BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Dalam makalah ini, kami mengambil tema mengenai Termokimia. Kami
memilih tema ini karena kami rasa materi ini sangat penting untuk dipelajari.
Termokimia merupakan salah satu materi dasar dalam kimia yang harus dikuasai.
Di dalam makalah ini kami membahas tentang konsep dasar dari
termokimia yang kami sajikan pada bagian awal dari isi makalah. Hal ini kami
lakukan karena kami menilai untuk memahami suatu materi, kita harus mengetahui
konsep dasar terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan pada bagian inti materi.
Termokimia merupakan materi yang harus dipahami dengan baik karena
di dalamnya mencakup cukup banyak materi lainnya, seperti termodinamika I,
kalor reaksi, kerja, entalpi, kalorimeter, hukum Hess, penentuan DH reaksi,
energi ikatan, dan jenis-jenis kalor. Maka dari itu, kami berusaha untuk
membuat materi termokimia dalam makalah ini menjadi ringkas dan mudah dipahami.
2.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mempelajari konsep dasar termokimia
2.
Untuk mempelajari materi-materi yang terkait dengan termokimia
3.
Memahami tentang termokimia lebih mendalam
I.3.
Metode Penulisan
Dalam menulis makalah ini, kami memperoleh kajian materi dari beberapa sumber,
yaitu studi literatur dari buku-buku yang terkait dengan topik dan berbagai
artikel dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
3.
Konsep Dasar
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan
antara energi panas dan energi kimia. Sedangkan energi kimia didefinisikan
sebagai energi yang dikandung setiap unsur atau senyawa. Energi kimia yang
terkandung dalam suatu zat adalah semacam energi potensial zat tersebut. Energi
potensial kimia yang terkandung dalam suatu zat disebut panas dalam atau entalpi
dan dinyatakan dengan simbol H. Selisih antara entalpi reaktan dan entalpi
hasil pada suatu reaksi disebut perubahan entalpi reaksi. Perubahan
entalpi reaksi diberi simbol ΔH.
Bagian
dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan kalor atau panas suatu zat yang
menyertai suatu reaksi atau proses kimia dan fisika disebut termokimia. Secara
operasional termokimia berkaitan dengan pengukuran dan pernafsiran perubahan
kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan, dan pembentukan larutan.
Fokus
bahasan dalam termokimia adalah tentang jumlah kalor yang dapat dihasilkan oleh
sejumlah tertentu pereaksi serta cara pengukuran kalor reaksi. Termokimia
merupakan penerapan hukum pertama termodinamika terhadap peristiwa kimia yang
membahas tentang kalor yang menyertai reaksi kimia.
4.
Termodinamika I
Termodinamika
kimia dapat didefenisikan sebagai cabang kimia yang menangani hubungan kalor,
kerja dan bentuk lain energi, dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam
perubahan keadaan. Termokimia erat kaitannya dengan termodinamika, karena
termokimia menangani pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yang menyertai
reaksi kimia, perubahan keadaan dan pembentukan larutan. Termodinamika
merupakan ilmu tentang energi, yang secara spesifik membahas tentang hubungan
antara energi panas dengan kerja.
Penerapan
hukum termodinamika pertama dalam bidang kimia merupakan bahan kajian dari
termokimia.” Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi
dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, atau energi alam semesta
adalah konstan.” hukum termodinamika 1
Perubahan kalor pada tekanan
konstan:
∆H = ∆E + P∆V
W= P∆V
∆E = energi dalam
Hukum pertama termodinamika
dapat dirumuskan sbg
∆U = Q – W
∆U = perubahan tenaga dalam
sistem
Q = panas yang masuk/keluar
dari sistem
W = Usaha yang dilakukan
thp sistem
5. Kalor Reaksi
Perubahan
energi dalam reaksi kimia selalu dapat dibuat sebagai panas, sebab itu lebih
tepat bila istilahnya disebut panas reaksi.
Ada
beberapa macam jenis perubahan pada suatu sistem. Salah satunya adalah sistim
terbuka, yaitu ketika massa, panas, dan kerja, dapat berubah-ubah. Ada juga
sistim tertutup, dimana tidak ada perubahan massa, tetapi hanya panas dan kerja
saja. Sementara, perubahan adiabatis merupakan suatu keadaan dimana sistim
diisolasi dari lingkungan sehingga tidak ada panas yang dapat mengalir. Kemudian,
ada pula perubahan yang terjadi pada temperature tetap, yang dinamakan
perubahan isotermik.
Pada
perubahan suhu, ditandai dengan ∆t (t menunjukkan temperatur), dihitung dengan
cara mengurangi temperatur akhir dengan temperatur mula-mula.
