Laporan
Dasar-Dasar Ilmu Tanah Profil Tanah
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tidak bisa di pungkiri bahwa tanah merupakan salah satu hal
yang penting bagi kelangsungan hidup semua makhluk dibumi ini. Jika tidak ada
tanah maka kita tidak akan mengenal daratan, jika tidak ada tanah kita tidak
akan mengenal tanaman dan jika tidak ada tanah maka kita tidak akan mengenal
pertanian.
Tanah adalah lapisan yang
menyelimuti bumi antara litosfer (batuan yang membentuk kerak bumi) dan
atmosfer. Tanah adalah media tumbuhnya tanaman serta pendukung kelangsungan
hidup hewan dan manusia.
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan tanaman
dan organisme, membentuk tubuh unik yang menyelaputi lapisan batuan. Proses
pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk
tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai
horizon. Setiap horizon dapat menceritakan mengenai asal dan proses-proses
fisika, kimia dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.
Namun tanah disetiap tempat itu memiliki perbedaan,
perbedaan ini bukan karena pengaruh internal melainkan proses alam lainnya
(eksternal). Bekerjanya pengaruh tersebut menimbulkan perbedaan kenampakan pada
setiap tanah.
Adapun hal-hal yang harus di amati dan dicatat yaitu warna,
tektur, ketebalan horizon dan kedalaman solum, sifat perakaran dan sifat- sifat
lain yang dianggap penting.
Oleh karena itu praktikum ini perlu dilaksanakan untuk
mengamati dan mengetahui karakteristik tanah secara lengkap, baik itu secara
fisik, kimia maupun biologi serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Pengamatan
profil tanah ini bertujuan untuk mengamati dan mengetahui karakteristik tanah
(tekstur, struktur, konsistensi, batasan lapisan, dan karatan) secara lengkap.
Adapun kegunanan dari praktikum profil tanah ini yaitu
sebagai bahan informasi mengenai karakteristik tanah sehingga bermanfaat dan
dapat diaplikasikan dalam pengolahan lahan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Faktor - Faktor Pembentuk Tanah
Dengan
demikian, proses pembentukan tanah terjadi akibat beberapa faktor yang saling
beinteraksi sehingga dapat membentuk tanah. Faktor-faktor tersebut adalah
iklim, organisme, topografi (relief), bahan induk, dan waktu. Kelima faktor tersebut
dikenal dengan istilah faktor pembentuk tanah. Sebenarnya banyak sekali faktor
lain yang mempengaruhi dalam proses pembentukan tanah, akan tetapi kelima
faktor inilah yang dianggap paling berperan penting dalam proses pembentukan
tanah
s
= f (cl, o,r, p, t)
Di mana s adalah tanah, cl
adalah iklim lingkungan, o adalah organisme, r adalah
relief, p adalah bahan induk,
dan t adalah waktu terbentuknya tanah (Gerrard, 1980).
2.1.1
Iklim
Setiap
faktor memiliki peranan masing-masing dalam proses pembentukan tanah. Suhu dan
curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi kimia dan fisika
didalam tanah. Adanya curah hujan dan suhu tinggi didaerah tropika menyebabkan
reaksi kimia berjalan cepat sehingga proses pelapukan dan pencucian berjalan cepat.
selain itu iklim berperan dalam proses erosi dan pengendapan tanah yang
mengakibatkan terjadi pergerakan materi tanah termasuk bahan organik dari satu
tempat ke tempat lain. Hali ini terjadi akibat adanya interaksi antara iklim
(curah hujan) dengan faktor kemiringan lerenga (relief) (Buol et al, 1980).
2.1.2
Organisme
Organisme
merupakan faktor pembentuk tanah yang tergolong aktif. Proses pelapukan mineral
dan pencampuran merupakan salah satu tugas dari organisme makro dan mikro.
Organisme ini mempengaruhi pembentukan humus, pembentukan profil tanah, dan
sifat fisika-kimia tanah. Di samping itu organisme hidup memperlancar peredaran
unsur hara dan membina struktur tanah yang baik. Di antara berbagai organisme,
vegetasi (makroflora) merupakan yang paling berperan dalam mempengaruhi proses
genesis dan perkembangan profil tanah, karena merupakan sumber utama biomass
atau bahan organik tanah (Kemas Ali Hanafiah, 2007).
