BAB I
PENGENALAN TANAMAN KELAPA
SAWIT DAN KARET
I.1 Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis)
adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri,
maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan
keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi
perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit
terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di
daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi (Anonimus, 2009).
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh
pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848.
Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa
benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an.
Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi
Industri pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian
muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari
Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura". Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan
dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah
Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan
kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai
5.123 ha (Butonutara, 2007).
Strategi pengembangan agribisnis kelapa sawit diantaranya adalah
integras vertikal dan horisontal perkebunan kelapa sawit dalam rangka
peningkatan ketahanan pangan masyarakat, pengembangan usaha pengolahan kelapa
sawit di pedesaan, menerapkan inovasi teknologi dan kelembagaan dalam rangka
pemanfaatan sumber daya perkebunan, dan pengembangan pasar.
Strategi tersebut didukung dengan penyediaan infrastruktur (sarana dan
prasarana) dan kebijakan pemerintah yang kondusif untuk peningkatan kapasitas
agribisnis kelapa sawit. Dalam implementasinya, strategi pengembangan
agribisnis kelapa sawit didukung dengan program-program yang komprehensif dari
berbagai aspek manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan (perbenihan, budidaya
dan pemeliharaan, pengolahan hasil, pengembangan usaha, dan pemberdayaan
masyarakat) hingga evaluasi (Anonimus, 2009).
Tujuan
- Untuk
mengetahui lebih dekat mengenai tanaman budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis).
- Untuk mengetahui cara
budidaya tanaman budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis).
- Untuk
mengetahui morfologi tanaman budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis).
TINJAUAN PUSTAKA
Sistematika Tanaman
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq)
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Elaeis
Jacq.
Species : Elaeis
guineensis Jacq (Anonimus,
2009).
Morfologi Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq)
Akar
Kecambah kelapa
sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang sepanjang 15 cm, tetapi akar ini mudah mati dimana
hanya mampu bertahan selama 6 buan dan segera digantikan dengan akar serabut.
Dari radikula akan muncul akar lainnya yang bertugas mengambil air dan hara.
Akar ini kemudian fungsinya diambil alih oleh akar primer yang keluar dari
bagian bawah batang beberapa bulan kemudian. Akar primer tersebut berfungsi
mengambil air dan unsur hara (Anonimus, 2011).
Dari akar primer
tumbuh akar sekunder yang tumbuh horisontal dan dari akar sekunder tumbuh juga
akar tertier dan kuarter yang berada dekat pada permukaan tanah.Akar serabut
memiliki sedikit percabangan, membentuk anyaman rapat dan tebal. Sebagian akar
serabut tumbuh lurus kebawah dan sebagian tumbuh mendatar kearah samping
(Anonimus, 2011).
Panjang akar
kelapa sawit dapat mencapai 50 meter. Penyerapan unsur hara terjadi melalaui serabut akar dan
biasanya terdapat pada permukaan tanah yang lembab seperti di bawah tumpukan
pelepah. Pada tanaman di lapangan akar tertier dan akar kuarter berada pada 2,0 –
2,5 m dari pangkal pohon atau di luar piringan dan terkonsentrasi pada
kedalaman 0 – 20 cm dari permukaan tanah. Akar primer yang keluar dari pangkal
batang jumlahnya sangat banyak dengan diameter
5,0 – 10,0 mm dan tumbuh ke bawah sampai kedalaman 1,5 m. Sedangkan akar
sekunder, tertier dan kuarter ukurannya semakin kecil dengan diameter
masing-masing 2,0 – 4,0 mm, 0,7 – 2,0 mm dan 0,1 – 0,3 mm (Anonimus, 2011).
Batang
Kelapa
sawit termasuk tumbuhan pohon. Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil maka batangnya
tidak memiliki kambium dan pada umumnya tidak bercabang. Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus
(phototropi) dibungkus oleh pelepah daun. Batang bagian bawah umumnya lebih besar disebut bonggol batang.
Sampai umur tiga tahun batang belum terlihat karena masih terbungkus oleh
pelepah daun yang belum dipangkas atau ditunas. Laju pertumbuhan tinggi batang
dipengaruhi oleh komposisi genetik dan lingkungan. Tinggi batang bertambah
kira-kira 45 cm/tahun, tinggi maksimum tanaman kelapa sawit yang ditanam
diperkebunan 15-18 meter sedangkan di alam dapat mencapai 30 meter (Anonimus,
2011).
Batang kelapa
sawit adalah tunggal (tidak bercabang)
kecuali abnormal. Laju pertumbuhan tinggi tanaman dipengaruhi oleh komposisi
genetik dan lingkungan. Batang mengandung banyak serat dengan jaringan pembuluh
yang menunjang pohon dan pengangkutan hara. Jika sudah tua batangnya di tutupi oleh sisa potongan pelepah dan
jika sudah berumur diatas 15 tahun sisa potongan pelepah tersebut akan
rontok sehingga akan jelas kelihatan batang kelapa sawit bulat dengan bentuk
mirip batang kelapa. Bagian bawah batang umumnya lebih besar (disebut bongkol batang = bowl).
Pertumbuhan meninggi batang berbeda-beda tergantung dari varitas dan tipenya,
tetapi pada umumnya tinggi batang bertambah 25 – 45 cm per tahun. Dalam kondisi
lingkungan yang sesuai pertambahan tinggi dapat mencapai 100 cm per tahun.
Tinggi pohon maksimum yang ditanam di perkebunan berkisar antara 15 – 18 m
(Moenandir, 1996).
Daun
Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond)
yang menyerupai bulu burung atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk
dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisisnyaDi tengah-tengah
setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun. Daun pertama yang keluar pada
stadia bibit adalah berbentuk lanceolate kemudian berkembang menjadi bifurcate
dan terakhir berbentuk pinnate . Pada umur bibit 5 bulan akan dijumpai 5
lanceolate, 4 bifurcate dan 3 pinnate. Sedangkan pada umur bibit 12 bulan akan
terdapat 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 10 pinnate (Moenandir, 1996).
Pangkal
pelepah daun (petiole) adalah bagian daun yang mendukung atau tempat duduknya
anak/helaian daun dan terdiri atas rachis (basis folium), tangkai daun
(petiolus), duri (spine), helai anak daun (lamina), ujung daun (apex folium),
lidi (nervatio), tepi daun (margo folium) dan daging daun
(Iintervenium).Susunan daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk,
daun-daun tersebut akan membentuk suatu pelepah daun yang panjang nya 7,5 – 9
meter dengan jumlah daun yang tumbuh dikedua sisi berkisar 250 – 400
helai. Pada satu batang kelapa sawit biasanya terdapat 40 – 50 pelepah
daun dengan luas permukaan daun akan
berinteraksi dengan tingkat produktivitas tanaman. Semakin luas permukaan atau
semakin banyak jumlah daun maka produksi
akan meningkat karena proses fotosintesis akan berjalan dengan baik (Moenandir,
1996).
