Generasi Rimba Alam Semesta ( GRAS ) Generasi Rimba Alam Semesta ( GRAS ) Author
Title: Laporan Dasar-Dasar Ilmu Tanah Profil Tanah
Author: Generasi Rimba Alam Semesta ( GRAS )
Rating 5 of 5 Des:
Laporan Dasar-Dasar Ilmu Tanah Profil Tanah I.  PENDAHULUAN 1.1  Latar Belakang Tidak bisa di pungkiri bahwa tanah merupakan salah sa...
Laporan Dasar-Dasar Ilmu Tanah Profil Tanah
I.  PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tidak bisa di pungkiri bahwa tanah merupakan salah satu hal yang penting bagi kelangsungan hidup semua makhluk dibumi ini. Jika tidak ada tanah maka kita tidak akan mengenal daratan, jika tidak ada tanah kita tidak akan mengenal tanaman dan jika tidak ada tanah maka kita tidak akan mengenal pertanian.
Tanah adalah lapisan yang menyelimuti bumi antara litosfer (batuan yang membentuk kerak bumi) dan atmosfer. Tanah adalah media tumbuhnya tanaman serta pendukung kelangsungan hidup hewan dan manusia.
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan tanaman dan organisme, membentuk tubuh unik yang menyelaputi lapisan batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon. Setiap horizon dapat menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.
Namun tanah disetiap tempat itu memiliki perbedaan, perbedaan ini bukan karena pengaruh internal melainkan proses alam lainnya (eksternal). Bekerjanya pengaruh tersebut menimbulkan perbedaan kenampakan pada setiap tanah.
Adapun hal-hal yang harus di amati dan dicatat yaitu warna, tektur, ketebalan horizon dan kedalaman solum, sifat perakaran dan sifat- sifat lain yang dianggap penting.
Oleh karena itu praktikum ini perlu dilaksanakan untuk mengamati dan mengetahui karakteristik tanah secara lengkap, baik itu secara fisik, kimia maupun biologi serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
1.2  Tujuan dan Kegunaan
Pengamatan profil tanah ini bertujuan untuk mengamati dan mengetahui karakteristik tanah (tekstur, struktur, konsistensi, batasan lapisan, dan karatan) secara lengkap.
Adapun kegunanan dari praktikum profil tanah ini yaitu sebagai bahan informasi mengenai karakteristik tanah sehingga bermanfaat dan dapat diaplikasikan dalam pengolahan lahan.
                       