2.1.3
Bahan Induk
Bahan
Induk menentukan sifat fisik maupun kimiawi tanah yang terbentuk secara
endodinamomorf, tetapi pengaruhnya menjadi tidak jelas terhadap tanah-tanah
yang terbentuk secara ektodinamomorf. Sifat dari bahan induk dengan nyata dapat
mempengaruhi ciri-ciri dari tanah, muda maupun dewasa, namun dalam
perkembangannya terjadi proses pelapukan lebih lanjut bahkan mengalami
pencucian atau erosi, maka pengaruh ini makin tidak jelas bahkan hilang
sama
sekali (Kemas Ali, Hanafiah, 2007).
2.1.4
Topografi
Relief
adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk di dalamnya
perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Relief mempengaruhi proses pembentukan
tanah dengan cara mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan masa
tanah, mempengaruhi dalamnya air tanah, mempengaruhi besarnya erosi, dan
mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut di dalamnya
(Hardjowigeno, 2003).
2.1.5
Waktu
Waktu,
berapa lamanya suatu bahan mengalami hancuran memegang peranan penting dalam
pembentukan tanah. Peranan waktu dalam perkembangan tanah sangat tergantung
pada faktor pembentuk tanah lainnya. Semakin lambat faktor pembentuk tanah
bekerja, semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk tanah tersebut mengalami
perkembangan (weathering), begitu juga sebaliknya (Soepardi, 1983).
2.2
Tanah Inceptisol
Nama Inceptisol berasal dari kata inceptum,
artinya permulaan yaitu tanah yang memperlihatkan awal perkembangan. Biasanya
lembab basah atau basah
selama 90 hari berurutan. Umumnya tanah ini berasal dari
bahan-bahan yang diendapkan pada lembah sungai pada waktu banjir. Sering
terdiri dari lapisan tanah atas dari daerah yang tinggi diendapkan pada
daerah-daerah yang lebih rendah. Tanah ini umumnya memiliki solum, berwarna kelabu. Bahan-bahan
yang diendapkan sangat subur. Erosi yang sering terjadi dan penimbunan-penimbunan
kembali dari sungai sangat menghalangi
perkembangan profil. Tanah ini digolongkan pada golongan tanah yang belum berkembang pada sistem
klasifikasi tanah Indonesia
(Pairunan,dkk,1985).
Inceptisol adalah tanah muda dan mulai berkembang. Profilnya
mempunyai horizon yang dianggap pembentukannya agak lamban sebagai hasil
alterasi bahan induk. Horizon-horizonnya tidak memperlihatkan hasil hancuran
ekstrem. Horizon timbunan liat dan besi aluminium oksida yang jelas tidak ada
pada golongan ini. Perkembangan profil golongan ini lebih berkembang bila
dibandingkan dengan entisol. Tanah-tanah yang dulunya dikelaskan sebagai hutan
coklat, andosol dan tanah coklat dapat dimasukkan ke dalam Inceptisol
(Hardjowigeno, 1992).
Tanah Inceptisol memiliki tekstur kasar dengan kadar pasir
60%, hanya mempunyai horizon yang banyak mengandung sultat masam (catday) pH
< 3,5 terdapat karatan. Tanah Inceptisol umumnya memiliki horizon kambik.
Horizon kambik merupakan indikasi lemah atau spodik (Hardjowigeno, 1992).
Inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi
sifat-sifat tersedianya air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih
dari 3 bulan berturut-turut dalam musim kemarau. Satu atau lebih horizon
pedogenikdengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau silikat amorf,
tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa mineral lapuk dan
kemampuan menahan kation fraksi lempung ke dalam tanah tidak dapat diukur.
Kisaran kadar C organik dan kpk dalam tanah inceptisol sangat lebar dan
demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir disemua tempat
kecuali daerah kering mulai dari kutup
sampai
tropika (Darmawijaya 1990).
III. KEADAAN UMUM LOKASI
3.1
Letak Astronomis
Secara astronomis titik pengambilan sampel profil tanah
berada pada 05011’9” 14”BT 119033’7” 68”LS.
3.2
Letak Administratif dan Geografis
Pengambilan sampel profil tanah ini berada di Desa Sauwe
Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan.
Secara geografis pengambilan sampel profil tanah ini
berbatasan langsung dengan :
a)
Sebelah utara berbatasan dengan
Pallacina Desa Pallantikang
b)
Sebelah timur berbatasan dengan
Balangpunia (Gunung Padang Taring)
c)
Sebelah selatan berbatasan dengan
Desa Borong Pa’la’lang
d)
Sebelah barat berbatasan dengan Desa
Bontoleba
3.3 Iklim
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang
panjang.
Iklim di Desa Sauwe Kec Pattallassang Kabupaten Gowa yaitu
beriklim tropis, dengan curah hujan 237,75 mm/tahun dan suhu 27,75°C.
