I.
PENDEKATAN UTILITAS
Asumsi-asumsi
yang digunakan yaitu :
1
Tingkat utilitas total yang dicapai seorang konsumen merupakan fungsi dari
kuantitas berbagai barang yang dikonsumsinya :
Utilitas = U (barang X, barang Y,
barang Z .........)
2
Konsumen akan memaksimumkan utilitasnya dengan tunduk kepada kendala
anggarannya.
3
Utilitas dapat diukur secara kardinal
4 Marginal
Utility (MU) dari setiap unit tambahan barang yang dikonsumsi akan
menurun. MU adalah perubahan Total Utility (TU) yang disebabkan
oleh tambahan 1 unit barang yang dikonsumsi (ceteris paribus)
Hubungan antara TU dengan MU
Kuantitas
rokok yang dihisap
|
Total
Utility
(TU)
|
Marginal
Utility
(MU)
|
0
|
0
|
-
|
1
|
9
|
9
|
2
|
17
|
8
|
3
|
24
|
7
|
4
|
30
|
6
|
5
|
35
|
5
|
Skedul
MU yang mempunyai ciri yang menurun, setiap tambahan rokok yang dihisap akan
menghasilkan tambahan TU yang semakin kecil.
Perbandingan antara MU dengan P
Seorang
konsumen akan memilih barang yang dapat memaksimumkan utilitasnya dengan tunduk
kepada kendala anggarannya. Utilitas tsb akan maksimum jika perbandingan antara
MU & harga adalah sama untuk setiap barang yang dikonsumsi, Ex : barang X,
Y, Z.
MUX MUY MUZ



Px PY PZ
Ex ;
Jika
kaidah diatas tidak terpenuhi, maka konsumen bisa "mengatur" lagi
alokasi pengeluarannya untuk menaikkan tingkat utilitas yang diperolehnya. Jika
konsumen mengurangi konsumsi barang X sebesar 1 unit, maka konsumsi barang Y
akan naik sebesar 4 unit dengan jumlah pengeluaran yang sama. Utilitas akan
turun sebesar 10 unit untuk penurunan 1 unit barang X tsb. Utilitas akan naik
sampai 20 unit jika tambahan konsumsi barang X sebesar 4 unit. TU konsumen akan
naik, jika asio MU & P adalah sama, maka konsumen tidak perlu mengatur lagi
pengalokasian pembelian untuk menaikkan TU-nya.
MUX 10 MUY 5




Px 4
PY 1
SLOPE MARGINAL UTILITY
Asumsi
bahwa MU semakin menurun (deminishing marginal utility) mencerminkan
bahwa kurva permintaan akan ber slope negatif. Konsumen akan mengurangi jumlah
barang yang dibelinya jika harga barang tsb naik, sesuai dengan kaidah rasio di
atas, ceteris paribus.
II.
Analisis Kepuasan Sama
Indifference Curve (Kurva
kepuasan sama) adalah kurva yang memberikan berbagai kombinasi yang memberikan
kepuasan yang sama.
Utiliti 100
|
Utiliti 118
|
||
Produk (Y)
|
Jasa (X)
|
Produk (Y)
|
Jasa (X)
|
2
|
10
|
4
|
10
|
4
|
6
|
5
|
8
|
5
|
5
|
7
|
6
|
9
|
3
|
10
|
5
|

|

MRS untuk IC1. Jika Y, 2è4, maka X, 10è6
Budget Line (Garis Anggaran)
Total
anggaran = Pengeluaran untuk produk Y + Pengeluaran untuk Jasa X
= Py Qy + Px Qx
Berikut
ini disajikan contoh.
Py =Rp
250 per unit dan Px = Rp 100 per unit dengan anggaran Rp 1.000, Rp 1.500, dan
Rp 2.000
Qy = = 4 unit dan Qy = = 10 unit
Garis
anggaran yang relevan = B = 250 Y + 100 X
Anggaran Rp 1.000
|
Anggaran Rp 1.500
|
Anggaran Rp 2.000
|
|||
Produk
|
Jasa
|
Produk
|
Jasa
|
Produk
|
Jasa
|
4
|
0
|
6
|
0
|
8
|
0
|
0
|
10
|
0
|
15
|
0
|
20
|
|
|