II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Faktor - Faktor Pembentuk Tanah
Dengan demikian, proses pembentukan tanah terjadi akibat beberapa faktor yang saling beinteraksi sehingga dapat membentuk tanah. Faktor-faktor tersebut adalah iklim, organisme, topografi (relief), bahan induk, dan waktu. Kelima faktor tersebut dikenal dengan istilah faktor pembentuk tanah. Sebenarnya banyak sekali faktor lain yang mempengaruhi dalam proses pembentukan tanah, akan tetapi kelima faktor inilah yang dianggap paling berperan penting dalam proses pembentukan tanah
s = f (cl, o,r, p, t)
Di mana s adalah tanah, cl adalah iklim lingkungan, o adalah organisme, r adalah
relief, p adalah bahan induk, dan t adalah waktu terbentuknya tanah (Gerrard, 1980).
2.1.1 Iklim
Setiap faktor memiliki peranan masing-masing dalam proses pembentukan tanah. Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi kimia dan fisika didalam tanah. Adanya curah hujan dan suhu tinggi didaerah tropika menyebabkan reaksi kimia berjalan cepat sehingga proses pelapukan dan pencucian berjalan cepat. selain itu iklim berperan dalam proses erosi dan pengendapan tanah yang mengakibatkan terjadi pergerakan materi tanah termasuk bahan organik dari satu tempat ke tempat lain. Hali ini terjadi akibat adanya interaksi antara iklim (curah hujan) dengan faktor kemiringan lerenga (relief) (Buol et al, 1980).
2.1.2 Organisme
Organisme merupakan faktor pembentuk tanah yang tergolong aktif. Proses pelapukan mineral dan pencampuran merupakan salah satu tugas dari organisme makro dan mikro. Organisme ini mempengaruhi pembentukan humus, pembentukan profil tanah, dan sifat fisika-kimia tanah. Di samping itu organisme hidup memperlancar peredaran unsur hara dan membina struktur tanah yang baik. Di antara berbagai organisme, vegetasi (makroflora) merupakan yang paling berperan dalam mempengaruhi proses genesis dan perkembangan profil tanah, karena merupakan sumber utama biomass atau bahan organik tanah (Kemas Ali Hanafiah, 2007).
2.1.3 Bahan Induk
Bahan Induk menentukan sifat fisik maupun kimiawi tanah yang terbentuk secara endodinamomorf, tetapi pengaruhnya menjadi tidak jelas terhadap tanah-tanah yang terbentuk secara ektodinamomorf. Sifat dari bahan induk dengan nyata dapat mempengaruhi ciri-ciri dari tanah, muda maupun dewasa, namun dalam perkembangannya terjadi proses pelapukan lebih lanjut bahkan mengalami pencucian atau erosi, maka pengaruh ini makin tidak jelas bahkan hilang sama                             sekali (Kemas Ali, Hanafiah, 2007).
2.1.4 Topografi
Relief adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk di dalamnya perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Relief mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan cara mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan masa tanah, mempengaruhi dalamnya air tanah, mempengaruhi besarnya erosi, dan mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut di dalamnya (Hardjowigeno, 2003).
2.1.5 Waktu
Waktu, berapa lamanya suatu bahan mengalami hancuran memegang peranan penting dalam pembentukan tanah. Peranan waktu dalam perkembangan tanah sangat tergantung pada faktor pembentuk tanah lainnya. Semakin lambat faktor pembentuk tanah bekerja, semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk tanah tersebut mengalami perkembangan (weathering), begitu juga sebaliknya (Soepardi, 1983).
2.2  Tanah Inceptisol
Nama Inceptisol berasal dari kata inceptum, artinya permulaan yaitu tanah yang memperlihatkan awal perkembangan. Biasanya lembab basah atau basah selama 90 hari berurutan. Umumnya tanah ini berasal dari bahan-bahan yang diendapkan pada lembah sungai pada waktu banjir. Sering terdiri dari lapisan tanah atas dari daerah yang tinggi diendapkan pada daerah-daerah yang lebih rendah.  Tanah ini umumnya memiliki solum, berwarna kelabu. Bahan-bahan yang diendapkan sangat subur.  Erosi yang sering terjadi dan penimbunan-penimbunan kembali dari sungai sangat menghalangi perkembangan profil. Tanah ini digolongkan pada golongan tanah yang belum berkembang pada sistem klasifikasi tanah Indonesia (Pairunan,dkk,1985).
Inceptisol adalah tanah muda dan mulai berkembang. Profilnya mempunyai horizon yang dianggap pembentukannya agak lamban sebagai hasil alterasi bahan induk. Horizon-horizonnya tidak memperlihatkan hasil hancuran ekstrem. Horizon timbunan liat dan besi aluminium oksida yang jelas tidak ada pada golongan ini. Perkembangan profil golongan ini lebih berkembang bila dibandingkan dengan entisol. Tanah-tanah yang dulunya dikelaskan sebagai hutan coklat, andosol dan tanah coklat dapat dimasukkan ke dalam Inceptisol (Hardjowigeno, 1992).
Tanah Inceptisol memiliki tekstur kasar dengan kadar pasir 60%, hanya mempunyai horizon yang banyak mengandung sultat masam (catday) pH < 3,5 terdapat karatan. Tanah Inceptisol umumnya memiliki horizon kambik. Horizon kambik merupakan indikasi lemah atau spodik (Hardjowigeno, 1992).
Inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat-sifat tersedianya air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut-turut dalam musim kemarau. Satu atau lebih horizon pedogenikdengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan menahan kation fraksi lempung ke dalam tanah tidak dapat diukur. Kisaran kadar C organik dan kpk dalam tanah inceptisol sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir disemua tempat kecuali daerah kering mulai dari kutup sampai                                   tropika (Darmawijaya 1990).


III.  KEADAAN UMUM LOKASI
3.1  Letak Astronomis
Secara astronomis titik pengambilan sampel profil tanah berada pada 05011’9” 14”BT 119033’7” 68”LS.
3.2  Letak Administratif dan Geografis
Pengambilan sampel profil tanah ini berada di Desa Sauwe Kecamatan Pattallassang  Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan.
Secara geografis pengambilan sampel profil tanah ini berbatasan langsung dengan :
a)   Sebelah utara berbatasan dengan Pallacina Desa Pallantikang
b)   Sebelah timur berbatasan dengan Balangpunia (Gunung Padang Taring)
c)   Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Borong Pa’la’lang
d)  Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bontoleba
3.3  Iklim
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang.
Iklim di Desa Sauwe Kec Pattallassang Kabupaten Gowa yaitu beriklim tropis, dengan curah hujan 237,75 mm/tahun dan suhu 27,75°C.