Buah
Buah kelapa sawit menempel dikarangan yang disebut tandan buah. dalam
satu tandan terdiri dari puluhan sampai ribuan buah. tandan buah akan mencapai
ukuran maksimal (terbesar) pada umur 4,5-5 bulan. pada umur ini mulai dibentuk
zat-zat minyak yang disusun dalam sel-sel pengisi disela-sela sabut buah.
minyak sabut (CPO) berwarna jingga karena banyak mengandung karoten. bersamaan
dengan pembentukan minyak, warna kulit buah akan berubah dari ungu menjadi
orannye merah (Moenandir, 1996).
Buah
kelapa sawit terbentuk pada bakal buah dan disebut buah sejati tunggal dan
berkelamin (carnosus). Proses pembentukan buah sejak saat penyerbukan sampai
buah matang lebih kurang 6 bulan. Buah dapat juga terjadi lebih lambat atau
lebih cepat tergantung dari keadaan iklim setempat. Dalam satu tandan dewasa
dapat mencapai lebih kurang 2000 buah. Biji kelapa sawit terdiri atas beberapa
bagian penting. Biji merupakan buah yang telah terpisah dari bagian buah, yang
memiliki berbagai ukuran tergantung tipe tanaman. Biji terdiri atas cangkang,
embrio, dan inti atau endosperma. Embrio panjang nya 3 mm, berdiameter 1,2 mm
berbentuk silindris seperti peluru memiliki 2 bagian utama. Bagian yang tumpul
permukaan berwarna kuning dan bagian yang lain agak tajam berwarna putih (Butonutara, 2007).
Berdasarkan
ketebalan daging buah (mesocarp) dan cangkang (endocarp) kelapa sawit di bagi
menjadi 3 klasifikasi:
1. Dura
Dura memiliki
ciri – cirri daging buah (mesokarp) tipis dan cangkang (endocarp) tebal. Kelapa
sawit jenis ini memiliki rendemen CPO dan PKO yang rendah.
2. Psifera
Psifera
memiliki ciri – ciri daging buah (mesokarp) sangat tebal tetapi cangkang dan
biji sangat kecil. Jenis kelapa sawit ini memiliki produksi CPO yang tinggi
tetapi pada kenyataan di lapangan jenis ini menghasilkan sedikit bunga betina
sehingga produksinya rendah.
3. Tenera
Tenera
adalah hasil persilangan dengan induk betina adalah dura dan induk jantan
adalah Psifera dimana jenis ini memiliki ciri daging buah (mesocarp) tebal dan
cangkang tipis tetapi memiliki ukuran kernel yang besar sehingga produksi CPO
dan PKO tinggi. Jenis tenera inilah yang disebut dengan bibit unggul kelapa
sawit (Moenandir, 1996).
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis)
Tanah
Kelapa sawit dapat tumbuh
pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau
Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Produksi kelapa
sawit lebih tinggi jika di tanam di daerah bertanah Podzolik jika dibandingkan
dengan tanah berpasir dan gambut.Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan sangat baik di banyak jenis
tana, yang terpenting adalah tidak kekurangan air pada saat musim kemarau
dan tidak tergenang air pada saat musim hujan (memiliki drainase yang baik)
karena apabila tanaman sering tergenang air maka akarnya kan membusuk (Anonimus, 2002).
Tingkat keasaman (pH) yang
optimum untuk sawit adalah 5,0- 5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang
gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum
cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas. Untuk mencapai tingkat keasamaan ini
maka di daerah gambut diperlukan perlakuan pemberian pupuk Dolomit atau
Kieserite dalam jumlah yang lebih besar bila dibandingkan dengan kelapa sawit
yang di tanam di tanah darat. Kemiringan lahan kebun kelapa sawit sebaiknya
tidak lebih dari 15° (Anonimus, 2002).
Iklim
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang
tumbuh baik antara garis lintang 130 Lintang Utara dan 120
Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Keadaan
iklim yang dikehendaki oleh kelapa sawit secara umum adalah sebagai berikut :
1.
Cahaya
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman heliofil atau menyukai cahaya
matahari. penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah,
maka tanaman ini akan tumbuh dengan penyinaran matahari yang tinggi (Anonimus, 2002).
Tanaman Kelapa sawit akan tumbuh pada daerah yang
intensitas cahaya yang tinggi di karenakan tanaman tersebut tanaman yang tahan
akan intensitas penyinaran yang tinggi tidak memerlukan naungan bahkan iya
dapat tumbuh baik dan produksi akan optimal (Anonimus, 2002).
2.
Suhu
Suhu/Temperatur optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit 24 - 28oC.
Jadi ketinggian tempat yang ideal untuk kelapa sawit antara 1-500 m dpl
(di atas permukaan laut) (Raf’an, 2008).
Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman kelapa sawit sekitar 80-90%
dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan (Raf’an, 2008).
3. Curah Hujan
Tanaman Kelapa sawit menghendaki curah hujan
1.500 – 4.000 mm per tahun, tetapi curah hujan optimal 2.000 – 3.000 mm per
tahun, dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun. Pembagian
hujan yang merata dalam satu tahunnya berpengaruh kurang baik karena
pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga
bunga atau buah yang terbentuk relatif lebih sedikit (Raf’an, 2008).
Namun curah hujan yang terlalu tinggi kurang
menguntungkan bagi penyelenggaraan kebun karena mengganggu kegiatan di kebun
seperti pemeliharaan tanaman, kelancaran transportasi, pembakaran sisa-sisa
tanaman pada pembukaan kebun, dan terjadinya erosi (Raf’an, 2008).
4. Ketinggian Tempat
Tanaman kelapa sawit bisa tumbuh dan berbuah hingga ketimggian tempat
1000 meter diatas permukaan laut (dpl). Namun, pertumbuhan tanaman dan
produktivitas optimal akan lebih baik jika ditanam di lokasi dengan ketinggian
400m dpl (Raf’an, 2008).
Biasanya ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan maupun perkembangannya tanaman kelapa sawit, pada ketinggian tempat
yang sangat tidak di anjurkan untuk tanaman kelapa sawit tanaman tersebut akan
tetapi adanya keterhambatan dalam hidupnya bahkan tidak tumbuhnya tidak optimal
(Raf”an, 2008).
PEMBAHASAN
A. Pembibitan
Tujuan Pembibitan Kelapa Sawit adalah untuk menghasilkan bibit kelapa sawit
yang berkwalitas tinggi yang harus tersedia sesuai dengan kebutuhan tahapan
penanaman oleh kebun itu sendiri, ataupun untuk dijual kembali.
Lahan bibitan harus sudah dalam kondisi bersih lengkap dengan instalasi air
dan jaringan jalan sebelum penanaman kecambah dimulai, dan untuk Perusahaan
Besar biasanya pembibitan dilakukan dengan 2 tahapan, dan untuk kebun pribadi
lebih sering melakukan satu tahapan saja (untuk hemat cost/biaya). Tetapi
pembahasan kita kali ini menggunakan 2 tahapan yaitu Pre Nursery dan Main
Nursery.