Anggaran
Rp 1.000 tidak cukup untuk keranjang belanja yang terletak pada U1=100 atau U2
=118
Pengeluaran
minimum sebesar Rp 1.500 diperlukan untuk mencapai tingkat utiliti U1 = 100 dan
pengeluaran minimum diperlukan untuk mencapai tingkat utiliti U2 = 118.
Jika Py
turun dari Rp 250 menjadi Rp 150 dan menjadi Rp 75 dan Px tidak berubah.
Anggaran Rp 1.500.
Anggaran Rp 1.500
|
|||||
Produk
Rp 250
|
Jasa
Rp 100
|
Produk
Rp 150
|
Jasa
Rp 100
|
Produk
Rp 75
|
Jasa
Rp 100
|
4
|
0
|
12
|
0
|
24
|
0
|
0
|
15
|
0
|
15
|
0
|
15
|


|
|

Jadi
maksimum produk yang dapat diperoleh dengan harga produk Rp 250 per unit adalah
6 unit, dengan harga Rp 150 per unit adalah 12 unit, dan dengan harga Rp 75 per
unit adalah 24 unit.
Pada
saat harga produk berubah, konsumen terpengaruh dalam dua hal:
a). Pengaruh pendapatan (Income Effect)
yakni peningkatan (penurunan) seluruh konsumsi
yang dilakukan sebagai akibat dari penurunan (kenaikan) harga.
b). Pengaruh substitusi (Substitution
Effect) yakni perubahan konsumsi secara relatif yang terjadi pada saat konsumen
mengganti produk yang lebih mahal dengan produk yang berharga lebih murah.
Jika
diketahui PY = Rp 250 per unit dan PX = Rp 100 per unit
dengan U1 = 100 merupakan tingkat kepuasan yang
tertinggi yang dapat dicapai dengan anggaran sebesar Rp 1.500. Hal ini
menjadikan konsumsi jasa sebanyak 10 unit dan produk sebanyak 2 unit.

Perubahan harga dan
pendapatan terhadap kepuasan konsumen.
a.
Perubahan
pendapatan barang
b. Perubahan harga konsumsi

![]() |
SOAL.
1. Konsumen
menghadapi barang X dan Y dengan harga Px dan Py adalah $ 10.000 per unit.
Anggaran konsumen $ 80.000
Q
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
MUx
|
11
|
10
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
MUy
|
19
|
17
|
15
|
13
|
12
|
10
|
8
|
6
|
a. Tunjukkan
konsumen harus memberlanjakan pendapatan untuk memaksimalkan TU!
b. Berapa
TU dalam kondisi ekuilibrium
c. Nyatakan
dalam persamaan matematis kondisi ekuilibrium tersebut.
JAWAB
a.




b.
|
|||||||
X
|
11
|
10
|
21
|
||||
Y
|
19
|
17
|
15
|
13
|
12
|
10
|
86
|
107
|
c.
80.000 = 10.000 (2) +
10.000 (6)
2. Konsumen
menghadapi barang X dan Y dengan harga Px = $ 4.000 dan
Py= $ 2.000 per unit. Anggaran konsumen $ 80.000
Q
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
MUx
|
20
|
18
|
16
|
14
|
10
|
8
|
6
|
4
|
MUy
|
28
|
24
|
20
|
16
|
12
|
8
|
4
|
0
|
a. Tunjukkan
konsumen harus memberlanjakan pendapatan untuk memaksimalkan TU!
b. Berapa
TU dalam kondisi ekuilibrium
c. Nyatakan
dalam persamaan matematis kondisi ekuilibrium tersebut.
III.
Teori Nilai Guna (Utility)
Nilai guna (Utility) adalah
kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi suatu barang.
Nilai Guna Total (Total
Utility/TU) adalah total kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi suatu
barang. Nilai Guna Tambahan (Marginal Utility/MU) adalah tambahan kepuasan yang
diperoleh dari mengkonsumsi tambahan satu unit produk/barang.
Qx
|
Tux
|
Mux
|
0
|
0
|
|
1
|
10
|
10
|
2
|
18
|
8
|
3
|
24
|
6
|
4
|
28
|
4
|
5
|
30
|
2
|
6
|
30
|
0
|
7
|
28
|
-2
|
8
|
24
|
-4
|
9
|
18
|
-6
|



