DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI..............................................................................................
i
KATA PENGANTAR...............................................................................
ii
PENDAHULUAN.....................................................................................
1
Latar
Belakang......................................................................................
1
Tujuan
.................................................................................................. 3
Manfaat.................................................................................................
3
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................
4
Tinjauan
Teoritis....................................................................................
4
Tinjauan
Penelitian Terdahulu............................................................... 6
METODE PELAKSANAAN...................................................................
7
Lokasi
dan Waktu.................................................................................
6
Metode
Pengumpulan Data..................................................................
6
Tahapan
kegiatan..................................................................................
6
HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................
7
Gambaran
Umum Agrowisata..............................................................
7
Kondisi
Usahatani/Sarana Produksi....................................................
10
Analisis.................................................................................................
16
KESIMPULAN dan SARAN...................................................................
18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
19
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan moral ataupun material sehingga penulis eapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya menyadari terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini, oleh karena itu saya mengharapakan kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya selaku
penulis dan umumnya bagi para pembaca.
Penyusun,
Nurhabli
Ridwan
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Jeruk
(Citrus. Sp) adalah tanaman yang
sudah lama dibudidayakan di Indonesia dan dinegara-negara tropis Asia lainnya.
Sebab tanaman jeruk memang berasal dari negara-negara tropis Asia, termasuk diwilayah Indonesia. Maka tidak
mengherankan kalau orang-orang dari
Eropa tertarik terhadap jeruk Indonesia dan kawasan Asia umumnya.Di Indonesia
sejarah tanaman jeruk tidak begitu dikenal. Tanaman jeruk yang ada sekarang ini
adalah merupakan peninggalan dari zaman penjajahan Belanda.Mereka mendatangkan
jeruk-jeruk manis dan keprok dari Amerika, italia. Namun sampai sekarang beberapa jenis jeruk
siam, jeruk garut, dan jeruk batu. Dalam usaha Hortikultura dikenal tiga
tingkatan, yaitu : Tingkat ilmiahnya, tingkat keseniannya dan tingkat usahanya.
Tingkat ilmiahnya menyangkut bidang penelitian atau pengetahuan tentang
pembiakan, pembuahan, peningkatan mutu, peningkatan hasil, penyimpanan,
pengolahan, pembasmian hama dan penyakit, tingkat keseniannya berbentu
keterampilan menyemai, memindahkan, mencangkok, okulasi, pemangkasan, pemeliharaan dan
sebagainya. Kebutuhan konsumen yang cukup tinggi akan tanaman hortikultura
menyebabkan usaha pengadaan bibit tanaman hortikultura terutama pada tanaman
jeruk, umumnya dilakukan secara vegetatif. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan
tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya, memperbaiki sifat
tanaman dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif singkat (Sunarjono,1987).
Jeruk
merupakan salah satu komoditas hortikultura penting yang permintaannya cukup
besar dari tahun ke tahun dan paling menguntungkan untuk diusahakan. Data dinas
pertanian Sumut menunjukkan luas panen tahun 2008 mencapai 13.090 hektar dan
pada tahun 2009 menjadi 12.086 hektar. Sementara total produksinya sebesar 858.508
ton,dan menurun pada tahun 2009 yaitu sebesar 728.796 ton per hektar. Kondisi
tersebut menunjukan terjadinya penurunan total produksi jeruk di Sumatera Utara
sebagai salah satu daerah produksi jeruk terbesar di Indonesia. Sedangkan data
produksi jeruk nasional berkisar 17 – 25 ton/hektar dari potensi 25 - 40
ton/hektar (Departemen Pertanian, 2009).
Kabupaten
Karo merupakan salah satu daerah sentra produksi buah jeruk di Sumatera Utara. Jeruk
memiliki prospek dan potensi pasar yang sangat baik di dalam maupun di luar
negeri, maka pengusahaan komoditas tersebut memerlukan peningkatan baik
kuantitas, kualitas maupun kontinuitas. Sampai saat ini produktivitas jeruk di
Indonesia masih rendah. Rendahnya produktivitas tersebut antara lain disebabkan
oleh gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) (Direktorat Perlindungan
Hortikultura, 1996).
Komoditi
buah-buahan di Kabupaten Karo termasuk komoditi unggulan. Kabupaten Karo
merupakan sentra produksi komoditi jeruk. Varietas jeruk yang ditanam di
Kabupaten Karo sekarang ini adalah washington, sunkist, padang, siam madu dan
sebagainya. Pada tahun 2010, produksi jeruk di Kabupaten Karo mencapai 890 ribu
ton. Selain jeruk, Karo juga menghasilkan buah-buahan lain seperti mangga,
alpokat, pisang dan marquisa (BPS Kabupaten Karo, 2011)
Sebelum
bergerak lebih jauh, institusi pembenihan perlu pemantapan langkah-langkah
seperti perbaikan, penambah sarana kantor dan penambahan serta pemeliharaan
serta penambahan sarana pembenihan. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
kualitas kerja dan mengantisipasi kedepan yang akan dijadikan tempat wisata
agro benih serta untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan pengunjung.