∆t = takhir –
tmula-mula
Demikian juga, perubahan
energi potensial;
∆(E.P) = (E.P)akhir –
(E.P)mula-mula
Kalor
reaksi (∆H) adalah kalor yang diserap (diperlukan) atau dilepaskan (dihasilkan)
dalam reaksi, disebut juga perubahan entalpi. Pada beberapa reaksi kimia
jumlah kalor reaksi dapat diukur melallui suatu percobaan di dalam
laboratorium. Pengukuran kalor reaksi tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan alat yang disebut kalorimeter. Kalorimeter merupakan alat
yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang diberikan atau diambil dalam
suatu proses tertentu. Sebuah termometer sederhana terdiri dari bejana
terisolasi, alat pengaduk, dan termometer.
6. Kerja
Istilah kerja
merupakan konsep yang telah didefinisikan oleh ilmu utama mekanika. Dalam
termodinamika, kerja secara umum didefinisikan sebagai gaya kali jarak. Jika
perpindahan jarak akibat gaya F adalah sebesar ds (ds=distance/jarak), maka
kerja yang dilakukan.
∆W= F ds
Simbol ∆W digunakan untuk jumlah kecil dari
kerja dan merupakan fungsi yang tidak pasti karena kerja yang dilakukan
tergantung pada jalannya reaksi.
Tanda yang akan digunakan selanjutnya
adalah:
a. Kerja adalah positif
jika sistem melakukan kerja terhadap sekeliling.
b. Kerja adalah negatif
jika kerja dilakukan terhadap sistem oleh sekeliling.
Kerja total yang
dilakukan sistem dapat diperoleh dengan mengintegrasikan persamaan di atas.
Sebagai contoh, kerja ekspansi diberikan sebagai
W = ʃ p dV
Dalam
termokimia ada dua hal yang perlu diperhatikan yang menyangkut perpindahan
energi, yaitu sistem dan lingkungan. Segala
sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam mempelajari perubahan energi disebut
sistem, sedangkan hal-hal yang membatasi sistem dan dapat mempengaruhi sistem
disebut lingkungan.
Berdasarkan interaksinya dengan lingkungan, sistem
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Sistem
Terbuka
Sistem terbuka adalah suatu sistem yang memungkinkan
terjadi perpindahan energi dan zat (materi) antara lingkungan dengan sistem.
Pertukaran materi artinya ada hasil reaksi yang dapat meninggalkan sistem
(wadah reaksi), misalnya gas, atau ada sesuatu dari lingkungan yang dapat memasuki
sistem.
2. Sistem
Tertutup
Suatu
sistem yang antara sistem dan lingkungan dapat terjadi perpindahan energi,
tetapi tidak dapat terjadi pertukaran materi disebut sistem tertutup.
3. Sistem
Terisolasi
Sistem terisolasi merupakan sistem yang tidak
memungkinkan terjadinya perpindahan energi dan materi antara sistem dengan
lingkungan.
Energi adalah kapasitas untuk melakukan kerja (w)
atau menghasilkan panas (kalor=q). Pertukaran energi antara sistem dan
lingkungan dapat berupa kalor (q) atau bentuk energi lainnya yang secara
kolektif kita sebut kerja (w). Energi yang dipindahkan dalam bentuk
kerja atau dalam bentuk kalor yang memengaruhi jumlah total energi yang
terdapat dalam sistem disebut energi dalam (internal energy). Kerja
adalah suatu bentuk pertukaran energi antara sistem dan lingkungan di luar
kalor. Salah satu bentuk kerja yang sering menyertai reaksi kimia adalah kerja
tekanan-volum, yaitu kerja yang berkaitan dengan pertambahan atau pengurangan
volum sistem.
7. Entalpi
Entalpi (H)
adalah jumlah total dari semua bentuk energi. Entalpi (H) suatu zat ditentukan
oleh jumlah energi dan semua bentuk energi yang dimiliki zat yang jumlahnya
tidak dapat diukur dan akan tetap konstan selama tidak ada energi yang masuk
atau keluar dari zat. . Misalnya entalpi untuk air dapat
ditulis H H20 (l) dan untuk es ditulis H H20 (s).
Untuk menyatakan kalor reaksi pada
tekanan tetap (qp ) digunakan besaran
yang disebut Entalpi ( H ).
Untuk reaksi kimia :
∆H = Hp – Hr
Hp = entalpi produk
Hr = entalpi reaktan
Reaksi pada tekanan
tetap : qp = ∆H ( perubahan entalpi )
Reaksi pada volume
tetap : qv
= ∆E ( perubahan energi dalam
)
Perubahan
kalor atau entalpi yang terjadi selama proses penerimaan atau pelepasan kalor
dinyatakan dengan ” perubahan entalpi (ΔH) ” .
Harga entalpi zat sebenarnya tidak dapat ditentukan atau diukur. Tetapi ΔH
dapat ditentukan dengan cara mengukur jumlah kalor yang diserap sistem.