Maksimisasi Nilai Guna
Setiap orang berusaha untuk
memaksimalkan kepuasan dari konsumsi barang. Untuk konsumsi satu jenis barang,
maka kepuasan maksimum dapat dicapai pada saat nilai guna total (TU) mencapai
maksimum.
Jika konsumen mengkonsumsi
lebih dari satu barang, maka penentuan kepuasan maksimum dapat dicapai:
· Jika
ada 2 barang dan harganya sama, maka kepuasan maksimum MUx=MUy
· Jika
ada 2 barang dengan harga yang berbeda, maka tambahan kepuasan (MU) yang lebih
besar diperoleh dari barang dengan harga yang lebih rendah dengan MUx=MUy
Dengan harga barang yang
berbeda, maka syarat untuk memperoleh nilai guna maksimum (TU) adalah setiap
rupiah yang dikeluarkan untuk 1 unit tambahan berbagai jenis barang akan
memberikan MU yang sam atau
=




Contoh.
Px = Rp 5.000/unit,dengan
nilai guna marginal (MUx) = 5, Py = Rp 50.000/unit dengan nilai guna marginal
(MUy)= 50, dan anggaran Rp 50.000
·
Jika dibelikan barang x, maka diperoleh
10 unit dengan MUx=50
·
Jika dibelikan barang y, maka diperoleh
1 unit dengan MUy=50




Faktor yang dapat merubah
permintaan suatu barang:
1.
Faktor substitusi/penggantian
(substitution effect)
Jika P naik, maka MU
per rupiah menjadi turun dan sebaliknya dan barang lain tidak berubah, maka
konsumen akan menambah konsumsi barang dengan P tetap dan mengurangi barang
dengan P naik. Dengan demikian demand barang dengan P naik menjadi turun dan
meningkatkan demand barang dengan P tetap.
2.
Faktor pendapatan (Income effect)
Dengan pendapatan tetap dan P naik
(turun), maka daya beli pendapatan menurun (meningkat), sehingga konsumen
mengurangi (menambah) konsumsi barang dengan P naik (turun).
Surplus Konsumen
Surplus konsumen adalah
kelebihan kepuasan yang dinikmati oleh konsumen atau selisih antara kepuasan
yang diperoleh oleh konsumen dari mengkonsumsi barang dengan pembayaran yang
dilakukan untuk mengkonsumsi barang tersebut.
![]() |
|||
|
|||
Jika Si A menganggap harga
barang S Rp 50.000 dan sampai di took berharga Rp 40.000, maka surplus konsumen
Rp 10.000
Jumlah Konsumsi Mangga Per Minggu
|
Harga dibayar Konsumen (Rp)
|
Surplus Konsumen jika P Mangga
(Rp 700/buah)
|
Akumulasi Nilai Surplus
|
1
|
1.700
|
1.000
|
1.000
|
2
|
1.500
|
800
|
1.800
|
3
|
1.300
|
600
|
2.400
|
4
|
1.100
|
400
|
2.800
|
5
|
900
|
200
|
3.000
|
6
|
700
|
0
|
3.000
|
7
|
500*)
|
||
8
|
300*)
|
*) mangga ke 7 dan 8 tidak
dibeli karena P pasar > P yang dibayar konsumen

