RENCANA USAHA TANI TOMAT
DI DESA LAPANDEWA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan
jika terjadi pertumbuhan sektor ekonomi yang tinggi dan sekaligus terjadi
perubahan masyarakat dan taraf hidup yang kurang baik menjadi lebih baik. Hal ini terlihat dari peranan sektor
pertanian terhadap penyediaan pangan, penyumbang devisa negara melalui ekspor
dan lain sebagainya (Soekartawi, 1994).
Menurut Rahardi, dkk (1997), kegiatan agribisnis
dimulai dari perencanaan usaha, penyediaan sarana dan prasarana, budidaya tanaman,
penanganan hasil produksi sampai distribusi produk. Oleh karena itu diperlukan
suatu manajemen (pengelolaan) yang dapat mengelola faktor alam, modal, tenaga
kerja dan teknologi dengan faktor sarana prasarana agar dapat saling menunjang.
Salah satu
tujuan utama pembangunan pertanian tanaman pangan adalah swasembada pangan.
Kebijaksanaan swasembada pangan diperluas, tidak hanya bertumpu pada komoditas
beras saja tetapi juga pada komoditas lain yang mengandung karbohidrat,
protein, mineral dan vitamin seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan
bunga-bungaan, seperti halnya komoditas tomat (Soekartawi, 1994).
Buah tomat sebagai salah satu komoditas sayuran
mempunyai prospek pemasaran yang cerah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
buah tomat yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat diantaranya adalah sebagai
sumber vitamin. Buah tomat sangat baik untuk mencegah dan mengobati berbagai
macam penyakit, seperti sariawan karena mengandung vitamin C. Selain sebagai
buah segar yang langsung dapat konsumsi, buah tomat juga dapat digunakan
sebagai bahan penyedap berbagai macam masakan seperti sop, gado-gado, sambal,
dan juga dapat dijadikan bahan industri untuk dikonsumsi dalam bentuk olahan,
misalnya untuk minuman sari buah tomat, es juice tomat, dan konsentrat. Berbagai
macam kegunaan tersebut dapat memberikan keuntungan, baik bagi konsumen,
produsen, maupun masyarakat pada umumnya.
Potensi pasar buah tomat juga dapat dilihat dari segi
harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga membuka peluang
yang lebih besar terhadap serapan pasar (Cahyono,1998).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Sulawesi
Tenggara (2009), produksi tomat pada tahun 2011 sebanyak 3.009 ton dengan luas
panen seluas 40 ha, sementara untuk Desa Lapandewa pada tahun 2011 produksi
tanaman tomat sebanyak 93,58 ton dengan luas panen sekitar 10,56 ha.
Menurut Soeharjo dan Patong (1994), pada beberapa
daerah di Indonesia ,
petani belum mampu mengambil keputusan ekonomis yang menguntungkan. yang
dimaksud adalah kemampuan petani dalam menentukan, mengorganisasikan dan
mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif mungkin agar
produksi pertaniannya memberikan fungsi yang lebih baik dan lebih
menguntungkan.
Desa Lapandewa sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani, selain ubi, jenis tanaman yang diusahakan oleh
petani adalah komoditas tomat, yang hasilnya dijual sebagai sumber pendapatan
keluarga.
B. Perumusan
Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang yang
akan dibahas dalam makalah ini adalah berapa besar biaya produksi dan
pendapatan dalam usahatani tomat di Desa Lapandewa Kabupaten Buton.
C. Tujuan
Adapun tujuan dan penelitian ini adalah untuk mengetahui
besarnya biaya produksi dan pendapatan usahatani tomat Desa Lapandewa Kabupaten
Buton.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Produksi dan Biaya Produksi
Pada
umumnya, produksi yaitu proses kombinasi dan koordinasi material- material dan
kekuatan-kekuatan (input, sumber daya, atau jasa-jasa produksi)
dalam pengolahan suatu barang atau jasa (Beattie-Taylor, 1994). Faktor
produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman
tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Diberbagai literatur,
faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah input, production factor,
dan korbanan produksi (Soekartawi, 2001)
Sukirno (2002), mendefinisikan biaya produksi sebagai
pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor
produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi,
baik secara tunai maupun tidak tunai. Menurut Soekartawi (1993),
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dibedakan menjadi
kelompok, yaitu :
1.
Faktor teknis, seperti lahan pertanian dengan macam dan
tingkat kesuburannya, bibit, varietas, pupuk dan pestisida.
2.
Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga,
tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, resiko ketidakpastian,
kelembagaan, tersedianya kredit dan sebagainya.
