Generasi Rimba Alam Semesta ( GRAS ) Generasi Rimba Alam Semesta ( GRAS ) Author
Title: Potensi Permasalahan dan Solusi Komoditas Perkebunan Kopi.
Author: Generasi Rimba Alam Semesta ( GRAS )
Rating 5 of 5 Des:
Potensi Permasalahan dan Solusi Komoditas Perkebunan Kopi. Bab I. Identifikasi Potensi Komoditas Perkebunan Kopi di Deli Serdang.  Has...
Potensi Permasalahan dan Solusi Komoditas Perkebunan Kopi.
Bab I. Identifikasi Potensi Komoditas Perkebunan Kopi di Deli Serdang.
 Hasil Identifikasi Kopi.
Tanaman kopi merupakan komoditas ekspor yang cukup menggembirakan karena mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi di pasaran dunia, di samping itu tanaman kopi ini adalah salah satu komoditas unggulan yang dikembangkan di Jawa Barat. Tanaman kopi jenis arabika satu ini mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan dengan kopi Robusta yang mana pada tahun 1990 harga kopi Arabika 1,85 U$D/Kg, sedangkan kopi Robusta 0,83U$D/Kg. Maka, kopi terbagi ke dalam dua jenis (spesies) yaitu kopi Arabika dan kopi Robusta. Dari kedua jenis tersebut Arabika lebih unggul dari Robusta. Tetapi, di sisi lain Arabika mulai langka dan menyebabkan banyaknya permintaan dari kopi jenis Robusta yang rasanya lebih pahit dan asam dibandingkan dengan kopi Arabika. Sehingga harga kopi Robusta cenderung lebih murah. Salah satu jenis kopi yang harganya mahal dan tidak biasa adalah sejenis Robusta di Indonesia yang dinamakan kopi luwak. Kopi ini dikumpulkan dari kotoran luwak, yang proses pencernaanya memberikan rasa yang unik dan sedap. Maka, untuk saat ini dibutuhkan pemuliaan untuk meningkatkan produktivitas kopi arabika ditekankan untuk mendapatkan varietas toleran penyakit karat daun berperawakan katai. Pengembangan tanaman kopi Arabika melalui kegiatan peremajaan, peluasan dan rehabilitasi tanaman kopi dari kopi Robusta menjadi kopi Arabika. Peremajaan adalah usaha menggantikan tanaman yang secara ekonomis tidak menguntungkan lagi karena produktivitasnya rendah sehingga perlu diganti dengan yang baru dan dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Kegiatan perluasan adalah menanam tanaman kopi di areal baru yang lingkungannya sesuai dengan persyaratan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi. Rehabilitasi kebun adalah kegiatan untuk memulihkan kondisi kebun ke keadaan yang lebih baik, sehingga produktivitasnya meningkat. Rehabilitasi tanaman ditujukan pada populasi tanaman yang telah berkurang karena kesalahan kultur teknis, serangan hama dan penyakit serta kekeringan yang akan akan mengakibatkan produktivitas tanaman per hektar rendah atau tidak menguntungkan untuk diusahakan. Hama dan penyakit yang terdapat dalam kopi :
-         Hama Bubuk Buah penyebab adalah sejenis kumbang kecil, menyerang buah muda dan tua. Pengendalian dengan mekanis yaitu dengan mengumpulkan buah-buah yang terserang, secara kultur teknis dengan penjarangan naungan dan tanaman sedangkan secara chemis dengan Insektisida Dimecron 50 SCW, Tamaron, Argothion,
Lebaycide, Sevin 85 S dengan dosis 2 cc / liter air.
-         Bubuk Cabang (Xyloborus moliberus). Menyerang/menggerek cabang dan ranting kecil 3 – 7 dari pucuk kopi. Daun menjadi kuning dan rontok kemudian cabang akan mongering. Pengendalian sama seperti pada hama bubuk buah.
-         Penyakit Karat Daun. Penyebab adalah sejenis Cendawan. Tanda serangan ada bercak-bercak merah kekuningan pada bagian bawah daun, sedangkan di permukaan daun ada bercak kuning. Kemudian daun gugur, ujung cabang muda kering dan buah kopi menjadi hitam kering.

Bab II. Identifikasi Permasalahan Pengembangan Komoditas Perkebunan Kopi.

Bab III. Solusi Pengembangan Komoditas Perkebunan Kopi.
         Sektor perekonomian di Kabupaten Deli Serdang terdiri dari sembilan sektor yaitu sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air; bangunan; perdagangan, hotel & restoran; angkutan & komunikasi; keuangan, persewaan & jasa perusahaan; jasa-jasa. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan Kabupaten Deli Serdang relatif tinggi dan berdasarkan visi Kabupaten Deli Serdang 2006-2010 sektor pertanian adalah sektor yang menjadi tumpuan dan harus terus dikembangkan. Data mengenai besarnya PDRB Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2004-2008 menurut lapangan usaha ADHK 2000 dapat dilihat pada Tabel (1).