Misalnya pada perubahan es menjadi air, yaitu 89 kalori/gram. Pada perubahan es
menjadi air, ΔH adalah positif, karena entalpi hasil perubahan, entalpi air
lebih besar dari pada entalpi es. Pada perubahan kimia selalu terjadi perubahan
entalpi. Besarnya perubahan entalpi adalah sama besar dengan selisih antara
entalpi hasil reaksi dan jumlah entalpi pereaksi.
Setiap
sistem atau zat mempunyai energi yang tersimpan didalamnya. Energi potensial
berkaitan dengan wujud zat, volume, dan tekanan. Energi kinetik ditimbulkan
karena atom – atom dan molekul-molekul dalam zat bergerak secara acak. Jumlah total
dari semua bentuk energi itu disebut entalpi (H) . Entalpi
akan tetap konstan selama tidak ada energi yang masuk atau keluar dari
zat. . Misalnya entalpi untuk air dapat ditulis H H20 (l) dan
untuk es ditulis H H20 (s).
Entalpi
(H) suatu zat ditentukan oleh jumlah energi dan semua bentuk energi yang
dimiliki zat yang jumlahnya tidak dapat diukur. Perubahan kalor atau entalpi
yang terjadi selama proses penerimaan atau pelepasan kalor dinyatakan
dengan ” perubahan entalpi (ΔH) ” . Misalnya pada perubahan
es menjadi air, maka dapat ditulis sebagai berikut:
Δ H = H H20 (l)
- H H20 (s)
Harga
entalpi zat sebenarnya tidak dapat ditentukan atau diukur. Tetapi ΔH dapat
ditentukan dengan cara mengukur jumlah kalor yang diserap sistem. Misalnya pada
perubahan es menjadi air, yaitu 89 kalori/gram. Pada perubahan es menjadi air,
ΔH adalah positif, karena entalpi hasil perubahan, entalpi air lebih besar dari
pada entalpi es.
Termokimia
merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan entalpi yang menyertai
suatu reaksi. Pada perubahan kimia selalu terjadi perubahan entalpi. Besarnya
perubahan entalpi adalah sama besar dengan selisih antara entalpi hasil reaksi
dam jumlah entalpi pereaksi.
Pada
reaksi endoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih besar, sehingga ΔH
positif. Sedangkan pada reaksi eksoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih
kecil, sehingga ΔH negatif. Perubahan entalpi pada suatu reaksi disebut kalor
reaksi. Kalor reaksi untuk reaksi-reaksi yang khas disebut dengan nama yang
khas pula, misalnya kalor pembentukan, kalor penguraian, kalor pembakaran,
kalor pelarutan dan sebagainya.
1. Entalpi Pembentukan Standar (ΔH◦f)
Entalpi
pembentukan standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau
dibebaskan untuk proses pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya yang
stabil pada keadaan standar (STP). Entalpi pembentukan standar diberi simbol
(ΔH◦f), simbol f berasal dari kata formation yang berarti
pembentukan. Contoh unsur-unsur yang stabil pada keadaan standar, yaitu : H2,O2,C,N2,Ag,Cl2,Br2,S,Na,Ca,
dan Hg.
Contoh:
H2(g) + 1/2 O2Ã H2O(l)
ΔH=-286 kJ mol-1
C (grafit) + O2(g) Ã CO2(g)
ΔH=-393 kJ mol-1
K(s) + Mn(s) + 2O2 Ã KMnO4(s)
ΔH=-813 kJ mol-1
Catatan:
- ΔHf elemen stabil
adalah 0
- ΔHf digunakan
untuk memperkirakan stabilitas senyawa dibanding penyusunnya
- Semakin kecil ΔHf, semakin
stabil energi senyawa itu
- ΔHf tidak
mencerminkan laju reaksi (akan dibahas pada bab selanjutnya)
2. Entalpi Penguraian Standar (ΔH◦d)
Entalpi
penguraian standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau
dibebaskan untuk proses penguraian 1 mol senyawa dari unsure-unsurnya yang
stabil pada keadaan standar (STP). Entalpi penguraian standar diberi simbol (ΔH◦d)
simbol d berasal dari kata decomposition yang berarti penguraian.
Menurut
Hukum Laplace, jumlah kalor yang dibebaskan pada pembentukan senyawa dari
unsur-unsurnya sama dengan jumlah kalor yang diperlukan pada penguraian senyawa
tersebut menjadi unsur-unsurnya. Jadi, entalpi penguraian merupakan kebalikan
dari entalpi pembentukan senyawa yang sama. Dengan demikian jumlah kalornya
sama tetapi tandanya berlawanan karena reaksinya berlawanan arah.
Contoh:
H2O(l) -> H2(g)
+ 1/2 O2(g) ΔH=+286 kJ mol-1 (bnd. contoh Hf no.
