BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di era sekarang banyak
petani dalam melakukan pengendalian hama menggunakan pestisida dari bahan kimia
yang bertujuan agar hama bias secara cepat musnah,namun hal ini menimbulkan
pencemaran lingkungan yang tanpa disadari oleh petani,yaitu mengakibatkan
residu yang dapat membahayakan lingkungan dan juga manusia itu sendiri, Catatan
WHO (Organisasi Kesehatan Dunia mencatat bahwa di seluruh dunia setiap tahunnya
terjadi keracunan pestisida antara 44.000 - 2.000.000 orang dan dari angka tersebut
yang terbanyak terjadi di negara berkembang. Dampak negatif dari penggunaan
pestisida diantaranya adalah meningkatnya daya tahan hama terhadap pestisida,
membengkaknya biaya perawatan akibat tingginya harga pestisida dan penggunaan
yang salah dapat mengakibatkan racun bagi lingkungan, manusia serta ternak.
Tanaman padi merupakan
salah satu komoditas pangan yang harus terpenuhi kecukupannya untuk menunjang
kelangsungan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Salah satu upaya untuk
mempertahankan kecukupan pangan adalah melalui pengendalian faktor – faktor
pembatas. Salah satu faktor pembatas yang terpenting adalah serangan hama
penyakit. Keong mas merupakan salah satu hama penting pada tanaman padi di
Indonesia. Saat ini keong mas (Pomacea sp.) berperan sebagai salah satu hama
penting pada tanaman padi.
Di Aceh misalnya, keong
mas telah menjadi hama utama, terutama pada areal sawah beririgasi. Tingkat
serangan hama tersebut pun tergolong cukup tinggi. Serangan berat umumnya
terjadi di persemaian sampai tanaman berumur dibawah 4MST. Pada tanaman dewasa,
gangguan keongmas hanya terjadi pada anakan hingga jumlah anakan produktif
menjadi berkurang. Perkembangan hama ini sangat cepat, dari telur hingga
menetas hanya butuh waktu 4 – 7 hari (Pitojo, 1996). Disamping itu satu ekor
keongmas betina mampu menghasilkan 15 kelompok telur selama satu siklus hidup
(60 – 80 hari), dan masing – masing kelompok telur berisi 300 – 500 butir
(Anonymous,1993). Seekor keongmas dewasa mampu menghasilkan 1000 -1200 telur
per bulan (Anonymous, 1995).
Keong mas juga memiliki
ketahanan tubuh yang sangat tinggi, misalnya pada saat musim kemarau, hewan
tersebut mampu bertahan selama 6 bulan pada kondisi lahan yang sangat kering
dengan bersembunyi didalam lumpur atau tanah sawah. Selain itu, penyebaran
keongmas tergolong sangat cepat karena binatang ini mengikuti arus aliran
sungai atau aliran irigasi. Setiap menetas, telurnya menyebar kesegala penjuru
dengan memanfaatkan arus air yang mengalir sehingga penyebarannya menjadi
sangat cepat.
Pestisida merupakan
salah satu solusi didalam mengendalikan hama keongmas, namun penggunaan
pestisida kimia memiliki banyak kerugian, salah satunya adalah resistensi,
resurgensi dan residu racun yang dihasilkan. Untuk itu perlu dikaji ulang
penggunaan bahamemiliki banyak kerugian, salah satunya adalah resistensi,
resurgensi dan residu racun yang dihasilkan. Untuk itu perlu dikaji ulang
penggunaan bahan – bahan alami yang bermanfaat dalam mengendalikan hama keong
mas.
B.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari
pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengetahui keefektifan dari penggunaan
pestisida kimia dan hayati terhada hama keong mas. Dan diharapkan dari hasil
praktikum ini dapat menjadi alternative baru yang efektif dan efisien untuk
mengendalikan hama keong mas dan diterapkan oleh masyarakat.
BAB II
TINAJAUAN PUSTAKA
Di era serba organik
seperti sekarang ini, penggunaan pestisida organik cukup mendukung untuk
mengatasi masalah gangguan serangan hama tanaman komersial. Pestisida organik
pun dapat menjamin keamanan ekosistem. Dengan pestisida organik, hama hanya
terusir dari tanaman petani tanpa membunuh. Selain itu penggunaan pestisida
organik dapat mencegah lahan pertanian menjadi keras dan menghindari
ketergantungan pada pestisida kimia. Penggunaan pestisida organik harus
dilakukan dengan hati-hati dan dengan kesabaran serta ketelitian. Banyaknya
pestisida organik yang disemprotkan ke tanaman harus disesuaikan dengan hama.
Waktu penyemprotan juga harus diperhatikan petani sesuai dengan siklus perkembangan
hama (Sudarsono, 2006).
Keong mas merupakan
salah satu masalah utama dalam produksi padi. Keong mas memiliki
morfologi yang sama dengan keong sawah. Cangkang berbentuk bulat
mengerut, berwarna kuning keemasan, berdiameter 1,2-1,9 cm, tinggi 2,2-3,6 cm,
dan berat 4,2-15,8 g. keong mas berkembang biak secara ovipar dan menghasilkan
telur. Seekor keong mas betina mampu bertelur 500 butir dalam seminggu dengan
masa perkembang biakkan selama 3-4 tahun. Keong mas betelur pada pagi dan sore
hari, telur akan menetas dalam waktu 7-14 hari dan hari ke-60 keong telah
menjadi dewasa dan dapat berkembang biak (Ruslan dan Harianto 2009).