Pre Nursery
Tujuan Pre Nursery adalah memberikan waktu lebih longgar untuk membuat
persiapan areal bibitan dan mempersempit tempat pemeliharaan bibit selama 3
bulan pertama (pada saat bibit memilii 4-5 helai daun) untuk memudahkan
pemeliharaan yang optimal.
Ukuran Polybag
Ukuran polybag kecil (babybag) adalah 0,075 mm x 15 cm x 23 cm lay flat
(setelah diisi akan berdiameter +/- 10 cm dan tinggi +/- 17,5 cm) berwarna
hitam dengan dua baris lubang perforasi berjarak 5 cm x 5 cm. Letak lubang
dimulai dari tengah kantong plastik bagian bawah.
Media Tanam
Media tanam menggunakan top soil (kedalaman 20-30 cm) tanah mineral dengan
tekstur lempung, kecuali di areal gambut dapat menggunakan tanah gambut. Media
tanah tersebut sebaiknya diayak (disaring) memakai saringan 1 cm x 1 cm untuk
mencegah masuknya gumpalan-gumpalan tanah, serta bersih dari sampah dan kotoran
lainnya. Media tanam harus dicampur dengan 50 kg pupuk Rock Posphate (RP) +/- 2
m3 tanah (+/- 1.000 polybag kecil).
Main Nursery ( MN )
Transpalanting (perpindahan dari Pre Nursery ke Main Nursery) dilakukan
pada bibit yang berumur 3 s/d 4 bulan atau memiliki 4 s/d 5 helai daun.
Polybag
Ukuran Polybag besar adalah 0,15 mm x 35 cm x 50 cm lay flat (setelah diisi
tanah diameter +/- 23 cm dan tinggi +/- 39 cm) berwarna hitam dengan empar
garis lubang perforasi 5 cm x 5 cm.Ketebalan polybag harus merata, hal ini
dapat dilihat dengan cara mengamati dibalik sinar matahari, todak ada bagian
terang karena tipis. Kelenturan polybag harus baik agar tidak rusak atau mudah
merobek karena terik matahari.
Media Tanam
Sama dengan di Pre Nursery.
B. Cara Analisis Tanah
dan Analisis Kesatuan Contoh Daun Kelapa Sawit
Sampel Tanah
Analisis tanah dapat memberikan informasi
penting mengenai keragaman sifat-sifat tanah di suatu perkebunan dan dapat
memberikan indikasi adanya perubahan-perubahan persediaan hara di dalam tanah
selama satu siklus tanaman (Butonutara, 2007).
Tujuan uji tanah telah dijelaskan oleh Tisdale dan Nelson (1966) dan
oleh Melsted (1967) adalah: (1) untuk mengevaluasi status kesuburan sebidang
lahan tertentu, (2) meramalkan peluang untuk mendapatkan respon yang
menguntungkan terhadap penggunaan kapur dan pupuk, (3) menyediakan landasan
untuk rekomendasi pengapuran dan pemupukan, dan (4) mengevaluasi status
kesuburan tanah suatu wilayah. Dengan kata lain, uji tanah dapat digunakan
untuk diagnosis, untuk pendugaan dosis pupuk, atau untuk pemupukan tanaman.
Diagnosis defisiensi unsur hara dalam tanaman dapat dilakukan atas dasar
analisis daun atau analisis tanah. Pemisahan dua macam pendekatan ini
semata-mata hanya bersifat “keyakinan” saja, karena keduanya tidak “mutually exclusive”. Secara
umum ada empat fase dalam uji tanah, ya-itu (1) sampling tanah, (2) analisis
tanah, (3) penyusunan rekomendasi, dan (4) interpertasi rekomendasi bagi
petani. (Butonutara, 2007).
Analisa tanah yaitu
pengambilan sampel tanah untuk mengetahui kandungan unsur hara didalam tanah.
Cara pengambilan sampel tanah saangat menentukan keakuratan hasil analisis,
syarat sampel tanah yang diambil adalah berat tanah 0,5 kg dapat mewakili
sebidang tanah dengan luas tertentu atau setidaknya mendekati seluruh daerah
penanaman (Butonutara, 2007).
Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan sampel tanah adalah sebagai
berikut:
1. Titik lokasi pengambilam sampel tanah harus
menyebar ke daerah seluruh tanaman
2. Sampel tanah diambil dengan kedalaman 20-30
cm
3. Sampel tanah yang diambil harus dibersihkan
dari akar, sampah, daun dan pelepah
4. Sistem pengambilan tanah ada yang sistem acak
dan ada juga yang sistem zig-zag.
Setelah tanah diambil, dikumpulkan dalam suatu tempat lalu diaduk-aduk
sampai merata. Dari gabungan sampel tanah ini hanya diambil 500 gr dibungkus
dengan kemasan kedap air untuk dikirim ke laboratorium. Setiap kemasan sampel
tanah diberi label yang menamakan lokasi pengambilan sampel tanah (Anonimus ,2011).
Hasil analisa tanah memberikan gambaran tentang status nutrisi didalam
tanah. Informasi yang didapat diperoleh dari hasil analisisa tanah antara lain
pH tanah, bahan organik yang tersedia, ketersediaan nutrisi didalam tanah,
nutrisi yang dapat menyerap nutrisi dari pemupukan dan kemampuan tanah untuk
melepaskan nutrisi agar dapat diserap oleh tanaman. Semakin tinggi status
nutisi tanah maka efesiensi pemupukan juga akan semakin tinggi (Butonutara, 2007).
Saat yang terbaik untuk
analisa contoh tanah setelah panen, terutama ketika tanah masih lembab. Analisa
perlu dilakukan setipa periode tertentu agar perubahan kesuburan tanah
dimonitor. Umumnya dilakukan setiap tiga tahun paling lam lima tahun. Untuk
menetapkan kebutuhan kapur atau takaran pupuk, pengambilan contoh tanah
hendaknyua dilakukan 1 bulan sebelun tanam. Hal ini untuk memberi waktu dalam
menyelesaikan analisa tanah (Butonutara, 2007).
Pengambilan contoh
tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah
dilaboratorium, prinsipnya hasil analisa sifat-sifat fisik tanah dilaboratorium
harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat fisik tanah dilapangan (Anonimus ,2011).
Sampel daun
Pengambilan Contoh Daun Tanaman Muda Kelapa
Sawit/ Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Pengambilan contoh daun pada tanaman
muda sampai umur 1,5 tahun menggunakan daun pelepah ke-3 dan pada tanaman umur
1,5-2,5 tahun dipakai daun pelepah ke-9. Pekerjaan pengambilan contoh daun ini
harus dilakukan dengan hati-hati dan tim yang tetap hendaknya dibentuk pada
setiap kebun atau afdeling. Pengambilanya hanya satu kali setahun anggota tim
dapat melakukan pekerjaan lain di luar waktu pengambilan contoh daun tersebut.
Setiap tim minimal terdiri 2 orang dan setiap hari hanya dapat menyelesaikan
satu KCD (Anonimus ,2011).