3.4  Topografi
Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi jenis lahan. Objek dari topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk koordinat secara horizontal seperti garis lintang dan garis bujur, dan secara vertikal yaitu ketinggian.
Topografi (bentuk wilayah) di Desa Sauwe Kec Pattallassang Kabupaten Gowa yaitu dataran rendah dengan persen kelerangan 0-3 %.
3.5  Vegetasi
Vegetasi adalah keseluruhan komunitas (tanaman) yang hidup disuatu tempat.
Vegetasi yang ada di Desa Sauwe Kec Pattallassang Kabupaten Gowa yaitu pohon mangga dan bambu.
3.6  Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Desa Sauwe Kec Pattallassang Kabupaten Gowa yang digunakan untuk mengamati profil tanah ini adalah lahan persawahan.
                                                                                                                
IV. METODOLOGI PERCOBAAN
4.1  Waktu dan Tempat
Praktikum pengenalan profil tanah ini dilaksanakan pada pukul 09.00 WITA sampai selesai, pada hari sabtu tanggal 20 Oktober 2012 di Kabupaten Gowa.
4.2  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum pengenalan profil tanah adalah meteran  cutter, linggis, sekop, parang, cangkul,  papan 20 x 20 cm, dan ring sampel.
Bahan yang digunakan pada praktikum pengenalan profil tanah adalah air, kertas label, profil tanah, DIP, dan kantong plastik.
4.3  Prosedur Kerja
4.3.1 Syarat – Syarat Penampang Profil
a)      Lubang penampang harus besar, supaya orang dapat mudah duduk atau berdiri di dalamnya dan pemeriksaan tanah dapat dijalankan dengan sempurna.
b)      Ukuran penampang 1,5 m x 1 m sampai bahan induk dan pemeriksaan dipilih di sisi lubang penampang yang mendapat sinar matahari, di tempat miring penampang dipilih pada dinding teratas.
c)      Tanah bekas galian jangan ditumpuk di atas sisi penampang pemeriksaan.
d)     Penampang pewakil adalah tanah yang belum mendapat gangguan, misalnya timbunan serta jauh dari pemukiman.
e)      Jika berair, maka air yang berada dalam penampang harus dikeluarkan sebelum pengamatan.
f)       Melakukan pengamatan pada sinar matahari cukup (tidak terlalu pagi atau sore).
4.3.2 Cara Pengambilan sampel Tanah
1. Sampel Tanah Utuh
Tahapan pengambilan sampel tanah utuh yaitu sebagai berikut :
a)      Meratakan dan membersihkan lapisan yang diambil, kemudian meletakkan ring sampel tegak lurus (bagian runcing menghadap ke bawah) pada lapisan tersebut.
b)      Menekan ring sampel sampai ¾ bagiannya masuk ke dalam tanah.
c)      Meletakkan ring sampel lain tepat di atas ring sampel pertama. Kemudian menekan lagi sampai bagian bawah dari ring sampel kedua masuk ke dalam tanah (kurang lebih 10 cm).
d)     Ring sampel beserta tanah di dalamnya digali dengan sekop atau linggis.
e)      Memisahkan ring kedua dari ring pertama dengan hati-hati. Kemudian memotong kelebihan tanah yang ada pada permukaan dan bawah ring sampel sampai permukaan tanah rata dengan permukaan ring sampel.
f)       Menutup ring sampel dengan plastik, lalu menyimpannya dalam kotak khusus.

2. Sampel Tanah Terganggu
Tahapan pengambilan sampel tanah terganggu yaitu sebagai berikut :
a)      Mengambil tanah dengan sendok tanah atau cutter sesuai dengan lapisan tanah yang akan diambil, memulai pengambilan sampel dari lapisan paling bawah.
b)      Memasukkan sampel tanah ke dalam kantong plastik kemudian diberi label.
  