Disamping pengembangan kelembagaan tani seperti penangkaran benih melalui
pembinaan teknik produksi benih. Prospek agribisnis jeruk di Sumatera Utara
terutama di Kabupaten Karo cukup bagus karena potensi lahan produksi yang luas.
Kabupaten karo merupakan sentra produksi komoditi jeruk. Varitas jeruk yang
ditanam di Kabupaten karo sekarang ini adalah jenis Siam, Washington, Sunkist,
Padang, Siam madu dan sebagainya. Tanaman jeruk merupakan tanaman buah tahunan
yang berasal dari Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk
tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik
secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah
peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk maniss dan keprok dari
Amerika dan Itali,
Klasifikasi botani tanaman jeruk adalah sebagai berikut:
Divisi
: Spermathophyta
Sub
divisi : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Rutales
Keluarga
: Rutaceae
Genus
:Citrus
Spesies
: Citrus sp.
Usahatani jeruk di Kabupaten Karo terus mengalami
perkembangan dengan beragam introduksi teknologi dan cara pengelolaan yang
dinilai lebih baik dalam arti meningkatkan produksi dan produktivitas.
Orientasi produksi yang kuat mendorong petani Karo secara aktif melakukan
pemupukan dan penyemprotan tanaman secara teratur. Usahatani jeruk memiliki
tiga komponen biaya yang cukup besar yaitu komponen pupuk (organik maupun
buatan), pestisida dan komponen tenaga kerja mencakup pemeliharaan, panen dan
pasca panen.
1.2
Tujuan Praktikum
1. Tujuan umum
a. Untuk
menganalisis Perencanaan Usaha Tani Agrowisata Kebun Jeruk di Simpang 4
Kabupaten Karo
b. Melatih mahasiswa dalam menerapkan
ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dibangku kuliah untuk diterapkan
dilapangan serta dapat menambah pengetahuan.
c. Dapat mengamati, memahami dan
menganalisa semua permasalahan yang ditemukan dilapangan serta berusaha mencari
alternatif pemecahan masalah tersebut.
2. Tujuan
khusus
Diharapkan setelah melaksanakan
kegiatan praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui dan memahami keadaan serta
permasalahan yang ada dilapangan khususnya permasalahan yang ada di Perkebunan
Jeruk Tanah Karo.
1.3 Manfaat Praktikum
untuk memperoleh informasi tentang
Perencanaan Usaha Tani Agrowisata Kebun Jeruk di Simpang 4 Kabupaten Karo dan
sebagai laporan kegiatan praktikum Mata Kuliah Agrowisata
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan
Teoritis
Tinjauan
usaha tani mempunyai tujuan dalam mengetahui besar pendapatan petani yang
dianalisa ini akan menyatakan bahwa usaha tani yang dilakukan layak untuk
dijalankan dalam arti yang menguntungkan atau merugikan. Menurut Soeharjo dan
Patong (1977), suatu usaha tani dikatakan sukses jika situasi pendapatan memenenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a.
Cukup untuk
membayar semua pembelian sarana produksi termasuk biaya angkutan dan biaya
administrasi yang melekat pada pembelian tersebut.
b. Cukup untuk
membayar bunga modal yang ditanamkan, termasuk pembayaran sewa tanah dan
pembayaran dana depresiasi modal.
Pangkal tolak dari hal tersebut
diatas, maka untuk mencapai suatu keberhasilan dalam usahatani penerimaan harus lebih besar dari
pengeluaran. Maksudnya adalah bahwa pendapatan harus mampu menutupi seluruh
biaya produksi.
A.
Penerimaan
Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi secara fisik terhadap harga jual yang berlaku. Harga dari suatu produk merupakan faktor yang paling menentukan untuk permintaan atas produk tersebut. Namun dalam kenyataannya masih banyak usaha tani yang belum mampu menetapkan harga, sebaliknya mengetahui terlebih dahulu besarnya biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi suatu produk, karena besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sesuatu yang menentukan besarnya harga pokok dari produk yang dihasilkan (Soeharjo dan Patong, 1977).
Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi secara fisik terhadap harga jual yang berlaku. Harga dari suatu produk merupakan faktor yang paling menentukan untuk permintaan atas produk tersebut. Namun dalam kenyataannya masih banyak usaha tani yang belum mampu menetapkan harga, sebaliknya mengetahui terlebih dahulu besarnya biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi suatu produk, karena besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sesuatu yang menentukan besarnya harga pokok dari produk yang dihasilkan (Soeharjo dan Patong, 1977).
