Generasi Rimba Alam Semesta ( GRAS ) Generasi Rimba Alam Semesta ( GRAS ) Author
Title: IKLIM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
Author: Generasi Rimba Alam Semesta ( GRAS )
Rating 5 of 5 Des:
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA: IKLIM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Teori di dalam ilmu komunikasi d...
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA: IKLIM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Teori di dalam ilmu komunikasi dapat dikategorikan multi dimensi karena mencakup segala hal terkait dinamika kehidupan sosial, hal ini didasari dengan keterkaitan komunikasi sebagai alat interaksi bagi umat manusia, sehingga dapat disimpulkan bahwa alasan keragaman teori tersebut diuraikan berdasarkan keragaman fungsi komunikasi sebagai alat interaksi tersebut yang merupakan suatu kebutuhan primer manusia sebagai makhluk sosial.
Para pakar komunikasi melakukan berbagai penelitian terkait komunikasi yang dibangun oleh manusia sebagai alat interaksi dari berbagai aspek dan sudut pandang serta faktor yang berkaitan, termasuk dalam komunikasi antarbudaya terdapat istilah iklim komunikasi, istilah tersebut merupakan bentuk penggambaran mengenai situasi atau suasana psikologis maupun sosial yang mempengaruhi komunikasi. Interaksi antara orang-orang yang memiliki perbedaan budaya memang menimbulkan lebih banyak salah pengertian daripada keselarasan pengertian antara komunikator dengan komunikan.[1][1]
Dalam makalah sederhana ini mencoba untuk menguraikan pembahasan mengenai hal tersebut, sebagai bentuk pemenuhan terhadap tugas yang diberikan, serta materi yang ditawarkan dengan berlandaskan kepada beberapa literatur yang dapat dicapai, makalah ini disusun dengan judul: “IKLIM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA.”
Istilah iklim merupakan kiasan (metafora) yang diterapkan pada situasi yang berbeda dengan tujuan menyatakan suatu kemiripan, Sackmann menyatakan bahwa suatu kiasan dapat memberi gambaran yang gamblang pada tingkat kognitif, emosional, perilaku, serta menyatakan suatu bagian tertentu pada tindakan tanpa menetapkan perilaku sebenarnya dari pelaku atau orang yang melakukan, dalam hal ini komunikator.[2][2]
Dari uraian mengenai iklim dapat dilihat bahwa iklim komunikasi sangat bergantung pada keterbukaan, proses pembuatan keputusan bersama, kepercayaan dan pemahaman terhadap tujuan bersama, serta perasaan memiliki terhadap tujuan tersebut, dalam artian bahwa iklim komunikasi menyangkut mengenai keselarasan pemahaman antara pemberi dan penerima pesan.[3][3]
Sebagai pengantar dalam uraian pembahasan makalah ini, adalah berdasarkan literatur yang diperoleh mengenai iklim komunikasi antarbudaya yang dipahami dapat menghasilkan dampak positif atau negatif tergantung kepada tiga dimensi sebagai berikut:
1.      Perasaan positif terhadap komunikan
2.      Pengetahuan tentang komunikan
3.      Perilaku atau tindakan terhadap komunikan

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan literatur yang diperoleh, perumusan masalah yang menyesuaikan dengan materi pembahasan yang diuraikan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana Perasaan positif terhadap komunikan?
2.      Bagaimana Pengetahuan tentang komunikan?
3.      Bagaimana Perilaku atau tindakan terhadap komunikan?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun pembahasan yang diuraikan dalam makalah ini terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan adalah sebagai berikut:
1.      Perasaan positif terhadap komunikan
2.      Pengetahuan tentang komunikan
Perilaku atau tindakan terhadap komunikan



[1][4]Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Cetakan keduapuluhsatu, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, h. 18-19.

[1][5]F. Patty, dkk., Pengantar Psikologi Umum, Surabaya: Usaha Nasional, 1982, h. 19.

[1][6]Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya…, h. 49.

[1][7]Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Alquran: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan Wawasan, Bandung: Pustaka Setia, 2002, h. 92.

[1][8]Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, h. 87-88.


[1][9]Siti Zainab, Harmonisasi Komunikasi dan Dakwah, Banjarmasin: Antasari Press, 2009, h. 84.

[4][10]Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya…, h. 49.

[1][11]Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah…, h. 165.


BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di dalam makalah sederhana ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Perasaan positif terhadap komunikan dapat ditimbulkan dengan menghindari prasangka negatif terhadap komunikan, dengan cara tidak menyimpulkan langsung sebuah pesan yang diterima, melainkan memberikan proses terhadap pesan tersebut dengan menjauhkan segala bentuk prasangka yang dapat menimbulkan dampak negatif dalam proses komunikasi yang dibangun.
2.      Pengetahuan mengenai komunikan merupakan landasan untuk mengenal komunikan tersebut, baik psikologis maupun sosiologis, karena dengan mengenal atau memiliki pengetahuan mengenai komunikan dapat membangun penilaian positif dari berbagai sudut pandang, tanpa mendahulukan sentiment kelompok sendiri, dalam artian membuka luas cakrawala pemikiran mengenai lawan bicara, sehingga memberikan pemahaman ekstra untuk menjadikan pemikiran positif terhadap lawan bicara tersebut.
Tindakan atau perilaku komunikan merupakan perilaku yang diwujudkan ke dalam perilaku verbal atau non-verbal, perilaku tersebut berdasarkan dari tiga sumber utama yaitu: (1) kebiasaan; (2) maksud yang ada di dalam pikiran; serta (3) perasaan atau emosi.
 