Pengambilan sampel biasanya dilakukan minimal 2 bulan sesudah aplikasi
pupuk terakhir, tidak pada kemarau panjang dan dilakukan pada bulan yang sama
setiap tahun. Contoh daun diambil mulai jam 7.00-12.00 dan tidak waktu hujan.
Dari pelepah daun ke-17 ini diambil masing-masing 3 helai anak daun sebelah
kiri dan kanan. Letak anak daun yang diambil ini berada kira-kira diantara
1/2-1/3 bagian dari ujung pelepah atau pada titik ujung permukaan daun bagian
atas pelepah. Helai daun dibersihkan
dengan kapas yang dibasahi dengan aquadest, lalu 1/3 dari ujung dan pangkal
daun dipotong, sedangkan bagian tengahnya dipakai sebagai contoh setelah
dibuang lidinya. Helai daun dari pokok-pokok satu KCD dikumpulkan menjadi satu
dan dimasukkan ke dalam kantong plastik dengan label yang berisi : nama kebun,
No.KCD, Afdeling, Blok, No.pelepah, tahun tanam, tanggal pengambilan , dan nama
petugas pencatat, (Adlin,U.L.2008).
Syarat Dalam Pengambilan Contoh Daun Kelapa Sawit
a. Dilakukan minimal 2 buah setelah pemupukan terakhir.
b. Tidak dilakukan pada musim kemarau panjang.
c. Tidak dilakukan pada bulan dengan curah hujan lebih dari 400 mm.
d. Untuk dapat membandingkan hasil analisa daun hendaknya pengambilan
contoh daun dilakukan pada bulan yang sama setiap tahunnya.
e. Untuk Tandan Buah Masak (TBM) pengambilan contoh daun dilakukan hanya
jika diperlukan dan pengambilan contoh daun mulai dapat dilakukan pada 6-12
bulan sesudah penanaman.
f. Pengambilan contoh daun dapat dilakukan oleh tim yang terdapat di
setiap afdeling atau divisi yang sebelumnya dilatih oleh lembaga yang terkait.
g. Satu tim untuk pengambilan contoh daun terdiri dari 2 orang, 1 orang
untuk mengambil daun dan 1 orang lagi untuk mengumpulkan contoh daun yang sudah
diambil dari atas pohon. Universitas Sumatera Utarah.
h. Pembuatan peta Pesatuan Kesatuan Daun (KCD) yang baik akan sangat
membantu kelancaran pengambilan contoh daun.
C. Pemanfaatan Tandan
Kosong Kelapa Sawit
Telah dilakukan untuk memanfaatkan limbah tandan kosong sawit (TKS) yang
ketersediannya berlimpah sepanjang tahun. Salah satu pemanfaatan TKS adalah
untuk pembuatan briket arang. Pembuatan briket arang TKS dilakukan dengan
metode pembakaran langsung dalam suatu klin/reaktor dengan kondisi pembakaran
dan udara yang terkontrol. Arang yang dihasilkan di-giling dan dicetak dengan
meng-gunakan tekanan hidrolik dengan ukuran yang disesuaikan dengan per-mintaan
pasar (Attayaya, 2010).
Untuk pabrik minyak sawit dengan kapasitas 30 ton TBS per jam dan
beroperasi selama 20 jam per hari, akan menghasilkan TKS sebanyak 120 ton per
hari atau 120.000 kg per hari (75.000 kg TKS berkadar air 20 persen per hari).
Jumlah arang yang dihasilkan dengan rendemen 30 persen adalah sebanyak 25.000
kg. Jika diasumsikan 1 kg arang harganya Rp 150 maka nilai jual arang tersebut
adalah sebesar Rp 3.250.000 (Attayaya, 2010).
D. Produk – Produk jadi
Olahan Kelapa Sawit
Secara umum hasil pengolahan
kelapa sawit dibedakan kedalam 3 kategori, yang masing :
1. CPO (Crude Palm Oil). CPO setelah melalui proses pemurnian akan
menghasilkan minyak kelapa sawit dan berbagai produk sampingan yang antara
lain: margarine, shortening, Vanaspati (Vegetable ghee), Ice creams, Bakery
Fats, Instans Noodle, Sabun dan Detergent, Cocoa Butter Extender,
Chocolate dan Coatings, Specialty Fats, Dry Soap Mixes, Sugar Confectionary,
Biskuit Cream Fats, Filled Milk, Lubrication, Textiles Oils dan Bio Diesel.
Khusus untuk biodiesel, permintaan akan produk ini pada beberapa tahun
mendatang akan semakin meningkat, terutama dengan diterapkannya kebijaksanaan
di beberapa negara Eropa dan Jepang untuk menggunakan renewable energy.
2. PKO (Palm Kernel Oil). PKO juga merupakan bahan baku minyak kelapa
sawit yang disebut dengan istilah minyak Inti Sawit. Selain menghasilkan minyak
inti sawit PKO juga mempunyai produk sampingan yang antara lain:
Shortening, Cocoa Butter Substitute, Specialty Fats, Ice Cream, Coffee
Whitener/Cream, Sugar Confectionary, Biscuit Cream Fats, Filled Mild, Imitation
Cream, Sabun dan Detergent, Shampoo dan Kosmetik.
3. Oleochemicals kelapa sawit. Dari produk turunan minyak
kelapa sawit dalam bentuk oleochemical dapat dihasilkan Methyl Esters,
Plastic, Textile Processing, Metal Processing, Lubricants, Emulsifiers,
Detergent, Glicerine, Cosmetic, Explosives, Pharmaceutical Products dan Food
Protective Coatings (Botunutera, 2007).
Salah satu produk diversifikasi dari MSM adalah surfaktan. Dewasa ini,
umumnya surfaktan dan emulsifier disintesis dari minyak bumi (petrokimia).
Selain minyak bumi. Surfaktan dan emulsifier yang dibuat dari minyak nabati
mudah ter-urai secara biologi (biodegradable) se-hingga tidak mencemari
lingkungan. Salah satu jenis surfaktan yang dapat disintesis dari minyak nabati
adalah sukrosa ester. Sukrosa ester merupakan surfaktan non ionik dan mempunyai
sifat emulsifying, foaming, detergent, solubilizing yang sangat baik dan tidak
beracun. Sukrosa ester dapat digunakan sebagai surfaktan dalam
industri farmasi, deterjen, kosmetik, serta industri pangan (Botunutera, 2007).
Minyak sawit mempunyai potensi yang sama baiknya dengan minyak kedelai
atau lemak gajih sapi sebagai bahan baku surfaktan dan emulsifier. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa waktu reaksi optimum pada kondisi percobaan adalah
sembilan jam. Pada kondisi tersebut diperoleh kadar perolehan sebesar 39 persen
dengan produk yang berbentuk semi padat dan berwarna kuning coklat. Kompo-sisi
bahan baku mempengaruhi kadar perolehan, sifat fisik, serta mutu surfaktan yang
dihasilkan (Botunutera, 2007).