B. Biaya
Biaya adalah
semua pengeluaran yang harus dikeluarkan produsen untuk memperoleh
factor-faktor produksi dan bahan-bahan penunjang lainnya yang akan didaya
gunakan agar produk-produk tertentu yang telah direncanakan dapat terwujud
dengan baik (Kartasapoetra, 1987).
Dalam usaha tani, biaya
memegang peranan yang sangat penting dalam pengambilan keputusan, dimana besar
kecilnya biaya yang telah dikeluarkan dalam berproduksi akan menentukan besar
kecilnya harga produk yang dihasilkan.
Menurut Mubyanto (1987), bahwa
bentuk biaya dapat dibagi atas tiga bagian yaitu :
1.
Biaya tetap,
adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari jumlah produksi serta tidak
habis dalam satu musim tanam seperti tanah, perakitan dan pajak yang telah
ditetapkan.
2.
Biaya
variabel, adalah biaya yang jumlahnya tergantung dari besarnya jumlah produksi
serta habis dalam satu produksi serta habis dalam satu kali musim tanam seperti
benih, pupuk dan obat-obatan.
3.
Biaya kotor,
yaitu jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel.
Selanjutnya
Soekartiwi (1995), menyatakan bahwa penggolongan biaya produksi dilakukan
berdasarkan sifatnya. Biaya tetap adalah biaya yang tidak ada kaitannya dengan
jumlah barang yang diproduksi, sedangkan petani harus tetap membayarnya
berapapun jumlah komoditi yang dihasilkan usahataninya. Biaya tidak tetap
adalah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah, biaya ini adalah
adanya suatu barang yang diproduksi.
Biaya
yang diamati dalam praktek lapang di Kebun Jeruk Kecamatan Simpang 4 Kabupaten
Karo terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetapnya yaitu biaya
sarana produksi yang diliputi biaya batang atas, pupuk, pestisida, polibag,
gunting, pisau okulasi, plastic pembalut, cangkul, gerobak, sekop, media
(tanah, sekam, pupuk kandang), pupuk anorganik. Sedangkan biaya variabelnya
yaitu biaya tenaga kerja dan listrik, jadi yang dilihat dalam praktek lapang
ini adalah merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel.
C.
Pendapatan
Pendapatan dalam usahatani merupakan selisih yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh dalam suatu kegiatan untuk mendapatkan produksi dilapangan pertanian (Soeharjo dan Patong, 1997). Karena dalam kegiatan seorang petani bertindak sebagai pengelola, sebagai penanam modal pada usahanya, maka pendapatan ini dapat digambarkan sebagai balas jasa kerja factor-faktor produksi yang biasanya dihitung dalam jangka waktu tertentu.
Pendapatan dalam usahatani merupakan selisih yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh dalam suatu kegiatan untuk mendapatkan produksi dilapangan pertanian (Soeharjo dan Patong, 1997). Karena dalam kegiatan seorang petani bertindak sebagai pengelola, sebagai penanam modal pada usahanya, maka pendapatan ini dapat digambarkan sebagai balas jasa kerja factor-faktor produksi yang biasanya dihitung dalam jangka waktu tertentu.
Selanjutnya
pendapatan yang diterima oleh petani akan dipengaruhi oleh besarnya usahatani
sebagai perusahaan, tingginya dari hasil tanaman efisiensi dalam penggunaan
tenaga kerja, alat-alat dan modal pembagian suatu cabang usaha tani, serta cara
pemasaran dan pendidikan petani.
Mubyanto
(1987), mengemukakan bahwa tujuan utama usaha tani sebagai perusahaan keluarga
adalah pendapatan keluarga yang terbesar serta bagian hasil pertanian tersebut
untuk diperlukan oleh keluarga, dalam pengelolaan usaha tani tujuannya untuk
meningkatkan produksi.
2.2 Tinjauan
Penelitian Terdahulu
Menurut
Asmidah (2013), dalam skripsinya yang berjudul “ Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Permintaan Dan Penawaran Jeruk Manis Di Pasar Tradisional Kota Medan Provinsi Sumatera
Utara” menyatakan bahwa penawaran jeruk manis secara serempak dipengaruhi
oleh harga beli pedagang, biaya penjualan, dan keuntungan. Hal ini dapat
dilihat dari uji F, dimana Fhitung (50,629) > F-Tabel (2,975) pada ∝ = 5%. Dengan taraf kepercayaan 95% secara
parsial variabel harga beli pedagang tidak berpengaruh secara nyata
terhadap jumlah penawaran jeruk manis. Sedangkan keuntungan dan variabel
biaya penjualan berpengaruh secara nyata terhadap jumlah penawaran jeruk manis.
