggi diatas 30 cm. penanaman
dilakukan pada plot percobaan sesuai dengan jarak yang telah ditentukan, dengan
jumlah populasinya adalah masing-masing satu bibit setiap satu plot. Bibit kopi
ditanam tepat di pertengahan plot tanam sehingga hanya ada satu tanaman pada
satu plot.
Penanaman benih kopi dilakukan dengan dengan mengambil garis lurus
tengah plot areal tanaman. Awalnya plot tanaman di lubangi di bagian tengah
lalu ambil bibit kopi yang sudah layak tanam sekitar tingginya 30 cm. buang
polybag yang ada pada bibit tanaman kopi. Sebelum kopi di tanamkan sebaiknya
lubang tanam kopi tersebut di beri pupuk kompos secukupnya supaya dapat
merangsang hidupnya organism-organisme tanah yang baik untuk pertumbuhan
tanaman. Selanjutnya tanaman tersebut di tanam dan di rawat sebaiknya.
Pemiliharaan Tanaman kopi (Coffea
arabica)
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari dengan menggunakan gembor. Kecuali
turun hujan karena pada saat turun hujan keadaan tanah lembab jadi tidak perlu
dilakukan penyiraman. Penyiraman terus menerus pun akan menyebabkan tanaman
jagung dapat terkena serangan pathogen, maka dari itu penyiraman harus melihat
kondisi tanah itu sendiri.
b. Penyingan
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan plot dari tanaman penggangu (
gulma). Penyingan dilakukan dua minggu sekali penyiangan pada tanaman jagung
yang masih muda biasanya dengan tangan atau cangkul kecil, garfu dan sebagainya
yang penting dalam penyiangan ini tidak menggangu perakaran yang pada umur
tersebut masih belum cukup kuat untuk mengcengkram tanah. Hal ini biasanya
dilakukan setelah tanaman berumur 14 hari.
c. Pembumbunan
Pembumbunan
dilakukan bersamaan penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang,
sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk menutup akar yang
bermunculan diatas permukaan tanah karena adanya aerasi. Kegiatan ini dilakukan
pada saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Caranya,
tanah disebelah kanan dan kiri barisan diuruk menggunakan cangkul kemudian
ditimbun dibarisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk gulutan yang memanjang,
biasanya pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan kedua setelah
tanaman berumur satu bulan.
d. Pemupukan
Pemberian pupuk diberikan dengan cara lubang, yaitu dengan melubangi
tanah di sekitar pohon jagunng sebanyak tiga lubang. Hal lini dilakukan agar
kndungan hara pada pupuk tidak menguap ke udara. Pemberian pupuk dilakukan pada
umur10 hari setelah tanam pemberian kedua pada umur satu bulan setelah tanam
dengan dosis pupuk sesuai perlakukan kita atau 1 tutup botol aqua. Jenis pupuk yang
digunakan UREA, KCL dan TSP.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai
ketinggian 10m.
2. Di Indonesia, kakao mulia
dihasilkan oleh beberapa perkebunan tua di Jawa, seperti di Kabupaten Jember yang dikelola oleh PT
Perkebunan Nusantara XII (Persero).
3. Produksi kakao telah
meningkat dari 1,5 juta ton pada tahun 1983-1984 menjadi 3,5 juta ton pada
tahun 2003-2004.
4.
Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu jenis tumbuhan dari suku
aren-arenan atau Arecaceae dan adalah
anggota tunggal dalam marga Cocos.
5.
Pohon kelapa terdiri dari batang tunggal , akar berbentuk
serabut, dengan struktur yang tebal dan berkayu, berkerumun membentuk bonggol.
6.
VCO merupakan minyak yang dihasilkan melalui proses tertentu
sedemikian rupa sehingga seasli mungkin seperti keadaan alaminya dalam daging
kelapa (virgin).
7.
Kopi merupakan komoditas
perkebunan yang paling banyak diperdagangkan. Pusat-pusat budidaya kopi ada di
Amerika Latin, Amerika Tengah, Asia-pasifik dan Afrika.
8.
Kopi adalah spesies tanaman berbentuk pohon dan termasuk
dalam family Rubiaceae. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang dan dapat mencapai
tinggi 12m.
9. Di Indonesia tanaman kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan
yang penting dan termasuk komoditasekspor.
10. Budidaya kopi bisa dilakukan baik didataran tinggi maupun rendah,
tergantung dari jenisnya..
Saran
Saran saya kepada petani yang ingin
membudidayakan kakao, kelapa dan kopi Sebaiknya harus terlebih dahulu memahami
karakteristik dari tanaman jenis tersebut. Memperhatikan bibit yang akan
digunakan dalam pembudidayaannya dengan menggunakan bibit atau benih yang
bersertifikat agar pertumbuhan dan produksinya baik dan melakukan pembersihan
lahan yang baik dan benar serta melakukan pembuatan jarak tanam yang sesuai
dengan tanaman kelapa, kakao dan kopi, juga melakukan penyiraman pada setiap
sore agar biji cepat merangsang pertumbuhan kecambah. Untuk pemberian pupuk
sebaiknya petani memberikan pupuk yang bersifat organik agar tanah maupun
lingkungan tidak tercemar oleh pemberian pupuk yang bersifat kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2001. Perkebunan kopi. Serial
online: (http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/21905/5/Chapter%20I.pdf). Diakses pada 03 Juni 2015. Medan.