3.4 Topografi
Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga
dimensi, dan identifikasi jenis lahan. Objek dari topografi adalah mengenai
posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk koordinat secara horizontal
seperti garis lintang dan garis bujur, dan secara vertikal yaitu ketinggian.
Topografi (bentuk wilayah) di Desa Sauwe Kec Pattallassang
Kabupaten Gowa yaitu dataran rendah dengan persen kelerangan 0-3 %.
3.5 Vegetasi
Vegetasi adalah keseluruhan komunitas (tanaman) yang hidup
disuatu tempat.
Vegetasi yang ada di Desa Sauwe Kec Pattallassang Kabupaten
Gowa yaitu pohon mangga dan bambu.
3.6 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Desa Sauwe Kec Pattallassang Kabupaten
Gowa yang digunakan untuk mengamati profil tanah ini adalah lahan persawahan.
IV. METODOLOGI PERCOBAAN
4.1
Waktu dan Tempat
Praktikum pengenalan profil tanah ini dilaksanakan pada
pukul 09.00 WITA sampai selesai, pada hari sabtu tanggal 20 Oktober 2012 di
Kabupaten Gowa.
4.2
Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan pada praktikum pengenalan profil tanah adalah meteran cutter, linggis,
sekop, parang, cangkul, papan 20
x 20 cm, dan ring sampel.
Bahan yang
digunakan pada praktikum pengenalan profil tanah adalah air, kertas label,
profil tanah, DIP, dan kantong plastik.
4.3 Prosedur Kerja
4.3.1 Syarat – Syarat Penampang Profil
a)
Lubang
penampang harus besar, supaya orang dapat mudah duduk atau berdiri di dalamnya
dan pemeriksaan tanah dapat dijalankan dengan sempurna.
b)
Ukuran
penampang 1,5 m x 1 m sampai bahan induk dan pemeriksaan dipilih di sisi lubang
penampang yang mendapat sinar matahari, di tempat miring penampang dipilih pada
dinding teratas.
c)
Tanah bekas
galian jangan ditumpuk di atas sisi penampang pemeriksaan.
d)
Penampang
pewakil adalah tanah yang belum mendapat gangguan, misalnya timbunan serta jauh
dari pemukiman.
e)
Jika berair,
maka air yang berada dalam penampang harus dikeluarkan sebelum pengamatan.
f)
Melakukan
pengamatan pada sinar matahari cukup (tidak terlalu pagi atau sore).
4.3.2 Cara
Pengambilan sampel Tanah
1.
Sampel Tanah
Utuh
Tahapan pengambilan sampel tanah
utuh yaitu sebagai
berikut :
a)
Meratakan dan
membersihkan lapisan yang diambil, kemudian meletakkan ring sampel tegak lurus
(bagian runcing menghadap ke bawah) pada lapisan tersebut.
b)
Menekan ring
sampel sampai ¾ bagiannya masuk ke dalam tanah.
c)
Meletakkan ring
sampel lain tepat di atas ring sampel pertama. Kemudian menekan lagi sampai
bagian bawah dari ring sampel kedua masuk ke dalam tanah (kurang lebih 10 cm).
d)
Ring sampel
beserta tanah di dalamnya digali dengan sekop atau linggis.
e)
Memisahkan ring
kedua dari ring pertama dengan hati-hati. Kemudian memotong kelebihan tanah
yang ada pada permukaan dan bawah ring sampel sampai permukaan tanah rata
dengan permukaan ring sampel.
f)
Menutup ring
sampel dengan plastik, lalu menyimpannya dalam kotak khusus.
2.
Sampel Tanah
Terganggu
Tahapan pengambilan sampel tanah
terganggu yaitu sebagai berikut
:
a)
Mengambil tanah
dengan sendok tanah atau cutter sesuai dengan lapisan tanah yang akan diambil,
memulai pengambilan sampel dari lapisan paling bawah.