Tabel 1. PDRB Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004-2008 menurut Lapangan Usaha ADHK
2000 (Jutaan Rupiah) 

982.027
 

1.051.814
 
           
Pertambangan dan Penggalian
1.071.455 (39,86)
1.107.487 (39,18)
1.149.365 (38,65)
1.153.732 (36,88)
1.200.986 (36,27)
Industri
Pengolahan
205.572 (7,64)
219.276 (7,75)
231.315 (7,77)
250.239 (8,00)
263.551 (7,96)
Listrik, Gas, dan Air Minum
1.927
(0,10)
2.058
(0,10)
2.187
(0,10)
2.499
(0,10)
2.680
(0,10)
Bangunan
95.156
98.335
105.381
118.164
129.187
Perdagangan,
(3,54)
(3,47)
(3,54)
(3,77)
(3,90)
Hotel    dan
Restoran
112.109 (4,17)
117.819 (4,17)
125.168 (4,20)
133.900 (4,28)
142.488 (4,30)
Pengangkutan dan
Komunikasi
10.757 (0,40)
11.445 (0,40)
12.219 (0,41)
13.402 (0,43)
14.965 (0,45)
Keuangan.
Persewaan dan
43.443 (1,61)
45.590 (1,61)
47.491 (1,59)
49.904 (1,60)
52.799 (1,60)
Jasa   Perusahaan

Jasa-Jasa
 
164.931
172.586
181.597
190.816
202.750
Pertanian                (36,54)       (37,21)        (37,63)          (38,84)        (39,30)


Sumber: BPS Kabupaten Deli Serdang, 2009
Keterangan : Angka dalam kurung merupakan prosentase kontribusi sektor.


Berdasarkan Tabel (1) di atas terlihat bahwa selama kurun waktu lima tahun terakhir, kontribusi dari sektor perekonomian mengalami peningkatan. Sektor pertanian memiliki kontribusi terbesar pertama yaitu 39,30% atau                 Rp 1.300.965.000.000 pada tahun 2008. Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar kedua setelah sektor pertanian yaitu sebesar 36,27% atau Rp 1.200.986.000.000 pada tahun 2008. Sektor industri pengolahan juga memberikan kontribusi terbesar ketiga yaitu sebesar 7,96% atau Rp 263.551.000.000 pada tahun 2008. 
Kontribusi dari sektor listrik, gas & air minum merupakan sektor terkecil di Kabupaten Deli Serdang yaitu 0,10%. Kecilnya kontribusi ini dikarenakan masih banyak wilayah kecamatan di Kabupaten ini yang belum dialiri listrik. Total nilai PDRB Kabupaten Deli Serdang selama tahun 2004-2008 mengalami peningkatan, yaitu sebesar Rp 2.687.378.000.000 pada tahun 2004 dan Rp 3.310.371.000.000 pada tahun 2008. Hal ini  menjadikan sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang mempunyai peranan penting bagi Kabupaten Musi Rawas. 
Luas Wilayah Kabupaten Musi Rawas secara keseluruhan adalah 1.236.582,66 ha. Secara geografis Kabupaten Musi Rawas berada di Kawasan bagian Barat Provinsi Sumatera Selatan, tempat bertemunya hulu Sungai Musi dengan aliran Sungai Rawas. Letak Kabupaten Musi Rawas sangat strategis karena dilalui jalur lintas tengah Sumatera, yaitu jalur darat yang menghubungkan Bakaheuni di Lampung dan Banda Aceh, serta jalan lintas antar Provinsi yang menghubungkan Kota Palembang dengan Bengkulu. Kondisi geografis dan batas administratif di atas menunjukkan bahwa secara sosial – ekonomis Kabupaten Musi Rawas berada pada posisi strategis untuk jalur perdagangan sehingga berpotensi untuk tumbuhnya perekonomian melalui pengembangan pusat perdagangan yang dapat mengakses kegiatan perdagangan kawasan Barat Provinsi Sumatera Selatan ke Pelabuhan Tanjung Siapiapi.  
Sektor pertanian di Kabupaten Musi Rawas terbagi dalam lima subsektor. Subsektor tersebut adalah subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan. Subsektor tanaman perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal maupun produksi. Masing-masing subsektor pertanian memberikan kontribusi PDRB dengan nilai yang berbeda-beda. Adapun besarnya kontribusi PDRB subsektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Musi Rawas dapat dilihat pada Tabel (2). 
 