1)
3. Entalpi Pembakaran Standar (ΔH◦c)
Entalpi
pembakaran standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau
dibebaskan untuk proses pembakaran 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya yang
stabil pada keadaan standar (STP). Entalpi penguraian standar diberi simbol (ΔH◦c)
simbol d berasal dari kata combustion yang berarti pembakaran.
Pembakaran
selalu membebaskan kalor sehingga nilai entalpipembakaran selallu negatif
(eksoterm)
Contoh :
1/2 C2H4(g) + 3/2
O2 -> CO2(g) + H2O(l) ΔH=-705.5 kJ mol-1
Catatan:
- ΔHc selalu negatif, karena panas pasti dilibatkan
- ΔHc bisa digunakan untuk menilai
kandungan energi bahan bakar atau makanan
4. Entalpi Pelarutan Standar (ΔH◦s)
Entalpi
pelarutan standar menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau dibebaskan untuk
melarutkan 1 mol zat pada keadaan standar (STP). Entalpi penguraian standar
diberi simbol (ΔH◦s) simbol s berasal dari kata solvation
yang berarti pelarutan.
Contoh:
- NH3(g) + aq -> NH3(aq)
ΔHs=-35.2 kJ mol-1
- HCl(g) + aq -> H+(aq)
+ Cl-(aq) ΔHs=-72.4 kJ mol-1
- NaCl(s) + aq -> Na+(aq)
+ Cl-(aq) ΔH=+4.0 kJ mol-1
Catatan:
- Jika ΔHs sangat
positif, zat itu tidak larut dalam air
- Jika ΔH negatif, zat itu larut
dalam air
5. Entalpi
Netralisasi Standar
Adalah entalpi yang
terjadi pada penetralan 1 mol asam oleh basa atau 1 mol basa oleh asam pada
keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka
dinotasikan dengan DHn. Satuannya = kJ / mol
6. Entalpi
Penguapan Standar
Adalah entalpi yang
terjadi pada penguapan 1 mol zat dalam fase cair menjadi fase gas pada keadaan
standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan
dengan DHvap. Satuannya = kJ / mol.
7. Entalpi
Peleburan Standar
Adalah entalpi
yang terjadi pada pencairan / peleburan 1 mol zat dalam fase padat menjadi zat
dalam fase cair pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada
keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHfus. Satuannya = kJ / mol.
8. Entalpi
Sublimasi Standar
Adalah entalpi yang
terjadi pada sublimasi 1 mol zat dalam fase padat menjadi zat dalam fase gas
pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar,
maka dinotasikan dengan DHsub. Satuannya = kJ / mol.
8. Kalorimeter
Kalorimetri yaitu
cara penentuan kalor reaksi dengan menggunakan kalorimeter. Perubahan
entalpi adalah perubahan kalor yang diukur pada tekanan konstan, untuk
menentukan perubahan entalpi dilakukan dengan cara yang sama dengan penentuan
perubahan kalor yang dilakukan pada tekanan konstan. Perubahan
kalor pada suatu reaksi dapat diukur melalui pengukuran perubahan suhu yang
terjadi pada reaksi tersebut. Pengukuran perubahan kalor dapat
dilakukan dengan alat yang disebut kalorimeter.
Kalorimeter adalah
suatu sistem terisolasi ( tidak ada perpindahan materi maupun energi dengan
lingkungan di luar kalorimeter ). Kalorimeter
terbagi menjadi dua, yaitu kalorimeter bom dan kalorimeter sederhana. Jika dua
buah zat atau lebih dicampur menjadi satu maka zat yang suhunya tinggi akan
melepaskan kalor sedangkan zat yang suhunya rendah akan menerima kalor, sampai
tercapai kesetimbangan termal.
Menurut
azas Black : Kalor yang dilepas = kalor yang diterima
Rumus yang digunakan adalah :
q = m x c x ∆T
qkalorimeter = C x ∆T
dengan :
q = jumlah kalor ( J )
m = massa zat ( g )
∆T = perubahan suhu ( oC
atau K )
c = kalor jenis ( J /
g.oC ) atau ( J / g. K )
C = kapasitas kalor ( J
/ oC ) atau ( J / K )
Oleh karena tidak ada kalor yang
terbuang ke lingkungan, maka kalor reaksi = kalor yang diserap / dibebaskan
oleh larutan dan kalorimeter, tetapi tandanya berbeda.