Anonimus,
2012. Tanaman Kelapa. Serial online: (http://bppmd.kaltimprov.go.id/file/buku/
bk_3wuONfpco2R.pdf). Di akses 04 Juni 2015. Medan.
Anonimus, 2013. Mengenal Tanaman Kakao. Serial online :
(http://sudut-bacaan.blogspot.com/
2013/05/mengenal-tanaman-kakao.html). Di
akses pada tanggal 07 Mei 2015. Pukul 20.00 Wib. Medan.
Anonimus, 2014. Serial online: (http://bozgoogle.blogspot.com/2014/03/morfologi-tanaman-kopi_21.html). Diakses pada 05 Juni 2015. Medan.
Ariffin.
2009. Budidaya Tanaman kopi. Serial
online:(http://bianksoft.pp.wordpress.com/ 2009/06/03/budidaya-tanaman-kopi/). diakses
pada 27 Mei 2015. Pukul 20.00 Wib. Medan.
Asia. 2006. Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Induk Kakao.
Direktorat Jenderal Perkebunan: Jakarta
Bagus,
2003. Budidaya Tanaman Kelapa Genjah. Ganesha. Jakarta.
Budi,
2013. Morfologi Tanaman Kelapa. Serial online: (http://digilib.unila.ac.id/
3811/13/BAB%20II.pdf). Diakses pada tanggal 04 Juni 2015. Medan.
Dermawan, 2013.
Pemeliharaan Tanaman Kakao Yang Intensif. Serial online: http://www. dishutbunbantenprov. go.id/
read/article-etail/berita/70/pemeliharaan-tanaman-kakao-yang-intensif.html). Diakses pada tanggal 07 Mei 2015. Pukul 20.30 Wib.
Medan.
Fajar.
2009. Budidaya Tanaman Kopi. Serial
online: (http://galaxyisainsd0976. blogspot.com/2009/09/23/dasar-ilmu-agronomi/).
Diakses pada 27 Mei 2015. Pukul 21.00 Wib. Medan.
Franky.
2011. Budidaya Tanaman Kakao. Serial
online:(http://bianksoft.pp.wordpress.com/ 2009/06/03/budidaya-tanaman-kakao/). Diakses
pada 07 Mei 2015. Pukul 20.00 Wib. Medan.
Garrin,
A. J. 2009. Budidaya Tanaman.Serial
online:(http://disperta.bulungan.go.id/ index.php/berita-dan-artikel/perkebunan/7-budidaya-tanaman-kopi).
Diakses pada 27 mei 2015. Pukul 21.15 Wib. Medan.
Ginta, 2014. Budidaya Tanaman Kelapa. Serial
online: (http://fkrd.lk.ipb.ac.id/files/2014/05/
BUDIDAYA-TANAMAN-KELAPA-2.pdf). Diakses pada tanggal 03 Juni 2015. Medan.
Heru,
2008. Budidaya Tanaman Kelapa. Serial online: (http://www.bakorluhmaluku.com/wp-content/uploads/2008/05/Budidaya_Tanaman_Kelapa.pdf). Diakses pada tanggal 03 Juni 2015. Medan.
Mazid,
A. 1984. Pengaruh Sistem Penanaman Benih Kopi Dengan Beberapa Jenis Jarak Tanam.
PT Surya press. Bandung.
Prasetyo,
2009. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kelapa. Serial online: (http://ditjenbun.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Pedoman%20Teknis%20Pengembangan%20Tanaman%20Kelapa.pdf). Diakses pada tanggal 04 Juni 2015. Medan.
Rizaldi, 2003. Budidaya
Tanaman Kakao. Ganesha. Jakarta.
Suprapto,
2000. Budidaya Family Falmae. Cv. Trianda. Palembang.
Sukamto, 2014. Budidaya
Tanaman Kakao Yang Baik Untuk Hasil Yang Terbaik. Serial online: (https://www.academia.edu/8274639/Budidaya_tanaman_kakao_yang_baik_untuk_hasil_yang_terbaik). Diakses pada tanggal 07 Mei 2015. Pukul 19.30 Wib.
Medan.
Susanti,
Desy. 2007. Pembudidayaan Tanaman Kopi. Serial
online: (http://agronomimode0087.blogspot.com/2009/28/01/Budidaya-tanaman-kopi/). Diakses pada tanggal 08 Mei 2015. Pada
pukul 20.00 wib.
Wildan Hafsaki, 2001.
Cara Budidaya Tanaman Kakao. Penebar swadaya. Jakarta.
Post a Comment