Menurut Soedarsono (1995), untuk memperoleh tingkat
produksi optimal agar tercapai tingkat penerimaan yang optimal, produsen
haruslah memperhitungkan jumlah produksi, di mana pada jumlah tersebut
diharapkan penggunaan yang berlebihan akan menurunkan hasil sehingga
optimalisasi penerimaan tidak tercapai. Tingkat optimalisasi penerimaan akan
tercapai bila penggunaan faktor-faktor produksi telah efisien dan harga yang
berlaku dapat menjamin keadaan tersebut, sehingga produksi yang diperoleh
mencerminkan tingkat efisien dan keadaan usahatani tersebut. Menurut Mubyarto
(1994) dalam kegiatan produksi tidak hanya memperhitungkan jumlah produksi
fisik saja, tetapi juga memperhitungkan faktor -faktor produksi yang digunakan
sehingga tercapai produksi yang optimal. Tingkat produksi optimal diperoleh
pada saat keuntungan maksimal, yang terdapat pada tingkat produksi yang
memberikan selisih besar antara penerimaan dengan biaya produksi.
Menurut Hernanto (1996), tujuan berusahatani adalah
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dan pemilihan penggunaan faktor
produksi. Ditambahkan Soekartawi (2003), keuntungan dapat ditingkatkan dengan
cara meminimumkan biaya dengan mempertahankan tingkat penerimaan yang di
peroleh dan meningkatkan total penerimaan dengan mempertahankan total biaya
tetap.
B. Harga
Harga merupakan nilai yang dinyatakan dalam satuan
mata uang atau alat tukar yang lain dengan satu barang tertentu. Harga
merupakan elemen pokok dalam pemesanan karena langsung berhubungan dengan
permintaan hasil total dimana dalam penetapan harga ini dapat berbeda-beda dari
tempat satu ke tempat yang lain (Winardi, 1990). Sedangkan menurut Saladin
(1991), harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk
dan jasa. Mubyarto (1994), mengemukakan bahwa suatu barang mempunyai harga
karena barang tersebut berguna dan jumlahnya terbatas. Harga ditetapkan oleh
interaksi kekuatan permintaan dan penawaran didalam suatu pasar yang
karakteristiknya persaingan sempurna yaitu banyaknya konsumen dan produsen yang
bersaing satu sama lainnya didalam situasi di mana tidak satupun diantara
mereka secara individual cukup penting bisa mempengaruhi salah satu harga yang
dibayar atau kuantitas yang diminta dan ditawarkan (Todaro, 1997).
C. Penerimaan
dan Pendapatan
Penerimaan usahatani adalah hasil penjualan dan
sejumlah produksi tertentu yang diterima atas penyerahan sejumlah barang pada
pihak lain (Boediono, 1992). Di lain pihak, Soedarsono (1992) menyatakan bahwa
jumlah penerimaan total didefinisikan sebagai penerimaan dan penjualan barang
tertentu dikalikan dengan harga jual satuan. Setelah petani menjual hasil
produksinya, maka petani akan menerima sejumlah uang. Penerimaan dirumuskan
dengan :
TR = P.Q
Dimana
: TR = Total Revenue
(Penerimaan Total)
P = Price (Harga)
Q = Quantity (Jumlah Produksi)
Pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang akan
diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu.
Pendapatan terdiri dan upah atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dan
kekayaan seperti sewa, bunga serta pembayaran transfer atau penerimaan dari
pemerintah tunjangan sosial (Samuelson dan Nordhaus, 2003).
Sementara itu, Kadariah (1983), menyatakan bahwa
pendapatan adalah hasil berupa uang atau hasil material lainnya yang berasal
dan pemakaian kekayaan atau dan jasa-jasa manusia yang bebas. Pendapatan
umumnya adalah penerimaan-penerimaan individu atau perusahaan.
1. Pendapatan kotor (gross income)
adalah penerimaan seseorang atau suatu badan usaha selama periode tertentu
sebelum dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran usaha.
2. Pendapatan bersih (net income)
adalah sisa penghasilan dan laba setelah dikurangi semua biaya, pengeluaran dan
penyisihan untuk depresiasi serta kerugian-kerugian yang bisa timbul.
Lebih lanjut Soekartawi (1986) menyebutkan bahwa
pendapatan ada 2 macam :
1.
Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang diperoleh
dengan mempertimbangkan biaya tenaga kerja keluarga.
2.
Pendapatan keluarga adalah pendapatan yang diperoleh
petani dan keluarga tanpa dikurangi dengan biaya tenaga kerja.