qreaksi = - (qlarutan + qkalorimeter )
Beberapa jenis
kalorimeter :
1. Kalorimeter bom
Kalorimeter
bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang
dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih)
suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar atau khusus digunakan untuk menentukan kalor
dari reaksi-reaksi pembakaran. Kalorimeter ini terdiri dari sebuah bom (tempat
berlangsungnya reaksi pembakaran, terbuat dari bahan stainless steel
dan diisi dengan gas oksigen pada tekanan tinggi ) dan sejumlah air yang
dibatasi dengan wadah yang kedap panas. Sejumlah
sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam
medium penyerap kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam terpasang dalam
tabung. Reaksi
pembakaran yang terjadi di dalam bom, akan menghasilkan kalor dan diserap oleh
air dan bom. Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka :
qreaksi = - (qair + qbom )
Jumlah kalor yang diserap oleh air dapat dihitung dengan rumus :
qair = m x c x ∆T
dengan :
m = massa air dalam
kalorimeter ( g )
c = kalor jenis air
dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K )
∆T = perubahan suhu ( oC
atau K )
Jumlah kalor yang diserap oleh bom dapat dihitung dengan rumus :
qbom = Cbom x ∆T
dengan :
Cbom = kapasitas kalor bom ( J
/ oC ) atau ( J / K )
∆T = perubahan suhu ( oC
atau K )
Reaksi yang berlangsung pada
kalorimeter bom berlangsung pada volume tetap (∆V = nol). Oleh karena itu, perubahan kalor yang
terjadi di dalam sistem = perubahan energi dalamnya.
∆E = q + w dimana w
= - P. ∆V (
jika ∆V = nol maka w =
nol )
maka ∆E = qv
Contoh
kalorimeter bom adalah kalorimeter makanan.
2. Kalorimeter Sederhana
Pengukuran kalor
reaksi; selain kalor reaksi pembakaran dapat dilakukan dengan menggunakan
kalorimeter pada tekanan tetap yaitu dengan kalorimeter sederhana yang dibuat
dari gelas stirofoam. Kalorimeter ini biasanya dipakai untuk mengukur kalor
reaksi yang reaksinya berlangsung dalam fase larutan ( misalnya reaksi
netralisasi asam – basa / netralisasi, pelarutan dan pengendapan ).
Pada kalorimeter ini,
kalor reaksi = jumlah kalor yang diserap / dilepaskan larutan sedangkan kalor
yang diserap oleh gelas dan lingkungan; diabaikan.
qreaksi
= - (qlarutan + qkalorimeter )
qkalorimeter = Ckalorimeter x DT
dengan :
Ckalorimeter = kapasitas kalor kalorimeter (
J / oC ) atau ( J / K )
DT = perubahan suhu ( oC
atau K )
Jika harga kapasitas
kalor kalorimeter sangat kecil; maka dapat diabaikan sehingga
perubahan kalor dapat dianggap hanya berakibat pada kenaikan suhu larutan dalam
kalorimeter.
qreaksi = - qlarutan
qlarutan = m x c x DT
dengan :
m = massa larutan dalam
kalorimeter ( g )
c = kalor jenis
larutan dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J/g. K)
DT = perubahan suhu ( oC
atau K )
Pada kalorimeter ini,
reaksi berlangsung pada tekanan tetap (DP = nol ) sehingga
perubahan kalor yang terjadi dalam sistem = perubahan entalpinya.
DH = qp
Contoh
kalorimeter sederhana adalah kalorimeter larutan.
Kalorimeter
larutan adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat
pada reaksi kimia dalam sistem larutan. Pada dasarnya, kalor yang
dibebaskan/diserap menyebabkan perubahan suhu pada kalorimeter. Berdasarkan perubahan suhu per kuantitas
pereaksi kemudian dihitung kalor reaksi dari reaksi sistem larutan tersebut.
Kini kalorimeter larutan dengan ketelitian cukup tinggi dapat diperoleh
dipasaran.
Dalam menentukan entalpi
berlaku persamaan
Qreaksi =
- (Qlarutan + Q kalorimeter )
Q reaksi = - (m.c.∆T +
c.∆T)
Jika
kapasitas kalori dalam kalorimeter diabaikan, maka
Qreaksi =
- (m.c.∆T)
Keterangan :
m = massa zat
(kg)
c = kalor jenis (J/kg⁰C)
c = kalor jenis (J/kg⁰C)
∆t =
perubahan suhu (Celcius)
Sementara
itu, persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan entalpinya disebut persamaan
termokimia.
H2 (g)
+ 1/2 O2 (g) ——> H2O (l) ΔH =
-286 kJ
Pada reaksi endoterm,
sistem menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi sistem akan bertambah. Artinya
entalpi produk (Hp) lebih besar daripada entalpi pereaksi (Hr). Akibatnya,
perubahan entalpi, merupakan selisih antara entalpi produk dengan entalpi
pereaksi (Hp -Hr) bertanda positif. Sehingga perubahan entalpi untuk reaksi endoterm
dapat dinyatakan:
ΔH = Hp- Hr > 0
Reaksi eksoterm , sistem
membebaskan energi, sehingga entalpi sistem akan berkurang, artinya entalpi
produk lebih kecil daripada entalpi pereaksi. Oleh karena itu , perubahan
entalpinya bertanda negatif. Sehingga p dapat dinyatakan sebagai berikut:
ΔH = Hp- Hr < 0
9.