DAFTAR KEPUSTAKAAN

F. Patty, dkk., Pengantar Psikologi Umum, Surabaya: Usaha Nasional, 1982.
Ilaihi, Wahyu, Komunikasi Dakwah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
Liliweri, Alo, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, Cetakan V, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Moss, Stewart L. Tubbs-Sylvia, Human Communication: Konteks-Konteks Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rodaskarya, 2001.
Muhiddin, Asep, Dakwah dalam Perspektif Alquran: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan Wawasan, Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Cetakan keduapuluhsatu, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Zainab, Siti, Harmonisasi Komunikasi dan Dakwah, Banjarmasin: Antasari Press, 2009.
http://aaipoel.wordpress.com/2007/06/07/komunikasi-organisasi-dan-motivasi/
http://brataashia.blogspot.com/2011/06/memahami-teori-iklim-komunikasi.html
http://mantanresidivis.wordpress.com/2010/05/01/perkembangan-mutakhir-ilmu-komunikasi/
http://www.docstor.com/docs/25154554/HAKIKAT-MANUSIA-DALAM-PANDANGAN


Efektivitas komunikasi antar budaya dan iklim komunikasi antar budaya yang positif.
Gundykunst (1977) mengemukakan bahwa efektivitas komunikasi antar budaya kerap kali ditentukan oleh iklim komunikasi yang positif. Gundykunst, Wiseman, dan Hammer (1977) sepakat mengatakan bahwa efektifitas komunikasi antar budaya baru terlihat dan teruji dalan suatu kondisi atau iklim yang melibatkan pertemuan antar dua atau tiga orang dari kebudayaan yang berbeda. Jadi benarlah menurut Haris dan Moran (1991) iklim komunikasi merupakan pintu gerbang yang melapangkan proses komunikasi. Iklim komunikasi yang positif akan mendukung fungsi komunikasi, sedangkan komunikasi yang negatif akan menghambat fungsi komunikasi. Iklim komunikasi yang positif maupun negatif ditentukan oleh tiga faktor berikut:
1. faktor derajat kognitif
Komunikasi antar budaya mengharuskan setiap pelakunya berusaha mendapatkan, mempertahankan, mengembangkan aspek-aspek kognitif bersama. Saya harus mengetahui keberadaan budaya yang menjadi latar belakang kehidupan saya, saya pun harus berusaha untuk mendapatkan dan memahami latara belakang budaya orang lain. Pengetahuan itu diperoleh dari informasi tentang kebudayaan orang lain, pengalaman pergaulan yang terus menerus sehingga pengalaman itu dapat mempengaruhi persepsi dan sikap saya terhadap dia. Dengan kata lain, saya memahami konsep diri saya yang meliputi identitas pribadi dan identitas sosial.
Identitas Pribadi meliputi aspek-aspek yang unik yang saya miliki. Saya melihat diri saya yang ingin membaharui relasi antara saya dengan orang lain. Identitas pribadi itu berasal dari pengalaman pribadi saya yang unik. Sedangkan identitas sosial merupakan ciri khas kelompok budaya yang saya peroleh dari pengalaman bergaul dengan kelompok budaya saya. Aspek kognitif ini demikia penting untuk menghindari harapan-harapan yang negatif dalam pergaulan antar budaya. Ada empat akibat negatif interasi antar budaya:
  1. Betapa orang sering cemas dan takut menampilkan konsep diri (identitas pribadi atau identitas sosial). Orang selalu menyembunyikan ”keaslian”pribadi dan budaya di saat mereka berkomunikasi. Akibatnya orang yang berkomunikasi ragu-ragu dan kurang mengontrol setiap kata yang diucapkan nya, dan mungkin kurang mampu menggunakan isyarat-isyarat non verbal.
  2. orang sering merasa cemas dan takut kalau apa yang dia lakukan berakibata negatif sehingga menggangu relasi dengan orang lain. Sering seseorag takut kalu orag lain akan mengusai atau memanfaatkan diri kita.
  3. adakalanya orang sering merasa cemas dan takut kalau dievaluasi oleh orang lain. Orang pun menjadi cemas dan takut kalau dia ditolak, kurang disukai, kurang dihargai dan lain-laian.
  4. seseorang sering merasa cemas dan takut terhadap evaluasi dari kelompok dia sendiri, akibatnya dia menjadi takut kalu dia dianggap atau dinilai oleh anggota kelompoknya bahwa tampilan dirinya sangat memalukan identitas sosial budaya.
2. Perasaan positif (positif feeling)