b)
Memasukkan
sampel tanah ke dalam kantong plastik kemudian diberi label.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil
Berdasarkan hasil dari pengamatan
yang dilakukan di Desa Sauwe Kec Pattallassang Kabupaten Gowa maka diperoleh
data sebagai berikut :
Tabel Hasil Pengamatan Profil Tanah di
Wilayah Gowa
Parameter pengamatan
|
Lapisan
|
|
I
|
II
|
|
Kedalaman
Lapisan
|
50 cm
|
35 cm
|
Batasan
Lapisan
|
Berbaur
|
Berbaur
|
Topografi
Batas Lapisan
|
Tidak teratur
|
Tidak teratur
|
Warna(Munsell)
|
||
Tekstur
|
Liat
|
Liat berpasir
|
Struktur
|
Granular
|
Granular
|
Konsistensi
|
Lembab
|
Basah
|
Karatan
|
Tidak ada
|
Ada (Fe)
|
(Sumber : Data Primer, 2012)
5.2 Pembahasan
Berdasarkan
dari hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh bahwa profil tanah tersebut terdiri dari
lapisan I dan lapisan II. Pada pengamatan profil tanah tersebut, lapisan I
memiliki kedalaman 50 cm dan lapisan II memiliki kedalaman 35 cm. Batas lapisan
I dan lapisan II yaitu berbaur.
Terdapat perbedaan tekstur tanah dari 2 lapisan profil tanah
tersebut. Pada lapisan I tekstur tanah bersifat liat sedangkan pada lapisan II
tekstur tanah bersifat liat berpasir. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Nurhayati (1986) yang mengatakan bahwa tesktur tiap horison dalam suatu profil
tanah biasanya berbeda-beda.
Metode yang dilakukan untuk mendapatkan tekstur tanah adalah
dengan cara merasakan tanah tersebut dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kemas Ali Hanafiah (2007) yang mengatakan
bahwa tekstur tanah dapat ditetapkan melalui indera perasa (kulit jempol dan
telunjuk).
Struktur tanah adalah penyusun partikel-partikel tanah
primer antara lain seperti pasir, debu dan liat. Pada pengamatan profil tanah
ini, lapisan I dan lapisan II bentuk strukturnya adalah granular. Struktur
tanah granular merupakan struktur tanah yang ideal untuk pertanian lahan kering
karena struktur ini diperoleh dengan keadaan areasi baik serta drainase yang
baik.
Tanah yang berstruktur baik akan tumbuh dan berproduksi
dengan baik. Hal sesuai dengan pernyataan Kemas Ali Hanafiah (2007) yang
mengatakan bahwa tanah yang berstruktur baik akan mempunyai kondisi drainase
dan aerasi yang baik pula, sehingga lebih memudahkan sistem perakaran tanaman
untuk berpenetrasi dan absorbsi (menyerap) hara dan air sehingga pertumbuhan
dan produksi menjadi lebih baik
Pada pengamatan profil tanah ini, konsistensi lapisan I
adalah lembab sedangkan konsistensi lapisan II adalah basah.
Menurut Pairunan (1997) keadaan lembab
konsistensi tanah dilukiskan sebagai lepas, gembur, teguh, dan ekstrim teguh.
Sedangkan konsistensi tanah dalam keadaan basah dapat dilihat plastisitas dan
kelekatannya, dengan demikian konsistensi dilukiskan tidak plastis, agak
plastis, plastis, sangat plastis, tidak lekat dan seterusnya
Pada profil tanah yang di amati,
lapisan I tidak mempunyai karatan sedanglan lapisan II mengandung karatan Fe.
Karatan merupakan hasil pelapukan batuan tanah yang dipengaruhi oleh adhesi dan
kohesi.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
a) Setiap lapisan memiliki
karakteristik masing-masing, kedalaman adalah 50 cm dan 35 cm. Teksturnya liat
dan liat berpasir. Batasan lapisannya berbaur.
b) Pada lapisan I tidak terdapat
karatan sedangkan pada lapisan II terdapat karatan yaitu besi (Fe).
6.2
Saran
a)
Sebaiknya sebelum pengamatan profil
tanah dilakukan, asisten menjelaskan terlebih dahulu tentang prosedur kerja
yang akan dilakukan.
b)
Selain itu ada baiknya agar para
asisten membimbing, mengawasi dan mengontrol para praktikannya masing-masing
agar pengamatan dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh data yang sesuai
dengan yang di inginkan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawijaya, M. 1990. Klasifikasi
Tanah. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
Hakim, 1986, Dasar-dasar
Ilmu Tanah,
Universitas Lampung: Lampung
Hanafiah, Kemas Ali, 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Rajawali Pers: Jakarta
Hardjowigeno,
S. 1987,
Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Penerbit
Akademika Pressindo: Jakarta.
Pairunan, A.K. 1997. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Makassar: Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian timur.
Pairunan, Anna,K, dkk. 1985, Dasar-dasar Ilmu Tanah,
Bks Perguruan Tinggi Negri Indonesia Timur: Ujung Pandang
Soeparti, Goeswono. 1993. Sifat dan Ciri Tanah. IPB.
Bogor
Post a Comment