Soedarsono (1992), menyatakan pendapatan yang diterima
petani dan hasil produksi adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya
yang dikeluarkan dalam proses produksi, sehingga dapat dirumuskan sebagai
berikut :
I = TR – TC
Dimana :
I = Income (Pendapatan)
TR = Total Revenue (penerimaan Total)
TC = Total Cost (Biaya Total)
R/C rasio adalah merupakan perbandingan antara total
penerimaan dengan total biaya. Sehingga RJC rasio dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Dimana
: TR = Total Revenue (penerimaan total)
TC = Total Cost (Biaya total)
D. Tinjauan
Umum Tanaman Tomat
Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill),
berasal dari daerah Peru
dan Ekuador, kemudian menyebar ke seluruh Amerika, terutama ke wilayah yang
beriklim tropik. Bangsa Eropa dan Asia
mengenal tanaman tomat pada tahun 1523. Namun pada waktu itu tanaman tomat
dianggap sebagai tanaman beracun. dan hanya ditanam sebagai tanaman hias dan
obat kanker. Tanaman tomat di tanam di Indonesia sesudah kedatangan orang
Belanda, hal ini menandakan bahwa tanaman tomat sudah tersebar di seluruh
dunia, baik di daerah tropik maupun subtropik (Cahyono, 1998).
Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur
pendek, artinya umur tanaman hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati.
Tomat sangat bermanfaat bagi tubuh manusia, karena mengandung vitamin dan
mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Dalam buah tomat juga
terdapat zat pembangun jaringan tubuh dan zat yang dapat meningkatkan
energi. Tanaman tomat sangat dikenal masyarakat dan digemari karena rasanya
yang manis-manis asam dapat memberikan kesegaran pada tubuh dan cita rasanya
yang berbeda dengan buah-buahan lainnya. Bahkan kelezatan rasa buah tomat mi
juga dapat menambah cita rasa dan kelezatan berbagai macam masakan. Kegunaannya
sebagai penyedap masakan hanya sedikit, namun ketersediaannya tetap di dambakan
sepanjang masa.
Taksonomi tanaman Tomat adalah: Kingdom: Plantea,
Divisio: Spermathopyta, Kelas: Diccotylledon, Ordo: tubiflorae, Family
Solanaceae, Genus: Lycopersicum, Spesies: Lycopersicum esculenturn mill.
1.
Syarat Tumbuh Tanaman Tomat
Menurut Rukmana (1994), syarat
tumbuh tanaman tomat sebagai berikut :
a.
Keadaan iklim
1)
Suhu
Tanaman tomat tumbuh secara baik bila udaranya sejuk, yaitu suhu pada
malam hari antara 10- 20oC dan pada siang hari antara 18- 29°C.
2)
Curah hujan
Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 750 - 1250
mm/th. Keadaan ini berhubungan erat dengan ketersediaan air tanah bagi tanaman,
terutama di daerah yang tidak beririgasi teknis.
3)
Sinar matahari
Cahaya matahari sangat dibutuhkan dalam proses fisiologi tanaman untuk
membentuk bagian vegetatif tanaman (batang, cabang, dan daun) dan bagian generatif
tanaman (bunga, buah dan biji). Intensitas cahaya matahari yang diperlukan oleh
tanaman tergantung pada fase atau tingkatan pertumbuhan tanaman. Kebutuhan
cahaya matahari sebagai sumber energi fotosintesis juga tergantung lamanya
penyinaran. Penyinaran matahari untuk mendapatkan hasil yang baik adalah
sepanjang hari di tempat yang terbuka (sekitar 8 jam perhari).
4)
Ketinggian tempat
Pertumbuhan tanaman tomat di dataran tinggi lebih baik daripada di
dataran rendah, karena tanaman menerima sinar matahari lebih banyak tetapi suhu
rendah.
b.
Keadaan tanah
Tanaman tomat dapat tumbuh di
segala jenis tanah. Tanah yang ideal adalah tanah lempung berpasir yang subur,
gembur, banyak mengandung bahan organik serta unsur hara, pH 6,0 - 7,0 dan
draenase baik.
2.
Budidaya tanaman tomat
Menurut Cahyono (1998), budidaya tanaman tomat
yaitu:
a.
Persiapan bahan tanaman
Pengadaan benih tomat dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan cara
membeli bibit yang sudah siap tanam atau dengan membuat benih sendiri. Apabila
pengadaan bibit dengan cara membeli, hendaknya membeli pada toko pertanian yang
terpercaya menyediakan benih-benih yang bermutu baik dan telah bersertifikat
b.