Permintaan jeruk manis secara serempak dipengaruhi oleh harga beli konsumen,
pendapatan rata-rata, dan jumlah tanggungan. Hal ini dapat dilihat dari
uji F, dimana F-Hitung (35,388) > F-Tabel (2,975) pada ∝ = 5%.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
METODE PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Praktikum
ini dilaksanakan di Kebun Jeruk Kecamatan Simpang 4 Kabupaten Karo. Praktikum
ini berlangsung selama 1 hari, tanggal 6 Desember 2015.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam
pelaksanaan praktikum, pengumpulan data dan informasi dilakukan empat metode,
yaitu :
1. Metode
wawancara
Wawancara dilakukan dengan pimpinan,
staf teknis dan pekerja
lapangan Kebun Jeruk Kecamatan
Simpang 4 Kabupaten Karo untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan.
2.
Metode
observasi
Observasi dilakukan untuk melihat
dan meninjau secara langsung keadaan dan kegiatan yang dilaksanakan di Kebun
Jeruk Kecamatan Simpang 4 Kabupaten Karo.
3.
Metode
Praktek Lapang
Mahasiswa dituntut untuk dapat
mempraktekan secara langsung dilapangan.
4.
Studi
Kepustakaan
Mencari data-data yang diperlukan
melalui pustaka-pustaka untuk menunjang informasi yang diperoleh dilapangan
serta mencari alternatif pemecahan masalah yang ditemukan.
3.3 Tahapan kegiatan
Dalam
pelaksanaan praktikum, Tahap kegiatan dilakukan tiga tahapan, yaitu :
1. Melaksanakan Survey Lokasi
Survey
lokasi dilakukan dengan pimpinan, staf teknis dan pekerja
lapangan Kebun Jeruk Kecamatan
Simpang 4 Kabupaten Karo untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan.
2.
Melaksanakan Analisis
Analisis dilakukan
untuk mendata semua kegiatan yang dilakukan selama praktikum berlangsung.
3.
Melaksanakan Pelaporan
Mahasiswa yang selesai praktikum membuat pelaporan dari hasil praktikum di lapangan
BAB IV
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
Agrowisata
|
|




|
||
|
4.2 Kondisi Usaha Tani
A.IKLIM
Tanaman
jeruk manis, juga jeruk lainnya, dapat ditanam di daerah anatara 40 derajat LS.
Namun, tanaman jeruk paling banyak terdapat di daerah 20 derajat - 40 derajat LU dan 20 derajat - 40 derajat LS. Disekitar laut tengah, daerah
44 derajat LU, masih merupakan daerah yang cocok untuk tanaman jeruk. Di daerah
subtropis, tanaman jeruk ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 650 m dpl.
Sedangkan di daerah katulistiwa sampai ketinggian 2.000 m dpl. Didaerah
subtropis, produksi jeruk lebih tinggi dari daerah tropis. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh iklim yang berbeda atau karena faktor-faktor lain yang
dilakukan lebih insentif, seperti pemupukan, pengairan, pengendalian hama
penyakit dan lain-lain.
Produksi
jeruk di daerah subtropis bisa mencapai 36-40 ton per hektar, sedangkan di
daerah tropis hanya mencapai 13 - 22 ton per hektar. Daerah Sumatera Utara
termasuk daerah tropis, cocok untuk tanaman Jeruk.
a.Temperatur
Aktivitas pertumbuhan jeruk akan
sangat kurang bila temperatur kurang dari 13 derajat celcius tetapi masih bisa
bertahan pada temperatur lebih dari 38 derajat celcius. Temperatur optimal
untuk pertumbuhan jeruk 25 derajat celcius dan 30 derajat celsius. Diatas dan
dibawah temperatur optimal, pertumbuhannya akan berkurang. Apabila temperatur
diatas 38 derajat celcius atau dibawah 13 derajat celcius kemungkinan
pertum-buhannya akan terhenti. Namun, ada juga tanaman jeruk yang masih bisa
bertahan sampai temperatur 50 derajat celcius atau sedikit dibawah 0 derajat
celcius.
Jumlah panas tidak merupakan ukuran
yang penting, kecuali ditempat yang tinggi. Waktu yang diperlukan untuk
pertum-buhan dan masknya buah di daerah tropis lebih pendek bila dibandingkan
dengan di daerah subtropis. Kultivar cepat yang di daerah subtropis buahnya
masak dalam waktu 8 bulan, di daerah tropis menjadi 6 bulan, sedangkan kultivar
lambat di daerah subtropis buahnya masak dalam waktu 11 bulan, di daerah tropis
menjadi 7 bulan.
b.Sinar Matahari
Tanaman jeruk memerlukan sinar
matahari yang penuh, bila terlindung akan berkurang produktivitasnya. Penurunan
produksi ini bisa mencapai separo bagian dari tanaman yang tak terlindungi.
