BAB I LATAR
BELAKANG
Sektor pertanian merupakan salah
satu potensi yang dimiliki Indonesia sebagai negara agraris dimana penduduknya
sebagian besar bergantung pada hasil pertanian. Sumber daya alam dan sumber
daya manusia yang dimiliki Indonesia cukup melimpah, didukung dengan kemajuan
teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan sektor pertanian.
Banyaknya penduduk di Indonesia juga sebagai potensi pasar yang siap untuk
menampung hasil produksi dari kegiatan agri bisnis yang dilakukan. Belum
maksimalnya peranan pemerintah dalam mendukung sektor pertanian membuat
Indonesia harus mengimpor beberapa produk yang dapat dihasilkan di negara ini,
seperti: beras, dan kedelai. Sektor pertanian juga memeiliki peranan penting
dalam menghadapi krisis ekonomi yang dialami Indonesia belakangan ini. Bidang
usaha yang banyak digeluti pengusaha di bidang pertanian yang berskala besar
maupun kecil, berkaitan dengan tanaman dan hewan, baik untuk kepentingan pangan
maupun nonpangan. Salah satu bidang usaha tani yang memiliki potensi untuk digeluti
adalah budidaya cacing tanah, dimana budidaya ini memiliki prospek pasar yang
cukup potensial.
Cacing tanah sering dianggap
binatang yang menjijikan dan tidak memiliki manfaat yang berarti. Namun cacing
tanah ternyata memiliki potensi yang besar untuk dibudidayakan secara
komersial. Cacing tanah memiliki manfaat untuk kepentingan persediaan pakan
ternak dan ikan, sebagai bahan campuran untuk kebutuhan farmasi, menguraikan
limbah organik menjadi bahan tanah yang baikdan akhir akhir ini cacing tanah
juga dimanfaatkan sebagai bahan campuran pembuatan kosmetik. Produk yang
dihasilkan dari wirausaha ini adalah caing tanah itu sendiri dan kotorannya
atau bekas cacing. Biomas cacing mengandung sumber protein hewani (72% -
84,5%). Cacing tanah termasuk salah satu makhluk hidup penghuni tanah yang
banyak memberikan manfaat bagi manusia. Multi manfaat cacing antara lain adalah
dapat menyuburkan lahan pertanian, meningkatkan day serap air, bahan pakan
ikan, dan lain – lain. Kualaitas protein cacing tanah lebih tinggi dibandingkan
dengan kualitas daging dan ikan, sehingga sangat potensial untuk dijadikan
sebagai bahan pakn ternak, ikan dan manusia. Di berbagai negara cacing tanah
telah dimanfaatkan dan diolah menjadi makanan manusia dan bahan kosmetik.
Cacing tanah amat potensial
menghancurkan bahan organik, termasuk sampah – sampah sehingga selain
menyuburkan lahan pertanian, cacing tanah juga menghasilkan kascing yang dapat
digunakan sebagai pupuk organik. Pupuk kascing dapat dimanfaatkan untuk aneka
usaha pertanian, misalnya usaha tani sayuran, buah – buahan,dan tanaman hias.
Sifat kimia dan kandungan hara kascing yang bahan dasarnya berasal dari sampah
rumah tangga dan sampah pasar, setara dengan kompos.
BAB II
RENCANA BISNIS
1.
Deskripsi Usaha
1.1. Bidang Usaha
Penulis akan menekuni bidang usaha peternakan yaitu budidaya cacing. Yakni
cacing tanah yang telah dikembangkan untuk kepentingan komersial seperti cacing
yang berasal dari jenis lumbricus rubellus. Produk yang difokuskan untuk
dipasarkan adalah cacing tanah jenis Lumbricus rubellus yang dijual
segar per kilogram beratnya. Selain itu terdapat produk lain yang bisa dijual
yaitu kascing yang bisa dijadikan pupuk organic bagi para petani.
1.2. Jenis Produk
Produk yang akan penulis hasilkan adalah cacing segar yang telah dipelihara
3-4 bulan sejak berbentuk telur dan kascing yang bisa dijadikan pupuk organic
bagi para petani.
1.3. Kegunaan & Keunggulan
Kegunaan dari usaha ini diharapkan dapat menyediakan cacing segar dalam
rangka memenuhi kebutuhan pakan untuk peternak burung, peternak ikan, dan
industri obat dan kosmetik. Selain itu juga bisa menyediakan kascing yang bisa
dimanfaatkan sebagai pupuk organic bagi para petani.
1.4. Lokasi Usaha
Usaha ini
akan berlokasi di Kec. Kandis, Pekanbaru-Riau
1.5. Dampak usaha terhadap lingkungan
Usaha yang akan penulis dirikan ini diharapkan dapat meningkatkan taraf
hidup baik pelaksana maupun orang lain yang akan penulis pekerjakan di usaha
ini. Dari sisi sosial, penulis dapat mempekerjakan masyarakat disekitar tempat
usaha sehingga sedikitnya penulis dapat mengurangi jumlah pengangguran.