Pengolahan tanah
Tomat dapat hidup subur bila
tanahnya gembur. Oleh karena itu, tanah harus dicangkul, ditraktor atau dibajak
lebih dahulu sebelum tomat di tanam. Setelah itu dibuat bedengan dengan
ukuran 100 - 200 cm untuk media tanaman tomat
c.
Pemasangan mulsa plastik hitam perak
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan mulsa adalah, sebelum
pemasangan, bedeng-bedeng yang telah terbentuk sebaiknya diairi terlebih dahulu
sehingga kondisinya lembab. Pemasangan mulsa sebaiknya dilakukan sekitar pukul
09.00-14.00 agar mulsa plastik dapat terpancang kuat, karena pada saat itu
plastik mengalami pemuaian akibat teriknya matahari langsung.
d.
Penanaman
Bibit tomat yang telah berumur kurang lebih 2-3 minggu dan berdaun 3 - 4
helai dapat ditanam pada lahan yang telah disiapkan. Jarak tanam sebaiknya 60 x
40 cm, 60 x 60 cm atau 50 x 50 cm. Dalam satu hektar dapat ditanami sekitar 21
ribu rumpun.
e.
Pemeliharaan
1)
Penyiraman
Penyiraman untuk tanaman tomat sebaiknya diberikan sesuai dengan
kebutuhan hidup sehingga tanaman dapat hidup dan berproduksi secara optimal.
2)
Penyiangan
Penyiangan adalah kegiatan membersihkan atau memberantas rumput-rumput
dan jenis tanaman lain yang mengganggu tanaman yang di budidayakan Gulma yang
tumbuh di areal tanaman tomat harus disiangi agar tidak menjadi pesaing
tanaman.
3)
Pemberian air
Pada umur 21 hari sejak penanaman di kebun, atau kira-kira sudah setinggi
25 cm, tanaman tomat harus diberi air untuk menopang tegaknya tanaman dan
menopang buah. Sebab, tanaman tomat memiliki batang yang kurang kuat sehingga
apabila tidak diberi air akan roboh.
4)
Penyulaman
Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati atau masak. Penyalaman hendaknya dilakukan seminggu setelah
tanaman.
5)
Pemupukan
Jenis pupuk yang dapat
digunakan untuk tanaman tomat adalah pupuk organik (pupuk kandang, kompos dan
pupuk hijau) atau pupuk buatan (pupuk nitrogen (N), Pospor (P), dan Kalium (K).
Pemupukan yang berwawasan lingkungan adalah pemupukan yang dilakukan dengan
memperhatikan waktu, dosis, dan cara penempatannya. Dengan memperhatikan tiga hal tersebut, maka dapat
menghindari pemupukan yang berlebihan.
6)
Pengendalian hama dan
penyakit
Pengendalian hama dan penyakit
yang perlu diterapkan adalah pengendalian secara terpadu yaitu pengendalian
yang memadukan cara biologis, mekanis, dan iklim.
Penggunaan pestisida merupakan
alternatif terakhir untuk memberantas hama dan penyakit.
3.
Pemanenan
Pemetikan buah tomat dapat
dilakukan pada tanaman yang telah berumur 60 - 100 hari setelah tanam atau
tergantung varietasnya. Saat pemetikan buah tomat yang baik adalah pada pagi
atau sore hari dan keadaan cuaca cerah. Cara memetik buah tomat yang sudah
matang cukup dilakukan dengan memutar buah satu per satu.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Budidaya Tomat
Tanaman tomat di Desa
Lapandewa ditanam secara intensif artinya bahwa tomat diusahakan secara
sungguh-sungguh hal ini juga dipengaruhi oleh faktor resiko yang cukup besar
dan iklim yang sudah tidak bisa dibaca secara pasti. Adapun cara-cara budidaya
tanaman tomat yang dilakukan petani di Desa Lapandewa adalah sebagai berikut:
1. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan dilakukan dengan cara dicangkul atau dibajak secara
merata kemudian lahan dibiarkan selama satu minggu untuk mematangkan tanah,
satu minggu setelah pengolahan lahan, dibuatlah bedengan-bedengan untuk media
tanam dengan ukuran lebar bedeng antara 120-130 cm sedangkan panjang bedengan
disesuaikan dengan kondisi lahan. Untuk penggunaan ukuran lebar bedengan
tersebut digunakan oleh seluruh petani yang ada di lokasi penelitian.
2.