IV.
Efek Subtitusi dan Efek Pendapatan
Pengaruh perubahan harga terhadap jumlah barang
yang diminta, dapat dijelaskan melalui efek, yakni efek substitusi dan
efek pendapatan. Teori permintaan
menjelaskan bahwa bila terjadi penurunan harga akan menambah permintaan, karena
konsumen akan menambah barang yang harganya turun, dan akan mengurangi konsumsi
barang yang lain (efek pengganti). Disatu sisi penurunan harga juga akan
menyebabkan pendapatn riil konsumen meningkat sehingga akan menambah konsumsi
berbagai barang (efek pendapatan). Dengan kata lain, efek substitusi adalah
terjadinya perubahan jumlah barang yang diminta sebagai akibat perubahan harga,
dimana perubahaannya dibatasi pada pergerakan sepanjang kurva indiferen
mula-mula(penghasilan rill dianggap tetap),
efek pendapatan adalah terjadi karena adanya
perubahan harga suatu barnag yang menyebabkan pendapatan riil konsumen berubah
sehingga jumlah barang yang diminta berubah, dimana harga barang lain dan
pendapatan nominal konsumen tetap.
Perbedaan efek substitusi dan pendapatan dapat
digunakan untuk menentukan pakah suatu barang merupakan barang normal,
superior, inferior atau giffen. Pengertian barang normal adalah barang yang
memiliki efek pendapatan selalu positif sedangkan untuk barang superior dapat
ditentukan bila efek pendapatn lebih besar dari nilai absolute efek substitusi.
Efek Pendapatan:
Penurunan Kurva Permintaan Individu
Penurunan Kurva Permintaan Individu
- Ada 2 barang X dan Y yang dikonsumsi.
- Asumsi ceteris paribus: harga barang Y dan
pendapatan konstan.
- Jika harga X turun, pendapatan riil naik sehingga
kuantitas barang X yang diminta meningkat.
- Garis anggaran berotasi (memutar) ke kanan.
- Perubahan harga berarti
mengubah daya beli riil.
- Individu akan berpindah ke
kurva indiferens baru yang konsisten dengan daya beli yang baru.
- Garis anggaran akan berotasi mengikuti
perpindahan kurva indiferens dan daya beli yang baru.
- Ada 2 barang X dan Y yang dikonsumsi.
- Asumsi ceteris paribus: harga barang Y
dan utilitas konstan.
- Jika harga X turun, pendapatan “diimbangi“ (compensated)
agar utilitas tetap (untuk mencegah peningkatan kesejahteraan sebagai
akibat penurunan harga).
- Pergerakan atau perpindahan di sepanjang kurva
indiferens.
- Individu bertahan pada kurva
indiferens yang sama.
- Konsumsinya harus diubah
agar MRS-nya sama dengan rasio harga yang baru dari kedua barang.
- Untuk setiap dua unit untai komodity, misalnya
A dan B, bila A memberi kepuasan yang lebih besar disbanding B, maka A
harus dipilih dan bukan B ( A is Preference to B ) begitu juga
sebaliknya , bila B memberi kepuasan yang lebih besar dibanding A, maka
B harus dipilih dan bukan A ( B is Preference to A ).
- Bila harus A dipilih dan bukan B, sedang B
harus dipilih bukan C, maka A harus dipilih dan bukan C. jadi dalam
menemukan preferensi, berlaku hubungan yang bersifat transitif.
- Bila untaian komodity A terdiri unsure-unsur
yang sama dengan B, sedangkan untuk unsurnya untaian A lebih besar dari
B , maka A harus dipilih dan bukan B. tetapi bila hanya sebagian yang
lain lebih kecil atau sama, maka tidak dapat dikatakan begitu saja bahwa
A harus dipilih dan bukan B.
- Biaya tetap (Fixed Cost = FC)
>>Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah jika ada perubahan
dalam jumlah output hasil produksi (sampai pada batas tertentu).
- Biaya variabel (Variahel Cost
= VC). Biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah tergantung besar-kecilnya
jumlah produk yang dihasilkan.
- Biaya total (Total Cost = TC)
adalah jumlah biaya tetap dan biaya variable
Efek Substitusi:
Penurunan Kurva Permintaan Individu
Penurunan Kurva Permintaan Individu
Perpindahan (perubahan) konsumsi terjadi di sepanjang kurva indiferens.