Hukum Hess
Pengukuran perubahan
entalpi suatu reaksi kadangkala tidak dapat ditentukan langsung dengan
kalorimeter, misalnya penentuan perubahan entalpi pembentukan standar (
DHf o )CO.
Reaksi pembakaran karbon
tidak mungkin hanya menghasilkan gas CO saja tanpa disertai terbentuknya gas CO2.
Jadi, bila dilakukan pengukuran perubahan entalpi dari reaksi tersebut; yang
terukur tidak hanya reaksi pembentukan gas CO saja tetapi juga perubahan
entalpi dari reaksi pembentukan gas CO2.
Untuk mengatasi hal
tersebut, Henry Hess melakukan serangkaian percobaan
dan menyimpulkan bahwa perubahan entalpi suatu reaksi
merupakan fungsi keadaan.
Artinya : “ perubahan
entalpi suatu reaksi hanya tergantung pada keadaan awal ( zat-zat pereaksi
) dan keadaan akhir ( zat-zat hasil reaksi ) dari suatu reaksi dan
tidak tergantung pada jalannya reaksi.” Pernyataan ini disebut Hukum
Hess, rumus yang dapat dipakai yaitu ΔHreaksi = ΔH1 +
ΔH2 +….
Menurut
hukum Hess, karena entalpi adalah fungsi keadaan, perubahan entalpi dari suatu
reaksi kimia adalah sama, walaupun langkah-langkah yang digunakan untuk
memperoleh produk berbeda. Dengan kata lain, hanya keadaan awal dan
akhir yang berpengaruh terhadap perubahan entalpi, bukan langkah-langkah yang
dilakukan untuk mencapainya.
Hal ini
menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi dapat dihitung sekalipun tidak dapat
diukur secara langsung. Caranya adalah dengan melakukan operasi aritmatika pada
beberapa persamaan reaksi yang perubahan entalpinya diketahui.
Persamaan-persamaan reaksi tersebut diatur sedemikian rupa sehingga penjumlahan
semua persamaan akan menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Jika suatu
persamaan reaksi dikalikan (atau dibagi) dengan suatu angka, perubahan
entalpinya juga harus dikali (dibagi). Jika persamaan itu dibalik, maka tanda
perubahan entalpi harus dibalik pula (yaitu menjadi -ΔH). Berdasarkan Hukum Hess,
penentuan ∆H dapat dilakukan melalui 3
cara yaitu :
1). Perubahan entalpi (∆H ) suatu reaksi dihitung melalui penjumlahan dari
perubahan entalpi beberapa reaksi yang berhubungan.
2). Perubahan entalpi (∆H ) suatu reaksi dihitung berdasarkan selisih
entalpi pembentukan (∆Hf o )
antara produk dan reaktan.
3). Perubahan entalpi (∆H ) suatu reaksi dihitung berdasarkan data energi
ikatan.
Selain
itu, dengan menggunakan hukum Hess, nilai ΔH juga dapat diketahui dengan
pengurangan entalpi pembentukan produk-produk dikurangi entalpi pembentukan
reaktan.
Konsep
dari hukum Hess juga dapat diperluas untuk menghitung perubahan fungsi keadaan
lainnya, seperti entropi dan energi bebas. Kedua aplikasi ini amat berguna
karena besaran-besaran tersebut sulit atau tidak bisa diukur secara langsung,
sehingga perhitungan dengan hukum Hess digunakan sebagai salah satu cara
menentukannya.
Untuk perubahan entropi:
- ΔSo = Σ(ΔSfoproduk)
- Σ(ΔSforeaktan)
- ΔS = Σ(ΔSoproduk)
- Σ(ΔSoreaktan).
Untuk perubahan energi
bebas:
- ΔGo = Σ(ΔGfoproduk)
- Σ(ΔGforeaktan)
- ΔG = Σ(ΔGoproduk)
- Σ(ΔGoreaktan).
10. Penentuan ΔH
Reaksi
Hukum
Hess menyatakan bahwa perubahan entalpi tidak tergantung pada berapa banyak
tahapan reaksi, tetapi tergantung pada keadaan awal dan akhir. Dengan kata
lain, untuk suatu reaksi keseluruhan tertentu, perubahan entalpi selalu sama,
tak peduli apakah reaksi itu dilaksanakan secara langsung ataukah secara tak
langsung dan lewat tahap-tahap yang berlainan. Rumus yang dapat dipakai yaitu:
1. Penentuan ∆H Reaksi
berdasarkan Eksperimen (Kalorimeter)
Penentuan kalor
reaksi secara kalorimetris merupakan penentuan yang didasarkan atau diukur dari
perubahan suhu larutan dan kalorimeter dengan prinsip perpindahan kalor, yaitu
jumlah kalor yang diberikan sama dengan jumlah kalor yang diserap. Kalorimeter
adalah suatu sistem terisolasi (tidak ada pertukaran materi maupun energi
dengan lingkungan di luar kalorimeter).