Dengan semakin meningkatnya laju pertumbuhan produksi MSM, maka perlu
dicari alternatif lain diversifikasi MSM menjadi produk lain yang me-miliki
nilai ekonomi lebih tinggi. Salah satunya adalah senyawa anti mikrobial dari
minyak sawit mentah. Senyawa anti mikrobial dan turunannya banyak digunakan
sebagai anti depresant, anti bakteri, repelan nyamuk, tranguilisers, fungisida,
dan anti in-flammasi. Senyawa anti mikrobial juga dapat digunakan untuk
formulasi pada kosmetik dan farmasi (Anonimus ,2011).
Berdasarkan struktur rantai karbonnya maka minyak sawit dapat dijadikan
bahan baku senyawa anti mikrobial melalui proses epoksidasi metil ester oleat.
Produk yang diperoleh terdiri dari campuran isomer morpholinon (Botunutera, 2007).
E. Jenis – Jenis
Perusahaan Penghasil Benih atau Bibit Kelapa Sawit
Sertifikasi adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap benih
yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi melalui pemeriksaan lapangan, pengujian
laboratorium dan pengawasan serta memenuhi persyaratan untuk diedarkan.Pada
hakekatnya sertifikasi benih kelapa sawit adalah bagian dari pengawasan benih
kelapa sawit. Salah satu tujuan kegiatan ini diharapkan mampu
meningkatkan kualitas benih yang beredar dimasyarakat dan berdampak terhadap
peningkatan produktivitas komoditi perkebunan secara nasional. Pelaksanaan
sertifikasi secara filosofis dapat digambarkan sebagai pelaksanaan kegiatan
penilaian antara kondisi genetik, fisik dan fisiologis benih tanaman
dibandingkan dengan standar ideal yang telah ditetapkan atau disepakati dan
dapat dibenarkan secara empiris berdasarkan kaidah ilmu pengetahuan.
Sertifikasi benih kelapa sawit dilakukan pada :
- Kecambah
kelapa sawit dan
- Benih
siap tanam.
Sertifikasi
kecambah kelapa sawit, dengan melakukan pemeriksaan
dokumen dan fisik kecambah yang akan diedarkan oleh sumber benih. Sumber benih
adalah tempat dimana suatu kelompok benih diproduksi. Ada 10 (sepuluh) produsen
benih resmi dalam negeri yang menyediakan benih untuk bibit kelapa sawit dan
diawasi oleh 4 Balai/UPTD Perbenihan Perkebunan yaitu :
- Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan oleh BBPPTP Medan;
- PT.
London Sumatera (Lonsum) oleh BBPPTP Medan;
- PT.
Socfin oleh BBPPTP Medan;
- PT.
Bakti Tani Nusantara oleh BBPPTP Medan;
- PT.
Tunggal Yunus Estate oleh UPTD Riau;
- PT.
Dami Mas Sejahtera oleh UPTD Riau;
- PT.
Bina Sawit Makmur oleh BP2MB Palembang-Sumsel;
- PT.
Tania Selatan oleh BP2MB Palembang-Sumsel;
- PT.
Sasaran Ehsan Mekarsari oleh BBPPTP Surabaya;
- PT.
Sarana Inti Prasarana (SAIN) oleh UPTD Riau.
Sesuai
tugas dan fungsinya yang menerbitkan Sertifikat adalah Balai/UPTD Perbenihan
Perkebunan, tetapi pelaksana di lapangan yang melakukan pemeriksaan adalah
Pengawas Benih Tanaman (PBT). Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan yang
dilakukan oleh PBT maka Balai/UPTD Perbenihan Perkebunan akan menerbitkan
sertifikat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
- Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting
penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit
terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi
- Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah
Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun
Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman
hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an.
- Pangsa Produksi dan Konsumsi
serta Pemanfaatan Minyak Sawit Industri makanan : Mentega, shortening,
coklat, additive, es cream, pakan ternak, minyak goreng.
- Produk obat – obatan dan
kosmetik : Krim, shampoo, lotion, pomade, vitamin and beta carotene.
Industri berat dan ringan : Industri kulit (untuk membuat kulit halus dan
lentur dan tahan terhadap tekanan tinggi atau temperatur tinggi), cold
rolling and fluxing agent pada industri perak.
- Dan juga sebagai bahan
pemisah dari material cobalt dan tembaga di industri logam. Industri kimia
: Bahan kimia yang digunakan untuk detergen, sabun, dan minyak.
Saran
Saran saya pada pembudidaya tanaman kelapa sawit ini adalah sebaiknya
bibit kelapa sawit yang akan di gunakan adalah bibit yang bersertifikat perkebunan
penghasil bibit kelapa sawit terpercaya, sehingga mutu dari tanaman kelapa
sawit tersebut sudah terbukti baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus ,2002. Kabar Sawit.( online ), (http://kabarsawit.wordpress.com/.) diakses tanggal : 11 Juni 2015 pukul 20:00 wib
Anonimus ,2009. Tanaman
Kelapa Sawit ( online ), (http://isroi.com/2009/07/29/foto-foto-sawit/.) diakses tanggal :12 juni 2015 pukul 20:00 wib.
Anonimus ,2011. Macam-macam
artikel tentang tanaman.( online ), (http://edi-macammacamartikel.blogspot.com/2011/12/bab-ipendahuluan-latar-belakang.html ) diakses tanggal : 11 Juni 2015 pukul 20:00 wib.
Anonimus ,2011.
Proposal Penelitian.( online ), (http://uj3n9.blogspot.com/2011/10/proposal-penelitian.html) diakses tanggal : 10 Juni 2015 pukul 20:00 wib.
Attayaya, 2010. Produk Turunan Kelapa Sawit, ( online),(http://www.attayaya.net/2010/07/produk- turunan- kelapa-sawit_26.html Diambil dari tulisan
aslinya di http://www.attayaya.net )diakses tanggal : 10 Juni 2015 pukul 20:00 wib.
Butonutara, 2007.Kepentingan
Dari Tanaman Kelapa Sawit ( online ), (http://wwwbutonutara.blogspot.com/2011/09/kelapa-sawit-butur-untuk-kepentingan.html) diakses tanggal : 17 Juni 2015
pukul 20:00 wib.
Moenandir, 1996. Morfologi dan anatomi tumbuhan.( Online ),( http://nandagokilz1.wordpress.com/2013/02/05 /klasifikasi- dan- morfologi-tanaman-kelapa-cocos-nucifera-l/). diakses tanggal : 10 Juni 2015 pukul 20:00 wib.
Raf’an,
2008. Tentang
Tanaman Kelapa. SMKN 6 Pertanian. Surabaya
Rony, 2005.
Management Panen Kelapa Sawit ( online ), (http://rony-bujangjumendang.blogspot.com/2012/01/manajemen-panen-kelapa-sawit-tujuan.html.) diakses tanggal : 17 Juni 2015
pukul 20:00 wib.
Sonya E.P, 2002. Hasil
Olahan Dari Kelapa Sawit ( online ), (http://sawitku.wordpress.com/2009/10/31/berbagai-hasil-
olahan-dari-kelapa-sawit/.) diakses tanggal : 11 Juni 2015 pukul 20:00 wib.