Pemecahan efek substitusi dan efek
pendapatan dapat dilakukan melalui 2 metode yakni: Metode Hicks dan Metode
Slutsky. Pertama akan di paparkan tentang metode Hicks. Dari
gambar 4.9 terlihat keseimbangan awal pada titik 1 (pada BL1 dan IC1).
Misalkan sekarang tingkat harga X mengalami penurunan, dan BL berubah dari
BL1 menjadi BL2. Keseimbangan akhir ada pada titik 3 dengan kurva indiferen
yang lebih tinggi (disini keseimbangan konsumen meningkat, walaupun tingkat
pendapatan nominal tetap, karena pendapatan riil konsumen terhadap komoditas
X naik).
Sebelum keseimbangan bergeser ke
titik 3, sebenarnya secara teoritis terlebih dahulu keseimbangan bergeser ke
titik 2. Perhatikan titik 2 yang menunjukan persinggungan IC1 dengan
BL2”. Pada keadaan tersebut komposisi X dan Y telah berubah. Fenomena ini
telah menunjukkan antara titik 1 dan 2 sama tingkat kepuasannya (pada kurva
indeferen yang sama) tetapi jumlah barang X yang di konsumsi menigkat
(sedangkan jumlah barang Y yang di konsumsi turun). Keadaan ini terjadi
karena harga barang X mengalami penurunan. Jadi jelas sekarang konsumen
mensubtitusikan barang Y dengan barang X karena barang X lebih murah untuk
satu tingkat kepuasan yang sama. Inilah yang dinamakan efek substitusi
(es).
Terdapat 3 buah barang yang bisa dikonsumi konsumen,
maka terangkan bagaimana konsumen tersebut melakukan pilihan agar utilitas
yang diperoleh dari mengkonsumsi ketiga barang tersebut adalah maksimal?
Dalam ekonomi, utilitas
adalah jumlah dari kesenangan atau kepuasan relatif (gratifikasi) yang
dicapai. Dengan jumlah ini, seseorang bisa menentukan meningkat atau
menurunnya utilitas, dan kemudian menjelaskan kebiasaan ekonomis dalam
koridor dari usaha untuk meningkatkan kepuasan seseorang. Unit teoritikal
untuk penjumlahan utilitas adalah util.
Doktrin dari utilitarianisme ,elihat maksimalisasi dari utilitas sebagai
kriteria moral untuk organisasi dalam masyarakat. Menurut para utilitarian,
seperti Jeremy Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1876), masyarakat harus
bertujuan untuk memaksimalisasikan jumlah utilitas dari individual, bertujuan
untuk “kebahagiaan terbesar untuk jumlah terbesar”.
U tilitas
digunakan oleh ekonom dalam konstruksi sebagai kurva
indiferen, yang berperan sebagai kombinasi dari komoditas
yang dibutuhkan oleh individu atau masyarakat
untuk mempertahankan tingkat kepuasan. Utilitas individu dan utilitas
masyarakat bisa dibuat sebagai variabel tetap dari fungsi utilitas (contohnya
seperti peta kurva indiferen) dan fungsi kesejahteraan sosial. Ketika
dipasangkan dengan komoditas atau produksi, fungsi ini bisa mewakilkan efisiensi Pareto, yang
digambarkan oleh kotak Edgeworth dan kurva kontrak.
Efisiensi ini merupakan konsep utama ekonomi kesejahteraan.
Dalam menentukan urutan preferensi tersebut, syarat-syarat berikut harus
terpenuhi yaitu :
4.
seorang konsumen atau suatu keluarga di satu pihak
berhadapan dcngan Kebutuhan-Kebutuhan
Hidup yang harus dipenuhi, dan yang menentukan apa dan berapa yang
ingin dibeli. Di lain pihak dihadapkan dengan Harga Yang Harus Dibayar serta Terbatasnya Penghasilan yang membatasi apa dan berapa yang dapat
dibeli.
5.
Maka persoalannya ialah: bagaimana dengan
penghasilan yang tertentu dan terbatas orang dapat memenuhi semua
kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan sebaik mungkin.
6.
Menghadapi persolan ini, seorang konsumen harus