Sinar matahari mempunyai peranan penting dalam kehidupan tanaman jeruk. Sinar
matahari sangat dibutuhkan dalam proses pembentukan zat-zat organik dalam daun
yang biasanya kita sebut fotosintesa atau asimilasi karbon. Tanaman memerlukan
tenaga matahari untuk pertumbuhan normal, perkembangan buah dan lainnya. Tanah
yang subur juga memerlukan sinar matahari yang cukup. Intensitas sinar matahari
ditentukan oleh sinar langsung dan sinar pantulan dari sekitarnya. Derajat
intensitas sinar tergantung dari letak geografis, ketinggian dari permukaan
laut, ada atau tidak adanya awan, dan lamanya penyinaran. Reaksi tanaman
terhadap periode dan lamanya penyinaran disebut fotoperiodisme.
Sinar yang tersebar mempunyai
peranan penting dalam fotosintesa karena bekerja-nya bisa lebih lama daripada
sinar langsung. Sinar yang tersebar dapat masuk ke dalam tajuk tanaman dari
segala penjuru sehingga tersedia bagi semua daun untuk otosintesa. Bagian luar
tajuk tanaman mendapat sinar 5 - 14 kali lebih banyak dibandingkan dengan
bagian dalam tajuk. Oleh karena itu, cabang dalam seringkali ada yang mati atau
mudah terserang penyakit karena kekurangan sinar matahari. Semakin tinggi suatu
tempat, maka makin bertambah pula intensitas sinar. Oleh karena itu tanaman
jeruk yang ditanam di daerah pegunungan akan mempunyai aroma yang baik, warna
lebih cerah, dan lebih banyak mengandung gula bila dibandingkan dengan tanaman
yang ditanam pada ketinggian lebih rendah, untuk varietas yang sama.
Tanaman yang ditanam terlalu rapat
maka cabangnya tumbuh cenderung menuju ke atas. Makin bertambah umur tanaman
jeruk makin banyak pula memerlukan sinar dan makin kurang tahan bila
terlindung. Bila terlalu rimbun, perlu dilakukan pemangkasan cabang tanaman
yang tak berguna. Di daerah tropis, lamanya penyinaran setiap bulan boleh
dikatakan hampir sama, yaitu 12 jam, atau anatara 11 dan 13 jam. Kemungkinan,
dengan adanya perbedaan lamanya penyinaran, menyebabkan perbedaan kualitas
kecepatan pertumbuhan dan lain-lain. Lamanya panjang hari dari fajar sampai
senja, mungkin banyak pengaruhnya terhadap pembuangan. Biasanya, tanaman
dibedakan menjadi tanaman hari pendek, hari netral, dan hari panjang.
Didaerah subtropis, tanaman jeruk manis pada umumnya ditanam didaerah yang lebih rendah. Sebagai contoh di daerah California, jeruk ditanam didaerah dengan ketinggian kurang dari 700 m, di Spanyol kurang dari 250 m, sedangkan di Indonesia banyak ditanam di daerah yang tinggi, misalnya di Kabanjehe, Ngablak, Tawangmangu yang tingginya lebih dari 1.000 m ( pracaya, 2000 ).
c. Curah Hujan, Air, dan Kelembaban
Air
merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman jeruk
manis, pembentukan buah, fotosintesa, dan lain-lain. Air juga sebagai komponen
semua jaringan tanaman. Kandungan air pada daun dan tunas sekitar 50-75%, pada
buah lebih kurang 85% dan pada akar kira-kira 60-85%. Air melarutkan unsur hara
dan membawanya ke seluruh tubuh tanaman dan aktivitas kehidupan sel-sel dalam
semua jaringan tanaman.
Bila tidak ada irigasi ( pengairan ) maka sumber air berasal dari curah hujan. Masa kering menuntun terbentuknya kuncup bunga, kemudian pada musim hujan akan berbunga dan berbuah. Tanaman jeruk memerlukan cukup air, kerpeluan air yang terbanyak yaitu pada waktu mulai berbungan, terbentuk buah, dan membesarnya buah. Bila udara kering lalu turun hujan, maka kelembaban menjadi tinggi. Hal ini mengakibatkan buah menjadi retak. Curah hujan sekurang-kurangnya 700 m setiap tahun, yang baik bila merata. Walaupun curah hujan 1.250 - 1.850 mm tetapi kalau turunya tidak merata, maka perlu ada tambahan pengairan. Bila hujan terlalu banyak mungkin juga akan timbul penyakit ( misalnya jamur upas ), atau terganang terlalu lama sehingga tanaman bisa mati.
Bila tidak ada irigasi ( pengairan ) maka sumber air berasal dari curah hujan. Masa kering menuntun terbentuknya kuncup bunga, kemudian pada musim hujan akan berbunga dan berbuah. Tanaman jeruk memerlukan cukup air, kerpeluan air yang terbanyak yaitu pada waktu mulai berbungan, terbentuk buah, dan membesarnya buah. Bila udara kering lalu turun hujan, maka kelembaban menjadi tinggi. Hal ini mengakibatkan buah menjadi retak. Curah hujan sekurang-kurangnya 700 m setiap tahun, yang baik bila merata. Walaupun curah hujan 1.250 - 1.850 mm tetapi kalau turunya tidak merata, maka perlu ada tambahan pengairan. Bila hujan terlalu banyak mungkin juga akan timbul penyakit ( misalnya jamur upas ), atau terganang terlalu lama sehingga tanaman bisa mati.