I. 2 Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman karet berasal dari Brasil. Tanaman ini
merupakan sumber utama bahan karet alam dunia.
Sebagai penghasil lateks, tanaman karet merupakan satu-satunya yang dikebunkan secara besar-besaran. Devisa negara
yang dihasilkan dari komditas karet ini cukup besar. Sejarah
karet bermula ketika Christopher Columbus menemukan benua Amerika pada 1476.
saat itu, Columbus tercengang melihat orang-orang Indian bermain bola dengan
menggunakan suatu bahan yang dapat melantun bila dijatuhkan ketanah. Bola
tersebut terbuat dari campuran akar, kayu, dan rumput yang dicampur dengan
suatu bahan (lateks) kemudian dipanaskan diatas unggun dan dibulatkan seperti
bola (Anonimus, 2011).
Pada 1731, para ilmuwan mulai tertarik untuk menyelidiki bahan tersebut.
seorang ahli dari Perancis bernama Fresnau melaporkan bahwa banyak tanaman yang
dapat menghasilkan lateks atau karet, diantaranya dari jenis Havea brasilienss
yang tumbuh di hutan Amazon di Brazil. Saat ini tanaman tersebut menjadi
tanaman penghasil karet utama, dan sudah dibudidayakan di Asia Tenggara yang
menjadi penghasil karet utama di dunia saat ini (Anonimus, 2011).
Luas areal perkebunan karet di
Indonesia pada tahun 2009 mencapai 3,435,417 Ha dengan total produksi 2,440,346
tons. Jumlah petani yang terlibat dalam usaha budidaya karet ini ini
adalah 2,075,954 KK dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 195,325 orang (Anonimus, 2011).
Volume ekspor komoditas karet
pada tahun 2008 mampu menghasilkan devisa bagi negara sebesar US $
6,056,572 dari total ekspor sebesar 2,295,456 tons.Meskipun demikian komoditas karet masih berpengaruh besar terhadap
perekonomian negara. Karet mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan
devisa negara. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$
2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas. Ekspor Karet
Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1
juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995, dan 1,9 juta ton
pada tahun 2004. Sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan produksi mencapai 3,5
juta ton, dan tahun 2035 mencapai 5,1 juta ton.Saat ini meroketnya harga minyak
bumi sebagai bahan baku karet sintetis akan membuat industri karet alami
kembali dilirik, dan kedepan kebutuhan karet akan meningkat tetapi masalahnya
produksi karet Indonesia saat inimasih rendah yaitu sepertiga produksi Thailand
(Anonimus, 2011).
Tujuan
- Untuk
mengetahui lebih dekat mengenai tanaman budidaya Karet (Hevea brasiliensis Muell).
- Untuk mengetahui cara
budidaya tanaman budidaya Karet (Hevea brasiliensis Muell).
- Untuk
mengetahui morfologi tanaman budidaya Karet (Hevea brasiliensis Muell).
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Spesies : Hevea brasiliensis Muell. Arg (Anonimus, 2006)
Botani Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell)
Akar
Akar pada tanaman karet merupakan
struktur tumbuhan yang terdapat di dalam tanah. Akar adalah tempat masuknya
mineral atau zat-zat hara. Akar merupakan kelanjutan sumbu tumbuhan. Tumbuhan
dikotil dan monokotil ada perbedaan sistem perakaran. Pada akar tumbuhan
monokotil terususun sistem akar serabut(Anonimus, 2006).
Panjang akar tanaman karet itu
sendiri dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti porositas tanah, tersedianya
air dan mineral, dan kelembapan tanah. Morfologi akar terdiri dari rambut akar,
batang akar, ujung akar, dan tudung akar. Rambut akar merupakan perluasan
permukaan dari sel-sel epidermis akar yang berguna untuk memperluas daerah
penyerapan (Anonimus, 2006).
Batang
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup
besar Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki
percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan
arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung
getah yang dikenal dengan nama lateks. Tinggi tanaman karet dapat mencapai 15 – 20
meter. Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang setinggi 2,5
sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh latek. Tanaman karet memiliki sifat
gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan (kekurangan air/kemarau)(Anonimus, 2013).
Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30
tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan
tinggi tanaman dapat mencapai 15 – 20 meter. Modal utama dalam pengusahaan
tanaman ini adalah batang setinggi 2,5 sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh
latek (Anonimus, 2013).
Daun
Daun karet berwarna hijau apabila akan rontok berubah warna menjadi
kuning atau merah. Biasanya tanaman karet mempunyai “jadwal” kerontokan daun
pada setiap musim kemarau. Dimusim rontok ini kebun karet menjadi indah karena
daun-daun karet berubah warna dan jatuh berguguran. Daun karet terdiri dari
tangkai daun utama dan tangkai daun. Panjang tangkai daun berukuran 3-20 cm.
Panjang tangkai arakan daun antara 3-10 cm,dan pada ujungnya terdapat kelenjar
anak daun disebut eliptis, memanjang dengan ujung meruncing. Daun ini akan tumbuh kembali pada awal musim
hujan. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun.
Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan
pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada
sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung
meruncing, dan tepinya rata dan gundul (Anonimus, 2012).
Daun karet berwarna hijau, apabila akan rontok, daun berubah warna
menjadi kuning atau merah. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan
tangkai daun. Biasanya ada 3 anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet.
Anak daun berbentuk eliptis yang memanjang dengan ujung runcing dan tepian yang
rata (Anonimus, 2012).
Biji
Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya
tiga kadang sampai enam sesuai dengan jumalah ruang. Ukuran biji besar dengan
kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpoin yang khas.
Biji yang sering menjadi mainan anak-anak sebenarnya berbahaya karena
mengandung racun. Biji karet tergolong rekalsitran (Fauzan, 2003).
Beberapa sifat-sifat biji karet diantaranya biji tidak pernah kering di
pohon tetapi akan jatuh dari pohon setelah masak dengan kadar air sekitar 35%.
Biji karet tidak tahan terhadap kekeringan dan tidak mempunyai masa dormansi
dan biji karet akan mati bila kadar air dibawah 12%. Biji karet tidak dapat
disimpan pada kondisi lingkungan kering karena akan mengalami kerusakan. Daya
simpan biji umumnya singkat dan kisaran suhu penyimpanan biji karet yang baik
adalah 7-10°C, karena pada suhu ini belum mengalami pembekuan sel (Fauzan, 2003).
Syarat tumbuh tanaman karet
Tanah
Tanaman karet dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah, baik pada tanah-tanah vulkanis muda ataupun vulkanis tua,
alluvial dan bahkan tanah gambut. Tanah-tanah vulkanis umumnya memilki
sifat-sifat fisika yang cukup baik, terutama dari segi struktur, tekstur,
solum, kedalamman air tanah, aerasi, dan drainasenya. Akan tetapi sifat-sifat
kimianya umumnya sudah kurang baik, karena kandungan haranya relative rendah. Tanah-tanah
alluvial umumnya cukup subur, tetapi sifat fisisnya terutama drainase dan
aerasinya kurang baik. Pembuatan saluran-saluran drainase akan menolong
memperbaiki keadaan tanah ini (Anonimus, 2012)
Tanah yang kurang unsur haranya
dapat diatasi dengan pemupukan. Yang penting bagi karet ialah tanah yang gembur
dan cukup kedalamnya. Pada tanah dengan kedalaman dan kegemburannya baik, akar
tanaman dapat berkembang dengan baik, dan pohon tumbuh dengan suburnya, serta
produksi dapat diharapkan akan tinggi. Tanah subur, tetapi lapisan ini sangat
dangkal sehingga akar kurang dapat berkembang, maka hasilnyapun jauh dari
harapan. Kedalaman tanah ini paling sedikit 1-2 meter (Anonimus, 2012).