Dengan demikian,
semua kalor yang dibebaskan oleh reaksi yang terjadi dalam kalorimeter, kita
dapat menentukan jumlah kalor yang diserap oleh air serta perangkat kalorimeter
berdasarkan rumus:
q.larutan = m c ∆T
q.kalorimeter = C ∆T
q = jumlah kalor
m = massa air (larutan) di dalam
calorimeter
c = kalor jenis air (larutan) di dalam
calorimeter
C = kapasitas kalor dari calorimeter
∆T = kenaikan suhu larutan
(kalorimeter)
Oleh karena tidak ada
kalor yang terbuang ke lingkungan, maka kalor reaksi sama dengan kalor yang
diserap oleh larutan dan kalorimeter, tetapi tandanya berbeda :
qreaksi = -(qlarutan
+ qkalorimeter)
Kalorimeter yang
sering digunakan adalah kalorimeter bom. Kalorimeter bom terdiri dari sebuah
bom (wadah tempatberlangsungnya reaksi pembakaran, biasanya terbuat dari
berlangsungnya reaksi pembakaran, biasanya terbuat dari bahan stainless steel)
dan sejumlah air yang dibatasi dengan wadah kedap panas. Jadi kalor reaksi sama
dengan kalor yang diserap atau dilepaskan larutan, sedangkan kalor yang diserap
atau dilepaskan larutan, sedangkan kalor yang diserap oleh gelas dan lingkungan diabaikan. qreaksi = -qlarutan
2. Penentuan
∆H Reaksi dengan Hukum Hess
Hukum Hess : ” Kalor
reaksi yang dilepas atau diserap hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan
akhir”.
Untuk mengubah zat A
menjadi zat B (produk) diperlukan kalor reaksi sebesar ∆H. Atau cara lain yaitu
mengubah zat A menjadi zat B dengan kalor reaksi ∆H1, zat B diubah menjadi zat
C dengan kalor reaksi ∆H2 dan zat C diubah menjadi zat D dengan kalor reaksi
∆H3 . Sehingga harga perubahan entalpi adalah
∆Hreaksi = ∆H1 + ∆H2
+ ∆H3 .
Contoh Soal :
Diketahui data entalpi reaksi sebagai berikut :
Ca(s) + ½ O2(g) → CaO(s) ∆H = - 635,5 kJ
C(s) + O2(g) → CO2(g) ∆H = - 393,5 kJ
Ca(s) + C(s) + ½ O2(g) → CaCO3(g) ∆H = - 1207,1 kJ
Hitunglah perubahan entalpi reaksi : CaO(s) + CO2(g) → CaCO3(s) !
Penyelesaian :
CaO(s) .............................→ Ca(s) + ½ O2(g) ....∆H = + 635,5 kJ
CO2(g)............................ → C(s) + O2(g) ............∆H = + 393,5 kJ
Ca(s) + C(s) + ½ O2(g) → CaCO3(s)................. ∆H = - 1207,1 kJ
_________________________________________ _
CaO(s) + CO2(g) ...........→ CaCO3(s).................. ∆H = - 178,1 kJ
Diketahui data entalpi reaksi sebagai berikut :
Ca(s) + ½ O2(g) → CaO(s) ∆H = - 635,5 kJ
C(s) + O2(g) → CO2(g) ∆H = - 393,5 kJ
Ca(s) + C(s) + ½ O2(g) → CaCO3(g) ∆H = - 1207,1 kJ
Hitunglah perubahan entalpi reaksi : CaO(s) + CO2(g) → CaCO3(s) !
Penyelesaian :
CaO(s) .............................→ Ca(s) + ½ O2(g) ....∆H = + 635,5 kJ
CO2(g)............................ → C(s) + O2(g) ............∆H = + 393,5 kJ
Ca(s) + C(s) + ½ O2(g) → CaCO3(s)................. ∆H = - 1207,1 kJ
_________________________________________ _
CaO(s) + CO2(g) ...........→ CaCO3(s).................. ∆H = - 178,1 kJ
3. Penentuan
∆H Reaksi Berdasarkan Data Perubahan Entalpi
Pembentukan Standar ( ∆Hof )
Cara lain perhitungan entalpi reaksi
yaitu berdasarkan entalpi pembentukan standar( ∆Hof ) zat-zat yang ada pada
reaksi tersebut.
