Nama
: Nurhabli Ridwan
NPM
: 138220008
Analisis
SWOT Pada Usaha Budidaya Perkebunan Kopi.
Dalam
menetapkan strategi dan kebijakan pengembangan perkopian Indonesia
ke depan digunakan analisis SWOT. Identifikasi peluang dan ancaman (tantangan) yang
dihadapi suatu industri serta analisis terhadap faktor-faktor kunci menjadi
bahan acuan dalam menetapkan strategi dan kebijakan penanganan perkopian.
Analisis
SWOT yaitu analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Strength,
Weakness, Opportunities dan Threats). Analisis SWOT merupakan isdentifikasi
yang bersifat sistematis dari faktor-faktor kekuatan dan kelemahan organisasi
serta peluang dan ancaman lingkungan luar dan strategi yang menyajikan
kombinasi terbaik dia antara keempatnya. Setelah diketahui kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman, barulah perusahaan tersebut dapat menentukan strategi
dengan memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untung mengambil keuntungan dari
peluang-peluang yang ada, sekaligus memperkecil atau bahkan mengatasi kelemahan
yang dimilinya untuk menghindari ancaman yang ada.
Matrik
SWOT digunakan untuk menyusun strategi organisasi atau perusahaan yang
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi
organisasi/perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
organisasi/perusahaan. Matrik ini menghasilkan empat kemungkinan alternatif
strategi yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T dan strategi W-T. Untuk
lebih jelasnya kondisi industri perkopian Indonesia, apakah masih mempunyai
peluang dalam pengembangannya atau tidak relevan lagi saat ini, hendaknya kita
menganalisis terlebih dahulu dengan mengunakan analisis SWOT.
A.
Kekuatan
(Strengths)
- Tersedianya berbagai paket
teknologi dari mulai pra panen, panen dan pasca panen yang telah
dikembangkan ke masyarakat petani pekebun.
- Tersedianya keragaman produk kopi baik dalam bentuk regular
coffee atau specialty coffee.
- Masih terbukanya Peluang
pengembangan Product development dalam bentuk kopi setengah jadi (roasted
coffee) maupun kopi jadi (soluble dan instant coffee).
- Ketersedian lahan dan
agroklimat yang sesuai, khususnya pengembangan kopi Arabika.
- Biaya produksi relatif lebih
rendah.
Di Indonesia
memiliki sedikitnya tujuh macam kopi spesialiti yang telah dikenal dunia
seperti (1) Gayo Mountain Coffee dari dataran tinggi Takengon, Aceh
Tengah, (2) Mandheling dan Lintong Coffee dari Sumatera Utara,
(3) Java Coffee dari dataran tinggi Ijen, Jawa Timur, (4) Toraja/Kalosi
Coffee dari dataran tinggi Tana Toraja, Sulawesi Selatan, (5) Bali
Coffee dari dataran tinggi Kintamani, Bali, (6) Flores Coffee dari
dataran tinggi Manggarai, Nusa Tenggara Timur, dan (7) Balliem Highland
Coffee dari dataran tinggi Jaya Wijaya, Irian Jaya.
B.
Kelemahan
(Weaknesses)
- Rendahnya Produktivitas kopi di
Indonesia, baik kopi Robusta maupun Arabika.
- Belum proporsionalnya komposisi
kopi Arabika dan Robusta. Pertanaman kopi Robusta mendominasi dibandingkan
dengan kopi arabika, sedangkan permintaan kopi dunia hingga saat ini masih
didominasi oleh Arabika dengan pangsa pasar >70 %.
- Terbatasnya ketersediaan lahan
yang memadai.
- Terbatasnya panen kopi.
- Rendahnya kualitas/mutu kopi
Indonesia.
- Kurangnya sarana dan prasarana
yang mendukung industri kopi, khususnya untuk kopi
Arabika yang menuntut lingkungan dengan suhu rendah, yang hanya terdapat
pada dataran tinggi di pegunungan.
- Kurang informasi pasar dalam
mengefisienkan sistem tataniaga.
- Pemilikan lahan yang rata-rata
masih sempit yaitu seluas 0,69 ha per KK.
- Terbatas atau lemahnya
kelembagaan petani dalam posisi rebut pasar (bergaining position).
- Ditinjau dari aspek hukum belum banyak produk kopi yang tergolong
dalam produk specilaty secara legal memiliki hak paten.
- Penerapan teknologi (agronomi,
pasca panen dan pengolahan) yang masih amat terbatas.
C.
Peluang
(Opportunities)
Peluang pasar kopi Indonesia khususnya dimasa
mendatang masih cukup cerah, dengan beberapa indikator sebagai berikut.
- Distribusi supply dan demand
kopi dunia. Diasumsikan bahwa, meskipun produksi dunia mengalami sedikit
peningkatan, namun lebih diakibatkan adanya kecenderungan meningkatnya produksi kopi Robusta di wilayah Asia
pasifik. Sedangkan kopi Arabika dirasakan beberapa tahun terakhir
mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami penurunan.