Bila ada pengairan yang cukup, warna cukup bagus pada waktu telah masak walaupun masih menggantung di pohon terutama pada waktu siang panas dan malam dingin. Sedangkan di daerah yang bulannya selalu basah walaupun basah sudah masak, warnanya masih tetap hijau. Curah hujan ideal bila merata sepanjang tahun yang berkisar 1.000 mm sampai 2.000 mm, karena bisa memelihara kelembaban tanah sepanjang tahun pada kebun jeruk.
B.TANAH
Tanaman jeruk manis ditanam
diberbagai jenis tanah, dari tanah pasir kasar sampai tanah liat berat. Tanah
tidak boleh tergenang air. Didaerah yang tergenang air harus segera
dikeringkan, atau menanamnya pada tanah yang ditinggikan. Drainase yang baik
sangat perlu untukmemperoleh hasil yang tinggi. Tanah yang baik untuk tanaman
jeruk yaitu bila berasal dari endapat yang subur, cukup dalam dan tidak
beragam. Walaupun tanaman jeruk bisa ditanam ditanah berat, tetapi lebih baik
bila ditanam di tanah ringan sampai sedang, yang erasi ( peredaran udara )
cukup baik, gembur, cukup dalam, air bisa merembes, dan cukup bahan organik.
Tanaman jeruk tidak mempunyai banyak akar rambut atau boleh dikatakan tidak mempunyai akar rambut. Oleh karena itu, tanah tempat tumbuhnya harus cukup humus atau bahan organik ( kompos, pupuk kandang, pupuk hijau).Struktur fisik tanah sangat penting, tanah harus bisa mengikat dan merembeskan air, jangan sampai tanah tergenang. Akar tanaman jeruk memerlukan cukup oksigen, maka erasi tanah sangat penting.
Tanaman jeruk manis yang ditanam pada tanah yang cukup bahan organik sampai lapisan dalam lebih dari 50 cm, akan lebih cepat besar pertumbuhannya. Tanaman jeruk sangat sensitif bila tanah banyak mengandung garam. Di Indonesia tanaman jeruk bisa hidup baik pada pH 5-6. Bila pH terlalu rendah, tanah ditambah kapur atau dolomit ( dolomit yaitu campuran karbonat dan magnesium karbonat ).
Pengolahan
Tanah
Bila tempat tanam telah ditetapkan
dan syarat-syarat yang diperlukan telah terpenuhi bisa dimulai mengadakan
persiapan sebagai berikut :
- Tanah dibersihkan dari
tanaman-tanaman penggangu. Semak, Alang-Alang, Rumput, dan Gulma.
- Selanjutnya buatlah
batasan-batasan dengan sebilah bambu ( patok ) untuk menentukan tempat
tanam. Dalam pembagian ini diperhitungkan juga pembagian jalan kontrol (
bila luas areal tanah 1 ha dibagi menjadi 4 ). Bila pembuangan air tidak
lancar, buatlah selokan-selokan pembuangan air. Ini penting, terutama
untuk tempat-tempat yang cekung dan keadaaan tanahnya liat.
- Bila bibit yang digunakan
berakar panjang, usahkan agar tanah digembur-gemburkan lebih dalam. Tapi
bila bibit yang digunakan berakar dangkal ( cangkokan, stek), usahakan
agar tanah digemburkan secara meluas.
- Pada tanah yang letaknya tinggi
serta sedang sebaiknya ditanam bibit okulasi, sedang pada areal yang air
tanahnya tidak dalam penggunaan bibit cangkokan adalah sangat tepat.
- Bila tanah tempat areal tanam
tidak banyak mengandung humus, kondisi tanah terlalu kurus dan liar,
sebaiknya ditanami dulu dengan tanaman pupuk hijau selama 1 - 2 tahun.
Setelah itu batang dan daun dibenamkan, agar tanah menjadi lebih subur.
- Setelah tanah selesai
dikerjakan, mulailah diajir. Pada tempat yang akan ditanami pohon
ditancapkan sebuah diperlukan. Cara-cara memasang yang terpenting harus
sama jaraknya dan harus berderet lurus. Aturannya ada dua macam, yaitu
bujur sangkar atau segitiga.
- Setelah jalan induk, jalan
kontrol, dan tempat air rampung diatur, dimulailah pembuatan lubang-lubang
tempat penanaman. Lubang dibuat 3 - 4 minggu sebelum bibit ditanam.