Penyemaian
Untuk memudahkan perawatan, biji yang sudah mendapat perlakuan fungisida,
disemaikan dalam wadah yang terbuat dari kotak kayu, polibag, pot bunga dan
sebagainya. Biji disebar merata diatas pesemaian berupa tanah yang bersih
yang sudah diayak dan dicampur dengan pasir bersih serta pupuk kandang (perbandingan
1:1:1). Kemudian ditutup dengan tanah yang dilewatkan melalui sebuah
ayakan, tidak tebal tetapi asal dapat menutup media. Media untuk
pesemaian ini dipilih yang mempunyai aerasi baik, subur dan gembur, maka akar
akan tumbuh lurus dan memudahkasn pemindahan bibit ke polibag pembesaran.
3. Pemupukan Dasar
Pemupukan dasar dilakukan setelah bedengan telah siap. Pupuk dasar yang
digunakan antara lain, kapur, pupuk kandang, ponska, dan KCL. Pupuk
diberikan
secara bersamaan sebelum dilakukan pemasangan rnulsa, untuk luas lahan 0,4 ha
kapur, pupuk kandang, ponska, dan KCL. Pemupukan dilakukan dengan cara ditabur
secara merata di atas bedengan yang kemudian dicangkul kembali dengan halus
agar pupuk yang ditabur dapat tercampur dengan sempurna. Semua responden
di lokasi penelitian menggunakan pupuk kandang, KCl, kapur dan Mutiara,
sedangkan pada pupuk Ponska hanya digunakan 11 responden dan pada pupuk Tensil
Organik hanya digunakan 8 responden.
Cara pemupukan di lokasi penelitian dilakukan secara terus menerus dan
takaran pupuk disesuaikan dengan usia tanamannya. Sebelum menabur pupuk
terlebih dahulu dibuat tanaman itu dengan batang tanaman sebagai pusat
lingkaran. Garis tengah lingkaran selalu berubah-ubah mengikuti
pertumbuhan tajuk tanaman. Dengan demikian, makin bertambahnya usia
tanaman maka makin lebar tajuknya, maka makin besar pula lingkaran yang
mengelilingi tanaman itu untuk menabur pupuk. Sesudah pupuk ditabur
merata di dalam rorakan selanjutnya ditutup kembali dengan tanah.
Mengenai dosis/takaran pemupukan belum ada ketentuannya. Kebanykan
petani scukup melakukan pemupukan secara umum saja, yaitu sekedar memberi pupuk
organik (pupuk kandang) atau pupuk hijau (yang kebetulan tumbuh di sekitar
kebun). Sampai kini, berapa banyak takaran pupuk dan apa yang dibutuhkan
belum ada kepastiannya.
4. Pemasangan Mulsa
Sejalan dengan semakin berkembangnya teknologi budidaya tanaman, telah
diperkenalkan dengan teknik kultur sistem mulsa plastik, terutama MPHP.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di lapangan, sistem pemulsaan ini
berpengaruh baik terhadap peningkatan kuantitas dan kualitas hasil tomat.
Penggunaan mulsa plastik hitam perak sebagai mulsa lebih praktis dibanding
dengan penggunaan sisa-sisa tanaman yang telah mati atau jerami. Penggunaan
mulsa plastik dibanding lebih praktis, karena mudah didapat, mudah
penggunaannya sehingga lebih menghemat biaya pada musim tanam berikutnya. Pemasangan
mulsa dilakukan pada saat bedengan benar-benar sempurna, mulsa yang digunakan
adalah jenis mulsa plastik hitam perak, pemasangan mulsa bertujuan untuk
menjaga tingkat kelembaban media tanam, menekan pertumbuhan gulma, mengurangi
tingkat serangan hama dari penyakit tanaman. Semua responden yang ada di lokasi
penelitian melakukan pemasangan mulsa.
5. Pembuatan lubang tanam
Setelah persiapan lahan pertanaman rampung/selesai pekerjaan selanjutnya
pada areal pertanaman adalah mempersiapkan lubang tanam. Pembuatan lubang
tanam dilakukan satu minggu sebelum penanaman bibit.
Lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan yaitu
60 cm X 80 cm dan alat yang digunakan untuk membuat lubang tanam ada berbagai
jenis. Misalnya kaleng silinder, ataupun alat yng dibuat secara khusus untuk
membut lubang tanam. Jarak tanam harus diatur dengan baik dan jangan
terlalu rapat, karena dapat mengurangi penerimaan sinar matahari. Tanaman
tomat yang kurang menerima sinar matahari akan mengakibatkan proses
fotosintesis tidak dapat berlangsung dengan baik. Jarak yang terlalu
rapat dapat mengakibatkan tingkat kelembaban menjadi tinggi dan persaingan
dalam penyerapan air dan unsur hara pun terjadi. Ukuran ini juga digunakan oleh seluruh responden
di lokasi penelitian.