1.6. Resiko Bisnis
·
Resiko Internal
Resiko
internal yang akan dihadapi sebagian besar adalah masalah teknis peternakan.
Contohnya seperti masalah pemberian pakan cacing, penjadwalan, dan sebagainya.
Resiko internal lain adalah adanya kesalah – pahaman tugas para pekerja.
·
Resiko Eksternal
Resiko
eksternal yang mungkin terjadi adalah :
-
Terjadinya serangan hama tikus;
-
Menurunnya daya beli masyarakat;
-
Munculnya pesaing di bisang usaha ini;
-
Tidak tercapainya target penjualan.
2.
Rencana Pemasaran
2.1. Segmentasi Pasar
·
Berdasrkan wilayah
Distribusi
dan kemampuan konsumen yang akan menjadi segmen pemasaran produk cacing tanah
adalah petani, peternak dan distributor pakan di wilayah Riau.
·
Berdasarkan pendapatan:
Pendapatan
menengah kebawah mengarah kepada petani dan peternak untuk dikonsumsi sendiri.
Pendapatan
menengah keatas mengarah kepada distributor maupun industri pupuk, kosmetik,
dan pakan ternak untuk diolah kembali.
·
Berdasarkan hobi
Segmentasi
kami adalah orang yang suka memancing, serta hobi beternak.
2.2. Target Pasar
Setelah menentukan segmentasi pasar, maka yang akan menjadi target pasar
adalah petani, peternak, serta distributor di wilayah Riau. Sementara target
umumnya adalah petani dan peternak serta pelaku usaha bidang obat dan kosmetik
di wilayah Riau dan sekitarnya yang belum mengenal betul dengan produk cacing
sebagai pakan ternak burung dan ikan/belut.
2.3. Strategi Pasar
Strategi pasar dapat diaplikasikan khususnya pada empat hal pada produk,
yaitu pada produk itu sendiri, harga produk, promosi produk kepada pasar, dan
distribusi produk untuk dapat sampai pada tangan konsumen. Strategi pemasaran
penting untuk direncanakan dan dipertimbangakan agar kegiatan usaha yang
dilakukan perusahaan tidak kalah bersaing dengan perusahaan lain yang bergerak
dalam bidang yang sama. Strategi pasar yang digunakan 4P yaitu product, price,
promotion, dan place.
a. Product (produk)
Produk yang difokuskan untuk dipasarkan adalah cacing tanah jenis Lumbricus
Rubellus yang dijual segar per Kilogram beratnya. Strategi yang digunakan untuk
produk adalah keseragaman ukuran cacing melalui pengaturan pemberian pakan dan
kebersihan cacing yang dipasarkan. Produk cacing tanah ini merupakan salah satu
produk yang memiliki multi manfaat, baik untuk kepentingan persediaan industri
pakan ternak, dan ikan nasional, memasok kebutuhan farmasi dan obat – obatan,
mengubah limbah organik menjadi media tanam yang baik dalam mendukung usaha
pertanian, serta menumbuhkan usaha ekonomi kerakyatan. Cacing tanah yang telah
dikembangkan untuk kepentingan komersial berasal dari jenis lumbricus rubellus,
eisania foetida, pheretina asiatica, dan eudrillus eugeuniae. Untuk produk
kascing juga dijual kepada konsumen, dan juga diberikan gratis untuk petani
sekitar perusahaan.
b. Price (harga)
Harga yang ditetapkan untuk cacing dihitung per kilogram (kg), dimana
dipasar untuk satu kilogram cacing tanah dijual dengan harga kisaran antara Rp.
30.000,- sampai Rp. 60.000,-. Harga yang ditetapkan perusahaan adalah Rp. 46.000,-
per Kg lebih murah jika dibandingkan harga dipasar yaitu Rp. 50.000,- per Kg.
Untuk konsumen yang menjadi pelanggan tetap tidak menutup kemungkinan untuk
mendapatkan potongan harga, dan untuk pemesang berskala besar juga akan
mendapatka potongan harga.
c. Promotion (promosi)
Perusahaan ini merupakan perusahaan yang masih sangat baru dalam usaha
cacing tanah ini, sehingga publikasi keberadaan perusahaan kepada konsumen
sangat penting untuk dilakukan agar para konsumen dapat mengetahui adanya
perusahaan di sekitar mereka yang memproduksi cacing tanah. Untuk awal mulanya
promosi yang digunakan perusahaan ini adalah promosi dari mulut ke mulut dengan
memanfaatkan hubungan yang baik dengan warga sekitar lokasi yang pada umumnya
merupakan petani, peternak ikan, belut dan ayam di wilayah Kandis. Untuk
kedepannya perusahaan akan melakukan promosi melalui media sosial seperti
facebook, dan melalui pembuatan web atau blog agar lebih dikenal di wilayah
Riau dan sekitarnya.