Pembuatan lubang penanaman
Saat tanam yang baik untuk menanam
bibit jeruk adalah pada permulaan musim hujan. Bisa juga penanaman dilakukan
menjelang akhir musim hujan, tetapi resikonya orang harus rajin menyirami bibit
mudah setiap hari agar tidak mati kekurangan air pada musim kemarau. Waktu
terbaik untuk mulai mengerjakan tanah adalah pada bulan Juni - Agustus.
Besarnya lubang minimal 60 x 60 x 60 cm. Lebih besar lebih baik, umpamanya 80 x
80 x 70 cm atau 1 x 1 x 0,5 m. Penggalian lubang jangan terlalu dalam, pengaruhnya
kurang baik ( me-rugikan), karena akan tanaman akan mengumpul di lapisan yang
dalam dan lapisan atas kurang.
Sedangkan perakaran di lapisan atas sangat diperlukan peredaran hawa di lapisan ini lancar, serta pemupukan pun bisa di-kerjakan lebih mudah. Selain itu lubang penanaman yang terlalu dalam sering menarik air dari tanah sekelilingnya, hal itu akan merusak akar tanaman dan menghambat pertumbuhannya. Lubang tanaman dibuat dengan cara menggali lubang. Tanah bagian atas yang subur ( berwarna kehitam-hitaman) dipisahkan dari tanah bawah. Tanah atas dibuang disebelah kiri, tanah bawah ke sebelah kanan. Selanjutnya lubang dibiarkan menganga terjemur matahari 2 - 4 minggu lamanya.
Sedangkan perakaran di lapisan atas sangat diperlukan peredaran hawa di lapisan ini lancar, serta pemupukan pun bisa di-kerjakan lebih mudah. Selain itu lubang penanaman yang terlalu dalam sering menarik air dari tanah sekelilingnya, hal itu akan merusak akar tanaman dan menghambat pertumbuhannya. Lubang tanaman dibuat dengan cara menggali lubang. Tanah bagian atas yang subur ( berwarna kehitam-hitaman) dipisahkan dari tanah bawah. Tanah atas dibuang disebelah kiri, tanah bawah ke sebelah kanan. Selanjutnya lubang dibiarkan menganga terjemur matahari 2 - 4 minggu lamanya.
Tanah bagian bawah dimasukkan dalam lubang, letaknya tetap dibawah seperti semula. Sedangkan tanah bagian atas, sebelum dimasukkan dalam lubang dicampur dulu dengan 2 - 3 kaleng pupuk kandang/kompos ditambah 1,5 kg pupuk fosfat. Dalam keadaan serupa ini bibit jeruk belum boleh ditanam. Setelah tanah turun kembali, hingga muka tanah diatas lubang sedikit lebih tinggi dari pada tanah disekelilingnya, barulah bibit pohon ditanam.
Saat tanam yang baik untuk menanam bibit jeruk adalah pada permulaan musim hujan. Sebelum bibit ditanam, tanah dalam lubang hartus betul-betul basah dari atas sampai kebawah. Lubang digali yang lebar dan dalamnya sesuai dengan akar seluruhnya. Bila bibit terletak dalam keranjang persemaian. Keranjangnya harus dilepas terlebih dahulu, dan selain itu perakarannya juga harus diperiksa. Bibit yang akarnya berbelit-belit dan melingkar-lingkar jangan smapai dipakai. Sebab akan menggangu pertumbuhan tanaman nantinya. Atau kalau hendaknya dipakai, letak akar dibenarkan dan diluruskan arah pertumbuhannya. Bila ada akar yang panjangnya melelbihi batas lubang akar, sebaiknya dipotong saja kelebihannya.
Janganlah menanam terlalu dalam, tapi jangan pula terlalu dangkal. Batas akar dengan batas sama tinggi dengan permukaan tanah. Labih-lebih untuk bibit okulasi. Jangan sampai tanah melampaui tatau menutupi batang okulasinya. Untuk menghindari adanya rongga-rongga antar akar dan tanah, siramlah tanah dengan air sebanyak mungkin. adanya rongga dalam tanah akan mengakibatkan akar mengering ( akar jeruk sangat halus ), sehingga seluruh pohon bisa mati sebelum tumbuh. Setelah itu tanah dipadatkan dengan tangan.
Setelah selesai menanam, sekitar bibit tanaman diberi jerami kering guna melindungi tanah agar tidak kering oleh panas sinar matahari atau mengeras padat karena terkena siraman air hujan. Lebih bagus lagi kalau jauh sebelumnya telah disiapkan bahan perlindungan yang terbuat dari bumbu dengan atap alang-alang, daun nipah atau kelapa.
4.3 Analisis
Usahatani
jeruk di Kabupaten Karo terus mengalami perkembangan dengan beragam introduksi
teknologi dan cara pengelolaan yang dinilai lebih baik dalam arti meningkatkan
produksi dan produktivitas. Orientasi produksi yang kuat mendorong petani Karo
secara aktif melakukan pemupukan dan penyemprotan tanaman secara teratur.