6. Penanaman
Bibit seharusnya sudah
diseleksi pada temat pembibitan sebelumnya diangkut ke lahan pertanaman.
Bibit tomat adapat dipindahkan ke lahan pertanaman apabila telah berumur antara
30 – 45 hari di pesemaian. Bibit yang terpilih sebaiknya yang
berpenampilan sehat, tumbuh subur dan tegak serta daunnya tidak ada yang rusak.
Bibit dirawat agar terhindar
dari serangan hama dan penyakit. Kesehatan bibit yang sudah terjamin baik
dapat diperhastikan dari petumbuhannya yang normal dan tanaman tampak subur.
Bibit tanaman tomat di tempat
pembibitan itu biasanya dinaungi atau tidak mendapat sinar matahari secara
langsung. Jadi sebelum ditanam di areal pertanaman, bibit itu harus cukup
terbiasa mendapat sinar matahari langsung karena pada areal pertanaman tidak
ada lagi yang dapat menaunginya.
Saat yang terbaik untuk
menanam sayuran tomat adalah tiga hari sesudah lubang tanam dipersiapkan dan
diusahakan pada pagi atau sore hari. Pada saat pagid an sore hari,
keadaan cuaca belum panas sehingga tanaman dapat terhindar dari kelayuan.
Kelayuan dapat terjadi karena tidak adanya keseimbangan antara jumlah air yang
diserap oleh akar tanaman adengan proses transpirasi (penguapan) yang terjadi
pada tanaman itu sendiri. Penanaman tomat pada umumnya ditanam dengan jarak 60
cm X 80 cm dengan jumlah rumpun satu rumpun setiap lubang tanam.
Penanaman dengan jarak ini digunakan oleh seluruh responden yang ada di lokasi
penelitian.
7. Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan untuk mengganti
tanaman yang mati, rusak atau yang pertumbuhannya tidak normal.
Penyulaman tanaman biasanya dilakukan antara 4-7 hari setelah tanam. Penyulaman
dilakukan apabila ada tanaman yang mati atau tumbuh secara abnormal dan bibit
yang digunakan untuk menyulam haruslah berasal dari bibit yang sama dengan
harapan tanaman yang ada tumbuh secara seragam. Untuk perlakuan
penyulaman ada yang 4-7 hari setelah tanam ada juga yang 3 hari karena pada
saat itu sudah dapat terlihat adanya tanaman yang pertumbuhannya tidak
normal. Pertumbuhan yang tidak normal itu dapat terjadi disebabkan oleh
kesalahan pada saat penanaman.
Bibit yang digunakan untuk penyulaman
adalah bibit yang sengaja disisakan atau dibiarkan tumbuh pada lahan pembibitan
sebagai bibit cadangan. Bibibt yang digunakan untuk penyulaman adalah
bibit yang sama umurnya dengan tanaman yang tidak disulam, sehingga pertumbuhan
semua tanaman seragam.
8. Pemasangan ajir/turus
Pemasangan turus berguna untuk menegakkan
tanaman tumbuh. Tanaman tomat yang tingginya kira-kira 25 cm atau sekitar
21 hari sejak ditanam harus diberi ajir/turus atau penunjang. Tanaman
tomat yang memiliki batang yang kurang kuat untuk menopang pertumbuhannya harus
dipasang turus untuk membantu menopang buah. Selain itu, pemberian turus
juga dapat menjadi tempat tanaman merambat vertikal ke atas dan tanaman
mendapatkan pernyinaran sinar matahari yang lebih baik dibandingkan bila
tanaman itu menjalar horizontal diatas tanah.
Turus/ajir atau alat penopang pertumbuhan
tomat ini dapat dibuat dari bahan bambu yang ditancapkan tegak diatas tanah
dekat pada batang tanaman. Untuk menguatkan turus tetap tertancap tegak,
maka setiap turus diikat pada bambu yang dibuat melintang. Konstruksi
turus dapat dibentuk dengan palang segitiga, yaitu posisi turus pada setiap
tanaman dipasang miring sehingga ujung turus dapat disatukan dengan ujung turus
yang berada di depan atau disebelahnya. Konstruksi bangun ini
seperti sangat sesuai bila sistem penanaman dilakukan dengan pola barisan
berganda.
9. Pengikatan dan perempelan
Pengikatan tanaman bertujuan supaya
tanaman dapat tumbuh dengan baik, pengikatan menggunakan tali rafia. Perempelan
tunas-tunas yang tumbuh berlebih penting dilakukan agar tanaman kurang
mendapatkan persaingan unsur hara yang dibutuhkan, dan alat yang digunakan
untuk merempel adalah gunting.