- Perkembangan harga kopi dunia. Menurut ICO,
perkembangan harga rata-rata kopi Arabika selalu lebih tinggi dibandingkan
harga kopi Robusta, maka dapat diasumsikan bahwa pengembangan agribisnis
kopi Arabika memiliki kecenderungan yang lebih prospektif dibandingkan
dengan Robusta.
- Perkembangan konsumsi kopi dunia (terutama negara
importir) cukup baik sehingga pasar dan permintaan baru akan terbuka.
D.
Ancaman
(Treaths)
- adanya ancaman dari minuman
lain. Dewasa ini kecenderungan budaya minum kopi khususnya di pasar
tradisional mengalami perubahan yaitu dari “hot beverages” ke “cold
beverages” yaitu peralihan minuman ke soft drink.
- Penyimpangan Iklim. Perubahan
iklim yang akhir-akhir ini sulit diperkirakan akan berdampak terhadap
penyimpangan tipe iklim di suatu wilayah. Sementara tanaman kopi dalam stadia-stadia
tertentu sangat rentan terhadap pengaruh kekurangan dan kelebihan air yang
akan berakibat pada penurunan produksi.
- Kelangkaan tenaga kerja.
Angkatan kerja di pedesaan kurang berminat bekerja di perkebunan, hal ini dikarenakan
tingkat upah yang diterima masih dirasakan relatif rendah.
- Perkembangan produksi yang
besar di negara lain (Vietnam) sangat tinggi menyebabkan persaingan pasar
sangat tinggi.
Alternatif Strategi
1.
Strategi
S-O
- Pengembangan area selain
didasarkan pada kesesuaian lahan juga dengan pertimbangan memiliki daya
kompetitif dan komparatif secara antar dan intra wilatah serta pertimbangan
permintaan pasar/konsumen baik domestik ataupun dunia.
- Mengisi dan meningkatkan
peluang pasar yang tersedia baik domestik maupun internasional serta mempertahankan
pasar yang telah ada melalui berbagai upaya promosi baik dalam dan luar
negeri termasuik mendukung agrowisata.
- pengembangan iklim usaha yang kondusif untuk investasi
dibidang perkopian, khususnya berupaya kebijakan yang diterapkan secara
konsisten dan berkesinambungan.
2.
Strategi
W-O
- Optimalisasi ketersediaan dan
pemanfaatan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam mendukung peningkatan
kualitas tanaman dan produk yang dihasilkan.
- Menumbuh kembangkan fungsi
kelembagaan dan kemitraan yang berazaskan kebersamaan ekonomi.
- Optomalisasi usaha tani dalam
luasan skala usaha dan ekonomis baik
ditingkat petani maupun usaha menengah dan besar.
3.
Strategi
S-T
- Penajaman wilayah potensial
yang berkelayakan teknis dan tanaman dalam upaya meningkatkan
produktivitas tanaman dan lahan.
- Mendukung pelestarian
lingkungan yang berkelanjutan melalui perwujudan usaha perkebunan kopi yang ramah lingkungan
(environmental friendly coffee).
4.
Strategi
W-T
- Melakukan koordinasi dengan
berbagai instansi terkait dalam rangka legalisasi produk-produk kopi
spesial (specialty dan bio coffee) untuk mendapatkan nama dagang (trade
mark) atau hak paten dari produk-produk yang bersangkutan.
- Sosialisasi penerapan sistem
manajemen mutu (SNI, ISO, HACCP) diikuti dengan perbaikan melalui
penerapan “reward” dan “punishment” terhadap pembelian produk.
- meningkatkan jaminan keamanan
berusaha terhadap segala bentuk penjarahan, perambahan atau aktivita
serupa lainnya.
Alternatif
Kebijakan
Berangkat
dari stategi diatas, maka kebijakan pengembangan kopi kedepan khususnya secara
teknis dititikberatkan kepada.
Ø Kebijakan Umum
- Membangun perkebunan kopi yang
berkelanjutan.
- mempertangguh daya saing komoditas melalui
peningkatan mutu hasil dan efisiensi usaha.
- Peningkatan dan pengembangan
SDM yang tangguh dan bermutu serta IPTEK yang tepat sesuai dengan kondisi
masing-masing wilayah.
Ø Kebijakan Teknis
Kebijakan
ini akan menentukan arah pengembangan kopi kedepan, dengan mengacu pada “market
oriented”, yatu.
- peningkatan produktivitas
(tanaman dan lahan) serta mutu hasil melalui upaya intensifikasi,
rehabilitasi, peremajaan dan diversifikasi pada areal yang telah ada dan
diprioritaskan pada wilayah eks-proyek serta kawasan hutan dan DAS.
- Pengembangan komposisi kopi
Robusta ke Arabika melalui upaya konversi lahan Robusta dengan ketinggian
tempat di atas 1.000 m dpl, serta penanaman tanaman baru pada lahan-lahan
yang berkelayakan teknis.
- Kelestarian dan pengembangan
kopi spesial di lahan subur dengan ketinggian tempat di atas 1.000 m dpl.
Post a Comment