Kabupaten karo merupakan salah satu daerah tujuan
wisata di Sumatra Utara yang memiliki potensi tidak kalah baik dengan daerah
tujuan wisata lainnya di Indonesia. Dengan dilakukan nya pengembangan buah
jeruk di kabupaten karo, akan memberikan dampak positif bagi pariwisata di
kabupaten karo, dimana tidak hanya untuk melihat potensi tanaman jeruk nya,
tetapi dapat sekalian menikmati pariwisata nya. Hal ini menyebabkan kedua nya
saling menguntungkan, sehingga potensi pengembangan buah jeruk ini membuat
pariwisita di kabupaten karo juga semakin meningkat.
Macam-macam tempat wisata di kabupaten karo yaitu :
1.
Panorama/
Keindahan alam ( panorama doulu, Sipiso-piso, Gundaling)
2.
Danau (Danau
Toba dan Lau Kawar)
3.
Gunung
Berapi (Sibayak dan Sinabung)
4.
Air panas
alam ( Debuk-debuk)
5.
Atraksi
Budaya (Desa Budaya Lingga, Dokan, Peceren)
6.
Peninggalan
Sejarah ( Puntungan Meriam Putri Hijau)
7.
Agro Wisata
(Kebun jeruk, bunga dll)
KENDALA DAN TANTANGAN
Kendala dan
tantangan yang ditemui pada perkembangan buah jeruk di Kabupaten Karo ini
adalah hama yang sering menyerang tanaman jeruk. Macam-macam hama yang sering
menyerang tanaman jeruk adalah sebagai berikut :
1. Kutu Loncat
Bagian yang
diserang adalah tangkai , kuncup daun, tunas, daun muda.
Gejala :
tunas keriting, tanaman mati.
Pengendalian
: Menggunakan insektisida , Monocrotophos dan endosulfan
2. Kutu Daun
Bagian yang
diserang adalah tunas muda dan bunga
Gejala: daun
menggulung dan membekas sampai daun dewasa
Pengendalian
: menggunakan insektisida dengan bahan aktif methidathion,
Dimethoate,Diazion,Phosphamidon,Malathion.
3. Tungau
Bagian yang
diserang adalah tangkai, daun dan buah
Gejala :
bercak keperakperakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada
daun
Pengendalian
: Semprotkan insektisida Propargite, Dicofol
4. Lalat buah
Bagian yang
diserang adalah buah yang hampir masak
Gejala :
Lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah
Pengendalian
: gunakan insektisida Fenthion, Dimethoathe dicampur dengan Feromon
Methyl-eugenol atau protein Hydrolisat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
- Potensi
pengembangan buah jeruk di Kabupaten Karo akan memberikan dampak yang baik juga
terhadap pariwisata yang ada di daerah tersebut. Sehingga banyak keuntungan
yang diperoleh dari masyarakat kabupaten Karo
-
Tanaman jeruk termasuk komoditas yang bernilai ekonomis dan
mengandung gizi yang tinggi.
-
Tanaman jeruk untuk tumbuh baik, memerlukan air yang cukup,
tidak boleh tergenang, curah hujan hujan cukup ( kurang lebih 2.000 mm ).
-
Tanah yang cocok adalah gembur, tidak padat, pH sekitar
netral ( 5,5-6,5), tidak beragam, tanah dalam.
-
Guna mencapai pertumbuhan yang baik, persiapan lahan perlu
mendapat perhatian.
5.2 Saran
-Sebaiknya
pertumbuhan pohon jeruk lebih diperhatiakn lagi agar hama yang menyerang
tanaman jeruk dapat berkurang sehingga tidak banyak kerugian yang diperoleh
oleh petani.
-Perlu
penguatan kelembagaan kelompok tani dalam merencanakan sekaligus pengelolaan
usahataninya secara baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.
DAFTAR
PUSTAKA
Aksi Agraris
Kanisius (AAK). 1994, Budidaya Tanaman Jeruk, Kanisius, Yogyakarta
Kartasapoetra.
AG. 1987, Ekonomi Produksi, Jakarta.
Laporan
Perbanyakan Benih Hortikultura (Produksi dan Penyaluran). 2006, Dinas
Pertanian, Anjongan.
Mubyanto,
1987, Kebijakan Pembangunan Ekonomi, Pembangunan Searah dan Pembangunan
Pertanian, Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta.
Profil Unit
Pembenihan Induk Tanaman Pangan dan Horikultura, 2006, Dinas Pertanian,
Anjongan.
Sunarjono.
H. 1987, Ilmu Produksi Tanaman Buah-buahan, Sinar Biru, Bandung.
Soeharjo dan
Patong. 1977, Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani, Universitas Hasanuddin.
Post a Comment