Iklim
1.
Cahaya
Sinar matahari yang cukup melimpah di Negara-negara tropis merupakan
syarat lain yang diinginkan tanaman karet. Dalamsehari tanaman karet
membutuhkan sinar matahari dengan
intensitas yang cukup paling tidak selama 5-7 jam (Fauzan, 2003).
Faktor-faktor produksi alami seperti letak derah terhadap lintang,
besarnya curah hujan,suhu harian rata-rata, ketinggian tempat dari permukaan
laut,dan intensitas cahaya matahari adalah hal yang amat dibutuhkan tanaman
karet dan sulit untuk ditawar (Fauzan, 2003).
2.
Suhu
Suhu optimal yang diperlukan tanaman karet
berkisar antara 240C sampai dengan 280C. Kelembaban tinggi
sangat diperlukan untuk pertumbuhannya dengan lama penyinaran matahari berkisar
5 – 7 jam per hari Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran
rendah denganketinggian 200 m dari permukaan laut (Moenandir,
1996).
Ketinggian > 600 m dari permukaan lauttidak
cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara25oC
sampai 35oC. Suhu
Untuk pertumbuhan karet yang lebih, memerlukan suhu antara 25-30oC dengan suhu
optimal rata-rata 28oC. setiap naik 100 meter temperature akan turun 0,50C. Kecepatan
angin maksimum kurang atau sama dengan 30km/jam (Moenandir, 1996).
3.
Curah Hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal
antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd.
150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang (Moenandir, 1996).
Seperti halnya dengan tanaman
lain, karet membutuhkan persediaan air yang cukup bagi pertumbuhannya. Air
diperoleh dari tanah berasal dari hujan. Air hujan sebagian akan diserap oleh
tanah, sebagian diuapkan dan sisanya mengalir di atas permukaan tanah. Jumlah
air dalam tanah yang tersedia bagi tanaman selain ditentukan oleh jenis tanah
juga oleh curah hujan.Karet membutuhkan curah hujan minimum 1500 mm per tahun
dengan jumlah hari hujan 100-150 hari. Curah hujan optimum bagi karet 2500-4000
mm. Di beberapa tempat karet masih dapat hidup dengan baik pada curah hujan
5000-6000 mm (Moenandir, 1996).
4.
Ketinggian Tempat
Ketinggian Tempat Tanaman karet tumbuh optimal di daerah dataran rendah
yakni pada ketinggian sampai 200 m diatas permukaan laut. Maki tinggi letak
tempat pertumbuhannya makin lambat dan hasilnya lebih rendah. Ketinggian lebih
dari 600 m dari pernukaan laut tidak cocok bagi tanaman karet (Anonimus, 2006).
Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh
tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 250C sampai 350C (Anonimus, 2006).
5. Kecepatan angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada
umumnya kurang baik untuk penanaman karet. Unsur iklim lainnya yang perlu diperhatikan
ialah angin. Angin kencang dapat mematahkan tajuk karet. Di daerah berangin
kencang dianjurkan untuk ditanami penahan angin disekeliling kebun. Angin
berpengaruh pula terhadap kelembaban sekitar tanaman (Anonimus, 2011)
Angin bertiup akan membawa uap
air, menyebabkan uap air sekitar tanaman menipis. Keadaan demikian mempercepat
penguapan dari tanaman. Penguapan ini akan memperlemah turgor dalam tanaman.
Tekanan turgor yang lemah berpengaruh terhadap keluarnya lateks pada waktu
disadap. Walaupun mungkin tidak berpengaruh nyata, tetapi angin akan
berpengaruh terhadap jumlah produksi yang diperoleh (Anonimus, 2011).
PEMBAHASAN
a.
Pembibitan Karet
Produk – produk yang di hasilkan bermula dari inggris. Seorang ahli kimia dari Iggris pada tahun
1770 melaporkan bahwa, karet digunakan untuk menghapus tulisan dari pensil.
sejak 1775 karet mulai digunakan sebagai bahan penghapus tulisan pensil, dan
jadilah karet itu di Inggris disebut dengan nama Rubber (dari kata to rub, yg
artinya menghapus).Sebelumnya remah roti biasa digunakan orang untuk menghapus tulisan
pensil. Pada dasarnya, nama ilmiah yang diberikan untuk benda yang elastis
(menyerupai karet) ialah elastomer, tetapi sebutan rubber-lah lebih populer di
kalangan masyarakat awam (Andika, 2005).
Saat ini produk karet Indonesia
hampir 100% berupa produk industri hulu (setengah jadi) seperti karet sit
(Ribbed Smoked Sheet, RSS), karet remah (Standard Indonesian Rubber, SIR), sit
angin, latex pekat, dsb. Sedangkan produk industri hilirnya masih sangat
terbatas jumlah produsennya, antara lain PT. Industri Karet Nusantara (PT. IKN)
anak perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III Medan, merupakan produsen industri
hilir karet alam dengan berbagai produk antara lain rubber articles yang bahan
bakunya 90% karet alam berupa SIR-10/20 & cutting + 10% karet sintetis yang
menghasilkan berbagai produk barang jadi karet antara lain rubber dock fender,
komponen-komponen untuk keperluan pabrik/industri seperti cement mill,
centrifuge latex mill, crumb rubber mill, sugar mill, aluminium plant, oil palm
mill, komponen bangunan tahan gempa dan beberapa aplikasi lainnya seperti
conveyor belt, rubber mats, rubber bands dan produk lainnya sesuai pesanan.
Produk rubber threads yang bahan bakunya 100% karet alam berupa latex pekat,
merupakan bahan baku untuk industri garment, mebel, dsb (Andika, 2005).
b. Proses Seleksi dan Penyemaian
Biji Karet
Produk resiprene 35 yang bahan bakunya 100% karet alam
berupa SIR-10/20 + cutting, merupakan bahan baku untuk pembuatan cat kapal, cat
dasar kendaraan, tinta cetak, vernish, pelapis cermin, cat dekorasi, isolator
listrik, dsb. Teknologi Lateks Alam Iradiasi adalah suatu teknologi bagaimana cara
membuat/memproduksi barang-barang karet dari lateks alam iradiasi. Saat ini ada
lima cara membuat barang-barang karet dari lateks alam iradiasi, yaitu dengan
cara celup, cara tuang, cara semprot, cara pelapisan dan dengan cara pembusaan.