10. Pemupukan susulan
Pemupukan susulan dilakukan dengan metode
kocor. Pupuk yang digunakan adalah jenis pupuk mutiara, pemupukan sistem kocor
dilakukan dengan cara melarutkan pupuk mutiara dengan air dengan dosis yang
telah ditentukan kemudian dikocorkan pada tanaman. Pemupukan diberikan sejak
umur tanaman l5 - 60 HST.
11. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Tomat
Kerusakan
pada suatu tanaman biasa disebabkan oleh faktor biotis, seperti sbangsa jamur,
bakteri, insekta, virus dan gulma. Untuk memberantas jamur digunakan
fungisida, memberantas bakteri digunakan bakterisida dan memberantas insekta
digunakan insektisida. Untuk memberantas virus umumnya masih dilakukan
dengan pencabutan kemudian dimusnahkan, sedangkan untuk memberantas gulma
digunakan herbisida.
a)
Hama
Gurem
Hama
Gurem (Thrips atau Myten) biasanya menyerang daun, bunga dan buah
pada tanaman sayuran tomat. Untuk mengatasi hama gurem ini dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu pembibitan/pesemaian disemprotkan dengan obat Dieldrin dan pada
areal yang tetap atau lahan pertanaman dapat disemprotkan dengan antara copper
fungisida dan Dieldrin.
b)
Ulat Tanah
Ulat
Tanah (Agrotis ipsilon) ini menyerang tanaman sayuran tomat pada bagian
batangnya. Warna ulatnya hitam mengkilat. Untuk pemberantasan hama ulat tanah ini dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Memasang umpan dengan perbandingan bahan campuran 1000 gr dedak : 100 gr
gula dan paris green, dicampur dengan air secukupnya.
2)
Dilakukan penyemprotan seminggu sekali
3)
Secara preventif yaitu menaman jenis tanaman tomat yang resisten serta
tepat pada waktunya.
c)
Hama Cacing
Hama
Cacing (Melodogyna sp.) ini menyerang tanamans ayuran tomat pada bagian
akar, baik itu di lahan pesemaian maupun pada lahan pertanaman.
Pemberantasan hama
cacing ini dapat dilakukan dengan menggunakan Nematisida.
d)
Siput atau Bekicot
Siput
atau bekicot (Achatina fulica) menyerang pada waktu malam hari den
menyerang pada daun tanaman. Cara pemberantasannya dilakukan dengan cara:
1)
Cara mekanik : mencari siput yang menyerang daun kemudian langsung
dibasmi/dibunuh.
2)
Cara kuratif : memberi umpan, yang merupakan campuran antara Metadex
dan bekatul.
3)
Cara preventif : membuat got keliling, dan got tersebut harus ada
airnya.
e)
Hama
Kutu Pucuk
Jenis
kutu ini ada yang berwarna hitam ada juga yang berwarna putih. Kedua
jenis ini menyerang menghisap sari-sari makanan lewat pucuk tanaman secara
bergerombol. Untuk memberantas hama
kutu pucuk ini dapat dilakukan dengan cara-cara penyemprotan dengan Folidol dan
Dieldrin, serta mengadakan rotasi tanaman secara sempurna.
Penyakit
tanaman adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Mikroorganisme tersebut adalah virus, bakteri, protozoa, jamur dan cacang
nematode. Mikroorganisme itu dapat menyerang organ tumbuhan seperti pada
akar, batang, daun atau buah.
a)
Penyakit Jamur Phythophthora infestans
Penyakit
busuk daun pada tanaman sayuran tomat yang disebabkan oleh jamur Phythophthora
infestans biasanya berjangkit pada musim hujan dan dapat menyerang semua
stadia pertumbuhan tanaman tomat sehingga perlindungannya harus dimulai sejak
pindah pada lahan pertanaman.
Kebiasaan
petani penyemprot pestisida secara serampangan menyebabkan timbulnya strain
baru dari Phythophthora infestans yang ditunjukkan adanya kekebalan
jamaur Phythophthora infestans terhadap fungisida tertentu atau dosis
efektif.
Fungisida
yang dapat dianjurkan sebagai elternatif untuk mengendalikan jamur Phythophthora
infestans pada tomat antara lain:
1)
Fungisida protektan Kocide 54WDG
2)
Fungisida sistemik Starmyl 25WP
Fungisida Kocide 54 WDG dan Starmyl 25WP dalam
pemakaiannya dapat dipakai secara bergantian maupun secara bersama-sama
(dicampur), karena kedua fungisida ini sudah teruji efektivitasnya dan tidak
terjadi reaksi yang bersifat saling melemahkan.
b)
Penyakit Layu
Penyakit layu pada tanaman sayuran tomat
disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporium. Penyakit layu ini bisa
menular melalui luka. Untuk menanggulangi penyakit layu dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1)
Tanaman diusahakan agar
jangan sampai terjadi luka.