Berdasarkan pengalaman kogitif tersebut maka setiap orang yang berkomunikasi antar budaya selalu menghindari prasangka yang terhadap orang lain. Komunikator dalam komunikasi antar budaya perlu memelihara perasaan positf, misalnya perasaan percaya, nyaman, aman, prihatin, dan mengurangi perasaan cemas. Perasaan positif dapat membantu seorang komunikator: pertama, meningkatkan kesadaran dan kemampuan untuk menyatakan pesan secara terbuka (disclosure). Kedua, kesadaran dan kemampuan untuk berempati antar budaya dalam mengembangkan perasaan yang terlibat penuh dari hati kehati yang memudahkan penyesuaian-penyesuaian antar budaya.
3. Tindakan yang menunjukan kemampuan
ini merupakan dimensi terakhir dari iklim komunikasi yang positif, yang kita sebut tingkat perilaku. Jika ingin komunikasi yang positif, maka harus bisa menunjukkan tindakan positif itu dengan verbal dan non verbal. Buktikan bahwa anda mampu mengatakan dan menuliskan sebuah pesan tertentu kepada orang lain, bahwa apa yang dikatakan dan ditulis itu sangat positif mendukung orang lain. Melalui pesan non verbal anda pun harus mampu menunjukkan pesan-pesan melalui tatapan mata dan gerak-gerik anggota tubuh, semua itu mengatakan bahwa anda memeliki perasaan positif. Jadi, iklim positif harus didukung oleh tindakan yang menggambarkan suatu tindakan yang bersumber dari:
a. kebiasaan berperilaku tertentu, misalnya ”script” yakni perilaku yang otomatis, baik sebagai pernyataan atas identitas pribadi maupun identitas kelompok budaya.
b. Kebiasaan untuk menggambarkan maksud komunikasi yang diinginkan, bahwa apakah suatu tindakan komunikasi itu bersifat memberi informasi, memberi intruksi, atau sekedar mengibur atau menyenangkan orang lain.
c. Kebiasaan untuk menggambarkan seluruh perasaan, emosi yang kita miliki. Jadi ada tindakan simbolis untuk menyatakan bahwa kita memiliki pengetahuan, pengalaman yang cukup, persepsi dan perasaan yang positif terhadap sesama.
Adaptasi Perilaku Komunikasi ke dalam Efektivitas Antarbudaya
Ada 3 sasaran komunikasi antarbudaya yang selalu dikehendaki dalam proses komunikasi antarbudaya, yakni (1)agar kita berhasil melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan orang –orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda, (2)agar kita dapat meningkatkan hubungan antarpribadi dalam suasana antarbudaya, dan (3) agar tercapai penyesuaian antarpribadi.
Salah satu tujuan hidup bersama adalah berkomunikasi sehingga di antara kita saling mendukung demi pencapaian tugas-tugas yang dikehendaki bersama. Keberhasilan dalam tugas dapat di dukung oleh komunikasi antarbudaya yang dilakukan secara terbuka, berfikir positif, saling mendukung, bersikap empati. Akibatnya adalah kita meningkatkan semangat saling memberi dan menerima perbedaan sesuai dengan prinsip kebudayaan masing-masing.
Manfaat pada aspek relasi adalah bagaimana orang berkomunikasi dengan anda, dapat mengatakan tentang apa yang anda pikirkan, apa yang anda rasakan, apa yang anda lakukan. Beberapa pertanyaan muncul dalam relasi antarpribadi komunikasi antar budaya, misalnya ; apakah mereka suka kepada anda? Apakah anda dapat melanjutkan kerjasama tersebut? memahami dan mengerti tentang kesejawatan, kesetiakawanan merupakan dua faktor yang penting dalam hubungan atau relasi antar pribadi. Dampaknya adalah, kita mencapai salah satu tujuan dari studi komunikasi antarbudaya yakni meningkatkan pengertian dan mengurangi ketegangan antarpribadi-antar budaya.
Sasaran ketiga yang perlu dipahami dalam komunikasi antarbudaya adalah terciptanya penyesuaian antarpribadi.Perlu diketahui bahwa karena mereka yang terlibat dalam komunikasi antarbudaya sering bergaul dengan frekuensi yang tinggi maka prasangka-prasangka budaya yang sebelumnya telah terbentuk perlahan-lahan berkurang. Jadi anda dengan komunikan memulai suatu proses hidup bersama misalnya menyesuaiakan diri antarbudaya, makin terbuka dengan sesama, dsbg.
Referensi
Dr. Alo Liliweeri, M.S. Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya





[1][1]Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss, Human Communication: Konteks-Konteks Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rodaskarya, 2001, h. 240.

[2][2]Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, Cetakan V, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, h. 48.

[3][3]http://www.docstor.com/docs/25154554/HAKIKAT-MANUSIA-DALAM-PANDANGAN (Online: 10 Oktober 2012).

About Author

Advertisement

Post a Comment

 
Top