Secara rinci adalah sebagai berikut :
Pembuatan barang karet dengan cara celup. Cetakan
dimasukkan ke dalam lateks alam iradiasi, kemudian lateks yang menempel pada
cetakan dikeringkan, selanjutnya dilepas dari cetakannya. Barang-barang karet
yang dihasilkan dengan cara celup ini mempunyai ketebalan di bawah 0,5 mm.
Barang karet tersebut adalah sarung tangan, balon, kondom, dll.
c. Jenis Pembagian Klon
Karet
Pembuatan barang karet dengan cara tuang. Lateks alam
iradiasi dituangkan ke dalam cetakan, kemudian setelah lateks yang melekat pada
cetakan kering, dilepas. Barang-barang karet yang dihasilkan dengan cara tuang
ini mempunyai ketebalan di atas 0,5 mm, misalnya topeng, perlak bayi.
Pembuatan barang karet dengan cara semprot. Lateks alam
iradiasi disemprotkan melalui lubang kecil, kemudian lateks yang keluar dari
lubang kecil tersebut digumpalkan, dicuci dan dikeringkan. Cara ini hanya bisa
dikerjakan oleh industri menengah atau besar, karena biasanya menggunakan
peralatan yang serba otomatis. Barang karet yang dihasilkan berupa benang
karet.
d. Kebun Entres
Proses pelapisan dengan lateks alam iradiasi. Ada dua
cara yang dapat dilakukan untuk melapisi suatu benda, yaitu dengan cara
mengulaskan lateks alam iradiasi.
Dan yang lain dengan cara menyemprotkan lateks ke permukaan benda. Cara
pertama dapat dilakukan di industri tekstil, yaitu pelapisan kain (Andika,
2005).
e. Cara Sadap Karet dan
Jenis Pisau Sadap
Pembuatan barang karet dengan
cara pembusaan. Lateks alam iradiasi diberi bahan pembusa kemudian diaduk
sampai lateks tersebut berbentuk busa, lalu dalam keadaan berbusa lateks digumpalkan.
Barang karet yang dihasilkan adalah karet busa. Bahan baku karet alam sangat
diperlukan untuk proses pembuatan produk-produk industri hilir tersebut, karena
tidak dapat tergantikan 100% oleh karet sintetis yang karakteristiknya banyak
kelemahannya dibandingkan dengan karakteristik karet alam. Disamping itu produk
berbahan baku karet alam bersifat terbarukan (sustainable) dan ramah
lingkungan, berbeda dengan karet sintetis yang bersifat sebaliknya (Putra,
2002)
Jika disimpulkan, maka manfaat
pohon karet sebagai berikut :
f. Produk – Produk jadi
Olahan Lateks Karet
Getah (latex) nya digunakan
untuk berbagai produk jadi untuk keperluan rumah tangga seperti ember, mebel,
keset, matras, mainan anak, benang karet; untuk keperluan industri seperti
otomotif, sepatu, tas, garment, selang, conveyor belt, alat kesehatan dan
olahraga, dsb (Putra, 2002)
Batang (kayu) nya dapat
dibuat mebel dan merupakan bahan bakar kamar asap pabrik RSS karena kandungan
flavonoid yang ada dalam asapnya bermanfaat sebagai anti jamur pada blanket /
lembaran sit.Areal kebun karet berfungsi sebagai penangkappolutan di udara
(dapat mengurangi pencemaran udara)(Supriyadi, 2008).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Tanaman karet berasal dari Brasil. Tanaman ini
merupakan sumber utama bahan karet alam dunia.
Sebagai penghasil lateks.
2.
tanaman karet
merupakan satu-satunya yang dikebunkan
secara besar-besaran. Sejarah
karet bermula ketika Christopher Columbus menemukan benua Amerika pada 1476.
3.
Devisa negara yang dihasilkan
dari komditas karet ini cukup besar. Meskipun demikian komoditas karet masih berpengaruh besar terhadap
perekonomian negara. Karet mampu memberikan kontribusi di dalam upaya
peningkatan devisa negara.
4. Getah (latex) nya digunakan untuk berbagai produk jadi untuk keperluan
rumah tangga seperti ember, mebel, keset, matras, mainan anak, benang karet;
untuk keperluan industri seperti otomotif, sepatu, tas, garment, selang,
conveyor belt, alat kesehatan dan olahraga, dsb
5. Batang (kayu) nya dapat dibuat mebel dan merupakan bahan bakar kamar asap
pabrik RSS karena kandungan flavonoid yang ada dalam asapnya bermanfaat sebagai
anti jamur pada blanket / lembaran sit.Areal kebun karet berfungsi sebagai
penangkap polutan di udara (dapat mengurangi pencemaran udara)
Saran
Saran
saya pada budidaya tanaman karet adalah sebaiknya melakukan pembibitan seperti
penggunaan kebun entres dengan benar untuk mendapatkan mata okulasi untuk
pembibitan karet dan mendapatkan produksi yang maksimal ketika sudah sampai
pada masa produktifitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Andika, 2005.
Management Bisnis Karet ( online ), (http://bisniskaret.blogspot.com/) diakses tanggal : 12 Juni 2015
pukul 20:00 wib. Medan.
Anonimus ,2012. Tanaman Perkebunan Karet( online ), (http://taruma-ismaya.blogspot.com/2012/01/prospek-tanaman-perkebunan-karet-di.html ) diakses tanggal : 13 Juni 2015 pukul 20:00 wib. Medan.
Anonimus ,2006. Bibit Karet .( online ), (http://www.bibit-karet.com/news/10/ Mengenai-Tanaman-Karet) diakses tanggal : 10 Juni 2015 pukul 20:00 wib.
Anonimus ,2011. Macam-macam artikel tentang tanaman.( online ), (http://edi-macammacamartikel.blogspot.com/2011/12/bab-ipendahuluan-latar-belakang.html ) diakses tanggal : 17 Juni 2015 pukul 20:00 wib.
Anonimus ,2013. Makalah Morflogi Akar Tanaman Karet( online ), (http://endrymesuji.blogspot.com/2013/01/makalah-morfologi-akar.html ) diakses tanggal :17 juni 2015 pukul 20:00 wib.
Fauzan, 2003. Mengenai Tanaman Karet, ( online ),( http://fauzanhs.blogspot.com/2013/02/ klasifikasi- dan- morfologi-tanaman.html)diakses tanggal : 10 Juni 2015 pukul 20:00 wib.
Moenandir, 1996. Morfologi dan anatomi tumbuhan.( Online ),( http://nandagokilz1.wordpress.com/2013/02/05 /klasifikasi- dan- morfologi-tanaman-kelapa-cocos-nucifera-l/). diakses tanggal : 10 Juni 2015 pukul 20:00 wib.
Putra, 2002. Hasil
Olahan Dari Kelapa Sawit ( online ), (www.plantamor.com/index.php?plant=673 )diakses tanggal : 17 Juni 2015
pukul 20:00 wib.
Supriyadi, 2008. Deptan disbun Sumsel/Litbang
Deptan . Yogyakarta
Post a Comment