Klasifikasi Keong mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Filum
: Moluska
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Mesogastropoda
Famili
: Ampullariidae
Genus
: Pomacea
Spesies
: Pomacea canaliculata
Semua moluska bersifat
hemaprodit kecuali keong mas. Keongmas jantan memiliki cangkang yang simetris
antara sudut terluar tubuh dengan apex, sedangkan keongmas betina memiliki
cangkang yang lebih besar antara sudut terluar tubuh dengan apex
(www.litbang.deptan.go.id).
Keongmas (Pomacea sp.)
mempunyai kebiasaan memakan berbagai jenis tanaman yang lunak temasuk padi yang
masih muda. Biasanya keongmas memarut pangkal batang yang berada dibawah air
dengan lidahnya hingga patah, kemudian patahan yang rebah tersebut dimakan.
Bila populasi keongmas tinggi dan air selalu tergenang, bisa mengakibatkan
rumpun padi mati, sehingga petani harus menyulam atau menanam ulang. Beberapa
tanaman nabati pun bisa digunakan sebagai pestisida nabati atau moluskisida
untuk keong mas. Saponin, rerak, pinang, tembakau dan daun sembung cukup
efektif sebagai moluskisida nabati.penggunaan bahan nabati sangat dianjurkan
dilakukan sebelum tanam, karena pada saat itu keong mas akan terganggu daya
makannya, sehingga kurang merusak padi yang baru tanam (www.ciptapangan.com).
BAB III
PEMBAHASAN
B.
Pembahasan
Pada penelitian yang
telah berlangsung selam 3 hari di laboratorium hama, didapatkan hasil bahwa
dengan tanpa menggunakan bahan pestisida baik pestisida nabati maupun pestisida
kimia, hama keong mas tetap dalam kondisi hidup selama masa praktikum, namun
ada juga pada hari terakhir kondisi keong mas mulai mengalami kekurangan
oksigen yang disebabkan oleh kecilnya tabung.
Beberapa cara
megendalian hama keong mas secara terpadu di tanaman padi antara lain:
Musuh
alami: bebek memakan keong muda. Bebek ditempatkan di
sawah selama persiapan lahan tahap akhir atau setelah tanaman tumbuh cukup
besar (misalnya 30-35 hari setelah tanam). keong dapat dipanen, dimasak serta
dimakan.
Pemungutan:
Pungut keong dan hancurkan telurnya. Hal ini paling baik dilakukan di pagi dan
sore hari ketika keong berada pada keadaan aktif. Tancapkan tongkat bambu untuk
menarik keong dewasa agar meletakkan telurnya.
Penggunaan
umpan: Tempatkan dedaunan yang menarik perhatian keong
agar pemungutan keong lebih mudah (tanaman yang memungkinkan adalah: pisang dan
pepaya). Letakkan dedaunan tersebut ditepi-tepi sawah.
Pengelolaan
air:
Keong bersifat aktif pada air yang menggenang/diam dan karenanya, perataan
tanah dan pengeringan sawah yang baik dapat membantu mengurangi kerusakan.
Saluran saluran air kecil (misalnya, lebar 15-25 cm dan dalam 5 cm) juga dapat
dibuat, setelah persiapan lahan tahap akhir. Buat saluran-saluran kecil dengan
menarik kantung berisi benda berat dengan interval 10-15 m atau di sekitar
sudut-sudut sawah. Saluran-saluran kecil ini memudahkan pengeringan dan
bertindak sebagai titik focus untuk mengumpulkan keong atau membunuh keong
secara manual dengan lebih mudah. Apabila pengendalian air baik, pengeringan
dan pengaliran air ke sawah dilakukan hingga stadia anakan (misalnya, 15 hari
pertama untuk tanam pindah dan 21 hari pertama untuk tabela).
Pengunaan
tanaman beracun: Tempatkan tanaman beracun (misalnya
daun Monochoriavaginalis, daun tembakau, dan daun Kalamansi pada di
saluran-saluran kecil.
Pencegahan
masuk ke sawah: Tempatkan penyaring dari kawat atau
anyaman bambu pada saluran keluar dan masuk irigasi utama untuk mencegah
masuknya keong. Cara pengendalian ini kurang efektif karena kebanyakan keong
mengubur dirinya sendiri dan “hibernasi” di sawah ketika tanah mengering.
Pengendalian
secara kimia: Gunakan pestisida yang berbahan aktif
niclos amida dan deris. pilih produk-produk yang tersedia di toko pertanian
yang memiliki kadar racun rendah terhadap manusia dan lingkungan.
BAB
IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Ø Keong mas dapat
dikendalikan populasinya dengan menggunakan pestisida kimia maupun nabati.
Ø Hama keong mas
memiliki daya tahan tubuh yang sangat tinggi sehingga dalam kondisi yang
kekurangan air dan oksigen mampu mempertahakan dirinya.
Ø Hama keong mas
biasanya menyerang tanaman padi pada masa pembibitan atau pada anakan padi
sehingga jumlah anakan menjadi terbatas.
.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø
Anonymous, 1995. Pengendalian Hama Keong Mas. Liptan. Loka Pengkajian
Teknologi
Pertanian (LPTP). Banda Aceh.
Ø
http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/484/ diakses pada tanggal 4
November
2013.
Ø
http://www.ciptapangan.com/files/downloadsmodule/@random4413d85398188/
1213849556_buletin_service.pdf
diakses pada tanggal 4 November 2013.
Ø
Pitojo, S. 1996. Petunjuk Pengendalian dan Pemanfaatan Keong mas. Trubus
Agriwidya.
Jakarta.
Ø
Saanin, H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta.
Ø
Sudarsono. 2006. Ekstrak Biji Mimba Sebagai Pestisida Nabati: Potensi,
Kendala,
dan Strategi Pengembangannya.Perspektif Vol. 8 No. 2 /
Oktober
20013. Hlm 115 – 176.
Post a Comment