∆Hreaksi = ∑∆Hof produk - ∑∆Hof
reaktan
TABEL ENTALPI PEMBENTUKAN
BEBERAPA ZAT
Zat
|
∆Hof (
kJ/mol )
|
Zat
|
∆Hof (
kJ/mol )
|
H2(g)
|
0
|
C2H4(g)
|
+ 52,5
|
O2(g)
|
0
|
CCl4(g)
|
- 96,0
|
C(s)
|
0
|
NH3(g)
|
- 45,9
|
H2O(g)
|
- 241,8
|
NO2(g)
|
+ 33,2
|
H2O(l)
|
- 285,8
|
SO2(g)
|
- 296,8
|
CO2(g)
|
- 393,5
|
HCl(g)
|
- 92,3
|
CO(g)
|
-110,5
|
NO(g)
|
+ 90,3
|
Contoh Soal :
Dari tabel entalpi pembentukan diatas, tentukan :
a. ∆H reaksi pembakaran C2H4 !
b. Tentukan jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 56 g gas C2H4
c. Reaksi pembakaran C2H4
C2H4(g) + 3 O2(g)→2CO2(g) + 2H2O(l)
∆H reaksi = ∆Hof hasil reaksi - ∆Hof pereaksi
= ( 2. ∆Hof CO2 + 2. .∆Hof H2O ) – ( 1. ∆HofC2H4 + 3. ∆Hof O2)
= ( 2 . -393,5 + 2. -285,8 ) – ( 1. 52,5 + 3. 0 )
= -787 – 571,6 + 52,5
= - 1306,1 kJ/mol
b. Mr C2H4 = (2x12) + (4x1) = 28
Mol C2H4 = 56/28 = 2 mol
∆H pembakaran 2 mol C2H4 = 2 mol x ( -1306,1 kJ/mol )
= -2612,2 kJ
Jadi pada pembakaran 56 gram gas C2H4 dibebaskan kalor sebesar 2612,2 Kj
4. Penentuan
∆H Reaksi Dari Energi Ikatan
Reaksi kimia antarmolekul dapat dianggap berlangsung dalam 2 tahap yaitu :
a. Pemutusan
ikatan pada pereaksi
b. Pembentukan
ikatan pada produk
Misalnya, pada reaksi antara gas klorin
dengan gas hidrogen membentuk gas hidrogen klorida dapat digambarkan sebagai
berikut :
Sesuai dengan hukum Hess, ∆H reaksi
total adalah ∆H tahap-I + ∆H
tahap-II.
∆H tahap-I = ∑ Energi ikatan pada
pereaksi (yang putus)
∆H tahap-II = -∑ Energi ikatan pada produk (yang terbentuk).
∆H reaksi = ∑ Energi ikatan pereaksi yang putus - ∑ Energi ikatan produk yang terbentuk
= ∑ Eruas kiri - ∑ Eruas kanan
∆H tahap-II = -∑ Energi ikatan pada produk (yang terbentuk).
∆H reaksi = ∑ Energi ikatan pereaksi yang putus - ∑ Energi ikatan produk yang terbentuk
= ∑ Eruas kiri - ∑ Eruas kanan
TABEL ENERGI IKATAN
Ikatan
|
E (kJ/mol)
|
Ikatan
|
E (kJ/mol)
|
H-H
|
436
|
O=O
|
498
|
H-C
|
415
|
C≡N
|
891
|
H-N
|
390
|
F-F
|
160
|
C-C
|
345
|
Cl-Cl
|
243
|
C≡C
|
837
|
H-Cl
|
432
|
C-O
|
350
|
C=C
|
611
|
C=O
|
741
|
I-I
|
150
|
C-Cl
|
330
|
N=N
|
418
|
O-H
|
450
|
C-F
|
485
|
Penyelesaian :
........H
.........l
H – C – O-H + 1 ½ O=O → O=C=O + 2H-O-H
........l
.......H
∆H reaksi = ∑Epemutusan -∑Epembentukan
= { (3.Ec-H)+(
1.EO-H) +(1.EC-O)+ (1 ½ EO=O)} – {(2.EC=O)
+(4.EO-H)}
=
{(3.415)+(1.460)+(1.350)+1 ½.498)} –{(2.741)+(4.460)}
= 2802-3322
= -520 kJ/mol
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James .E.
1999. Kimia Universitas Azas & Struktur Jilid 1, Edisi ke-5.
Jakarta : Binarupa Aksara
Kleinfelter, Wood. 1989.Kimia
Untuk Universitas Jilid 1.ed.6.Jakarta : Erlangga
Rahayu,Nurhayati,dan Jodhi
Pramuji G.2009.Rangkuman Kimia SMA.Jakarta : Gagas Media
Sutresna,Nana. 2007.Cerdas
Belajar Kimia untuk Kelas XI.Jakarta : Grafindo Media Pratama
Kuliah Kimia Dasar I oleh
Pak Umar
free.vlsm.org/v12/sponsor/.../0281%20Fis-1-4d.htm
http://blog.ums.ac.id/vitasari/files/2009/06/kuliah-11_panas-reaksi.pdf
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_kimia/Bab_8
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Hess
http://id.wikipedia.org/wiki/Kalorimeter/
http://www.scribd.com/doc/20100823/Kalorimeter
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_fisika1/termokimia/pengertian-termokimia/
Post a Comment