d. Place (distribusi)
Pemilihan lokasi produksi merupakan salah satu alasan untuk menunjang
distribusi produk kepada konsumen. Terjangkaunya lokasi oleh sarana
transportasi akan memudahkan penyaluran produk kepada konsumen. Sistem
distribusi yang diterapkan untuk perusahaan ini adalah pengantaran langsung
kepada konsumen (delivery order) dengan maksud memudahkan dan memanjakan
konsumen agar tertarik untuk memesan produk. Tentu saja dengan memperhatikan
lokasi konsumen dan skala pemesanan, untuk wilayah sekitar Riau tidak dikenakan
tarif transportasi,sedangkan untuk luar wilayah Riau akan dikenakan biaya
transportasi sesuai dengan lokasi konsumen, semakin jauh lokasi konsumen maka
semakin besar pula tarif yang akan dikenakan.
3.
Rencana Manajemen
3.1. Bentuk Usaha
Usaha ini berbentuk persekutuan
karena dilihat dari jumlah pengelola yang menjalankan usaha peternakan cacing
ini.
3.2. Jumlah Tenaga Kerja
·
Manajer
: 1 Orang
·
Bagian Peternakan : 1 Orang
·
Bagian Penjualan :
1 Orang
·
Bagian Akuntansi : 1
Orang
·
Karyawan
: 3 Orang
3.3. Rencana Mitra
·
Pabrik UPT
produksi Jamur untuk pasokan media dari baglog jamur tiram yang sudah upkir.
4.
Rencana Keuangan
4.1. Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja
a. Modal Tetap
- Bangunan kandang bahan bambu (80 m2) Rp.
2.500.000;
- Rak 1.5 m x 1.8 m2 tinggi 50 cm (10 buah) Rp.
3.500.000;
- Media
·
bahan media cacing 6 ton x @ Rp.300.000 Rp.
1.800.000;
·
plastik 200 m x @ Rp. 6.000 Rp. 1.200.000;
·
pelepah pisang dicincang (5 karung) Rp.
150.000;
Jumlah
Rp.
9.150.000;
b. Biaya Penyusutan
- Kandang 4/36 x Rp. 2.500.0000 Rp.
275.000;
- Rak 4/36 x Rp. 3.500.000 Rp.380.000;
Jumlah Rp.
655.000;
c.
Modal Kerja
- Benih cacing 40 kg x @ Rp. 35.000; Rp. 1.400.000;
- Pakan limbah sayur 5.000 kg x @ Rp. 5.00; Rp.
2.500.000;
- Tenaga kerja 4 orang x @ Rp. 600.000; per bulan
Rp. 2.400.000; Jumlah
Rp.
6.300.000;
d.
Jumlah modal yang dibutuhkan
- Modal Tetap Rp. 9.900.000;
- Modal Kerja Rp. 6.300.000; Jumlah
Rp.
15.800.000;
e.
Produksi cacing per 4 Bulan
Selama 4
bulan 600 kg x @ Rp. 35.000 per kg Rp. 21.000.000;
f.
Biaya Produksi per 4 Bulan
- Biaya penyusutan Rp. 655.000;
- Modal Kerja Rp. 6.300.000; Jumlah Rp.
6.955.000;
g.
Keuntungan per 4 Bulan
- Produksi per 4 Bulan Rp. 21.000.000;
- Biaya Produksi per 4 Bulan Rp. 6.955.000; Jumlah
Rp.
14.045.000;
BAB III
PENUTUP
Penulis
yakin dari usaha yang penulis dirikan ini, kebutuhan masyarakat cacing sebagai
pakan ternak dan bahan industry obat serta kosmetik dapat terpenuhi.
Penulis
berharap usaha ini dapat berlanjut apabila habis masa siklus usaha (4-6 bulan)
ini, sehingga apa yang penulis tuliskan sebagai keyakinan diatas dapat
terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
Julendra,
Hardi. 2000. Penelitian Pakan Alternatif Unggas. LaporanTeknis Pusat Penelitian
. LIPI.
Narbuko, C dan Achmad Achmadi. 2001. Metode
Penelitian. Bumi Aksara.JakartaNazir, M.1988.Metodologi Penelitia. Ghalia Indonesia. Jakarta timur
Palungkun,
R. 1999. Sukses Beternak Cacing Tanah
(Lumbricus rubellus). Penenbar Swadaya. Jakarta.
Soenanto,
H. 2000. Budidaya Cacing Tanah (Lumbricus rubellus). CV. Aneka. Solo.
Post a Comment