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil         
Berdasarkan hasil dari pengamatan yang dilakukan di Desa Sauwe Kec Pattallassang Kabupaten Gowa maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel Hasil Pengamatan Profil Tanah di Wilayah Gowa
Parameter pengamatan
Lapisan
I
II
Kedalaman Lapisan
50 cm
35 cm
Batasan Lapisan
Berbaur
Berbaur
Topografi Batas Lapisan
Tidak teratur
Tidak teratur
Warna(Munsell)
Tekstur
Liat
Liat berpasir
Struktur
Granular
Granular
Konsistensi
Lembab
Basah
Karatan
Tidak ada
Ada (Fe)
(Sumber : Data Primer, 2012)

5.2 Pembahasan
Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh bahwa profil tanah tersebut terdiri dari lapisan I dan lapisan II. Pada pengamatan profil tanah tersebut, lapisan I memiliki kedalaman 50 cm dan lapisan II memiliki kedalaman 35 cm. Batas lapisan I dan lapisan II yaitu berbaur.
Terdapat perbedaan tekstur tanah dari 2 lapisan profil tanah tersebut. Pada lapisan I tekstur tanah bersifat liat sedangkan pada lapisan II tekstur tanah bersifat liat berpasir. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurhayati (1986) yang mengatakan bahwa tesktur tiap horison dalam suatu profil tanah biasanya berbeda-beda.
Metode yang dilakukan untuk mendapatkan tekstur tanah adalah dengan cara merasakan tanah tersebut dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kemas Ali Hanafiah (2007) yang mengatakan bahwa tekstur tanah dapat ditetapkan melalui indera perasa (kulit jempol dan telunjuk).
Struktur tanah adalah penyusun partikel-partikel tanah primer antara lain seperti pasir, debu dan liat. Pada pengamatan profil tanah ini, lapisan I dan lapisan II bentuk strukturnya adalah granular. Struktur tanah granular merupakan struktur tanah yang ideal untuk pertanian lahan kering karena struktur ini diperoleh dengan keadaan areasi baik serta drainase yang baik.
Tanah yang berstruktur baik akan tumbuh dan berproduksi dengan baik. Hal sesuai dengan pernyataan Kemas Ali Hanafiah (2007) yang mengatakan bahwa tanah yang berstruktur baik akan mempunyai kondisi drainase dan aerasi yang baik pula, sehingga lebih memudahkan sistem perakaran tanaman untuk berpenetrasi dan absorbsi (menyerap) hara dan air sehingga pertumbuhan dan produksi menjadi lebih baik
Pada pengamatan profil tanah ini, konsistensi lapisan I adalah lembab sedangkan konsistensi lapisan II adalah basah.
Menurut Pairunan (1997) keadaan lembab konsistensi tanah dilukiskan sebagai lepas, gembur, teguh, dan ekstrim teguh. Sedangkan konsistensi tanah dalam keadaan basah dapat dilihat plastisitas dan kelekatannya, dengan demikian konsistensi dilukiskan tidak plastis, agak plastis, plastis, sangat plastis, tidak lekat dan seterusnya
Pada profil tanah yang di amati, lapisan I tidak mempunyai karatan sedanglan lapisan II mengandung karatan Fe. Karatan merupakan hasil pelapukan batuan tanah yang dipengaruhi oleh adhesi dan kohesi.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1   Kesimpulan
a)   Setiap lapisan memiliki karakteristik masing-masing, kedalaman adalah 50 cm dan 35 cm. Teksturnya liat dan liat berpasir. Batasan lapisannya berbaur.
b)   Pada lapisan I tidak terdapat karatan sedangkan pada lapisan II terdapat karatan yaitu besi (Fe).
6.2  Saran
a)    Sebaiknya sebelum pengamatan profil tanah dilakukan, asisten menjelaskan terlebih dahulu tentang prosedur kerja yang akan dilakukan.
b)   Selain itu ada baiknya agar para asisten membimbing, mengawasi dan mengontrol para praktikannya masing-masing agar pengamatan dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh data yang sesuai dengan yang di inginkan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawijaya, M. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

Hakim, 1986, Dasar-dasar Ilmu Tanah, Universitas Lampung: Lampung
Hanafiah, Kemas Ali, 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Pers: Jakarta
Hardjowigeno, S. 1987, Dasar-dasar Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta

Hardjowigeno, S. 2003.  Ilmu TanahPenerbit Akademika Pressindo: Jakarta.
Pairunan, A.K. 1997. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Makassar: Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian timur.

Pairunan, Anna,K, dkk. 1985, Dasar-dasar Ilmu Tanah, Bks Perguruan Tinggi Negri Indonesia Timur: Ujung Pandang

Soeparti, Goeswono. 1993. Sifat dan Ciri Tanah. IPB. Bogor


About Author

Advertisement

Post a Comment

 
Top