Tabel 2. PDRB Subsektor Pertanian Kabupaten Musi Rawas Tahun 2004-2008 menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 (Jutaan Rupiah)
Tanaman Bahan            257.621       277.742           302.489           334.667           282.232
Makanan
(8,88)
(9,11)
(9,33)
(9,67)
(10,10)
(9,42)
Tanaman
Perkebunan 
561.124 (20,88)
598.434 (21,17)
636.921 (21,42)
694.562 (22,21)
736.745 (22,26)
645.558 (21,59)
Peternakan
71.752 (2,67)
75.463 (2,67)
79.459 (2,67)
86.022 (2,75)
89.100 (2,69)
80.359 (2,69)
Kehutanan
32.248 (1,20)
36.741 (1,30)
35.399 (1,20)
36.304 (1,16)
37.281 (1,13)
35.595 (1,19)

78.264
83.555
89.467
95.488
103.172
89.989
Perikanan
Sumber: BPS dan BAPPEDA  Kabupaten Musi Rawas, 2009
Keterangan : Angka dalam kurung merupakan kontribusi prosentase subsektor   pertanian Berdasarkan Tabel (2) dapat diketahui kontribusi prosentase PDRB subsektor pertanian di Kabupaten Musi Rawas PDRB pada tahun 2004-2008 mengalami peningkatan. Subsektor tanaman perkebunan mempunyai kontribusi rata-rata PDRB yang paling tinggi dibanding dengan subsektor yang lain yaitu sebesar 21,59% atau Rp 654.558.000.000. Hal ini menunjukkan bahwa subsektor tanaman perkebunan merupakan subsektor yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian daerah Kabupaten Musi Rawas. 
Kabupaten Musi Rawas merupakan wilayah yang berfungsi dan berperan cukup strategis dalam lingkup wilayah Sumatera Selatan. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Selatan, pengembangan pertanian di Kabupaten Musi Rawas dalam arti luas dilakukan untuk mendukung pencapaian sasaran penciptaan lapangan kerja terutama di pedesaan, mendukung pertumbuhan ekonomi daerah sebagai Lumbung Pangan. Pengembangan perkebunan bertujuan untuk meningkatkan produksi, produktivitas perkebunan dan pendapatan pekebun. Kegiatan yang akan dilakukan antara lain peningkatan mutu dan penyediaan bibit tanaman karet, kelapa sawit dan kakao; perlindungan lahan perkebunan; peningkatan produksi karet rakyat dan kelapa sawit. Peranan subsektor tanaman perkebunan dapat digunakan indikator lain yaitu dengan menggunakan laju pertumbuhan PDRB subsektor pertanian. Besarnya laju pertumbuhan PDRB subsektor pertanian dapat dilihat pada Tabel (3). 

Tabel 3. Laju Pertumbuhan PDRB Subsektor Pertanian Kabupaten Musi Rawas Tahun 20042008 menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 (%)
Tanaman Bahan Makanan 
7,29 

7,81 
8,91 

8,52 
Tanaman Perkebunan 
7,52 
6,65 
6,43 
9,05 
6,07 
7,14 
Peternakan 
2,82 
5,17 
5,30 
8,26 
3,58 
5,03 
Kehutanan 
-2,78 
13,93 
-3,65 
2,56 
2,69 
2,55 
Perikanan 
2,39 
6,76 
7,08 
6,73 
8,05 
6,20 
Total 
17,24 
15,25 
22,97 
35,51 
31,03 
29,44 
      Sumber: BPS dan BAPPEDA  Kabupaten Musi Rawas, 2009

Tabel (3) menunjukkan bahwa nilai rata-rata laju pertumbuhan subsektor pertanian pada tahun 2004-2008 mengalami kondisi yang berfluktuatif. Dari keseluruhan subsektor tersebut, subsektor tanaman perkebunan mempunyai nilai laju pertumbuhan peringkat kedua setelah subsektor tanaman bahan makanan sbesar 7,14%. Dengan kondisi laju pertumbuhan yang berfluktuatif ini, maka diperlukan strategi pengembangan yang baik agar laju pertumbuhan subsektor tanaman perkebunan dapat meningkat dalam perekonomian daerah Kabupaten Musi Rawas. 
Strategi pengembangan komoditas perkebunan dapat dianalisis dengan indikator besarnya kontribusi dan laju pertumbuhan dari komoditas perkebunan menggunakan Pendekatan Tipologi Klassen. Melalui Pendekatan Tipologi Klassen, komoditas pada subsektor tanaman perkebunan diklasifikasikan menjadi komoditas prima, komoditas potensial, komoditas berkembang dan komoditas terbelakang yang selanjutnya dapat dibuat strategi pengembangan komoditas perkebunan yang didasarkan pada periode waktu, baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang di Kabupaten Musi Rawas.



About Author

Advertisement

Post a Comment

 
Top