bertindak bijaksana dalam mempergunakan dan membelanjakan uangnya. Bertindak
ekonomis diartikan “mempertimbangkan hasil dan pengorbanan “.
7.
Hasil yaitu
terpenuhnya kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan, yaitu karena kegunaan
harang/jasa yang dikonsumsikan
8.
Terpenuhinya kebutuhan itu menimbulkan suatu rasa
kepuasan, Maka hasil yang kita peroleh dan konsumsi barang/jasa biasanya
disebut kepuasan (satisfaction) Kemampuan barang/jasa untuk memenuhan
kebutuhan manusii disebut (utility).
9.
Seorang konsumen yang bertindak ekonomis pasti
mempertimbangkan pengorbanan, yaitu HARGA yang harus dihayar, dan hasil,
yailu MANFAAT atau kepuasan yang diperoleh dari pengeluaran uang itu. Dalam
hal ini akan ditinjau segi yang kedua, yaitu kepuasan yang ditimbulkan
oleh manfaat (utility) barang/jasa yang dikonsumsikan. Sebab ternyata ada
hubungan tertentu antara jumlah barang yang dikonsumsikan dan manfaat
kepuasan yang diperoleh daripadanya. Hal ini berpengaruh terhadap perilaku
konsumen, khususnya berapa yang akan dibelinya dari harang/jasa tertentu.
10. Untuk
mempermudah pengertian, kita pelajari dahulu bagaimana peri-laku konsumen
terhadap satu macam barang saja. Dalam hal ini pertimbangan besarnya
penghasilan tidak begitu menentukan, sehingga perhatian sepenuhnya dapat
dicurahkan pada persoalan perbandingan harga barang dan manfaatnya hagi
konsumen. Kemudian dilengkapi dengan memperhatikan perilaku konsumen terhadap
berbagai macam barang. di mana besarnya pendapatan serta pembagian pendapatan
atas berbagai macam barang itu akan mendapat sorotan.
Input faktor produksi ada yang
tetap dan ada yang berubah-ubah. maka biaya produksi pun dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu :
V.
Konsep Marginal Propensity to
Consume ( MPC ) dan
Marginal Propensity to Save ( MPS
)
Ada dua
konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan disposebel dengan
konsumsi dan pendapatan diposebel dengan tabungan yaitu kosep kecondongan
mengkonsumsi dan kecondongan menabung. Kecondongan mengkonsumsi dapat
dibedakan menjadi dua yaitu kecondongan mengkonsumsi marginal dan kecondongan
mengkonsumsi ratarata. Kencondongan mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan
sebagai MPC (berasal dari istilah inggrisnya Marginal Propensity to
Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara pertambahan
konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposebel (ΔYd)
yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan formula : MPC = Yd
. CΔ
Kencondongan
mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average Propensity to
Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara tingkat
pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposebel pada ketika
konsumen tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan
formula : APC = Yd.C
Kecondongan
menabung dapat dibedakan menjadi dua yaitu kencondongan menabung marginal dan
kecondongan menabung rata-rata. Kecondongan menabung marginal dinyatakan
dengan MPS (Marginal Propensity to Save) adalah perbandingan di antara
pertambahan tabungan (ΔS) dengan pertambahan pendapatan disposebel (ΔYd).
Nilai MPS dapat dihitung dengan menggunakan formula : MPS = Yd.SΔ.
Kecondongan
menabung rata-rata dinyatakan dengan APS (Average Propensity to Save),
menunjukan perbandingan di antara tabungan (S) dengan pendapatan disposebel
(Yd). Nilai APS dapat dihitung dengan menggunakan formula : APS = Yd. S
(Sadono Sukirno, 2003: 94-101).
Post a Comment