2)
Benih tanaman didesinfektan
dengan air panas bersuhu 550 C selama 10 – 17 menit.
3)
Tanaman yang terserang
dicabut kemudian dimusnahkan dengan cara membakarnya.
c)
Penyakit Akar
Penyakit akar pada tanaman sayuran tomat
disebabkan oleh bakteri, yaitu Bacterium solanacearum. Bakteri ini
biasanya meneyrang tanaman tanaman yang ditanam di lahan pertanaman yang
berwarna merah. Penanggulangan penyakit akar yang sudah terserang dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Perlu diadakan rotasi tanam
dengan tanaman lain dengan teratur.
2)
Perlu diperhatikan bahwa
adajuga tanaman lain yang mudah terserang oleh penyakit ini misalnya terong,
kentang dan lombok.
3)
Bila ada tanaman yang sudah
terserang segera cabut dan dimusnahkan dengan cara membakarnya.
d)
Penyakit Virus Mozaik
Penyakit mosaic pada tanaman sayuran tomat
disebabkan virus. Penyakit
ini menyerang daun tanaman. Untuk mencegah tanaman terserang penyakit
virus ini adalah dengan cara menanam tanaman tomat tidak pada musim
penghujan. Bila tanaman sudah sempat terserang penyakit virus ini,
segeralah dicabut kemudian dimusnahkan dengan cara membakarnya.
e)
Penyakit Bakteri Xanthomonas
solanacearum
Penyakit bakteri yang menyerang tanaman
sayuran tomat adalah Xanthomonas solanacearum. Tanaman sayuran
tomat yang sudah sempat terserang penyakit bakteri ini dapat ditanggulangi
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Mengadakan rotasi tanaman
dengan tanaman yang bukan merupakan familinya.
2)
Dianjurkan untuk menanam
jenis yang resisten.
3)
Tanaman yang sakit segera
dicabut dan dimusnahkan.
f)
Penyakit Bengkak Akar
Penyakit bengkak akar pada tanaman sayuran
tomat disebabkan oleh nematoda Meloidogynesp. Kebanyakan nematode
hidup didalam tanah dikelilingi oleh jamur, bakteri atau virus yang banyak
diantara jenisnya dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan.
Pengendalian secara kimiawi masih
diperlukan untuk melindungi tanaman tomat dari serabngan nematoda bengkak akar,
terutama bila metode pengendalian yang lain kurang efektif menekan populasi
nematoda. Salah satu jenis nematoda yang efektif menurunkan keganasan
serangan nematoda parasitik ini adalah corbofuran.
Untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pemakaian nematisida, maka perlu dilakukan optimalisasi kondisi
lingkungan tanah yang mendukung aksi kerja bahan aktif nematisida.
Caranya adalah dengan pengaturan pengairan.
g)
Busuk Ujung Buah Tomat
Sistem pertanian intensif yang disertai
pemupukan tidak berimbang sering menyebabkan gejala penyakit fisiologis akibat
kekurangan unsur hara tertentu. Salah satu diantaranya yang sering
ditemukan pada tanaman tomat adalah busuk ujung buah. Penyakit ini sangat
merugikan petani tomat karena dapat menggagalkan panen. Kalaupun bisa,
kualitas buah akan sangat menurun, sehingga sulit dipasarkan.
Untuk mengatasi serangan penyakit
fisiologis ini dianjurkan memilih varietas tomat yang tahan, misalnya saja
tomat hibrida varietas kada. Namun akan lebih baik lagi bila
anjuran-anjuran berikut ini dapat dilakukan:
1)
Lakukan pengapuran tanah pada
saat pengolahan tanah, terutama lahan yang mudah kekurangan Ca atau pH-nya
rendah.
2)
Lakukan pemupukan berimbang
sesuai anjuran (rekomendasi) setempat. Hindari pemupukan nitrogen dan
kalium yang berlebihan, karena dapat mempengaruhi penyerapan unsur Ca.
3)
Pengairan (penyiraman) harus
merata, jangan membiarkan tanah terlalu basah atau kekeringan.
4)
Bila ditemukan ada gejala
awal kurang Ca, segera semprot dengan CaCl2 pada seluruh permukaan
daun 5 – 7 hari sekali secara berulang-ulang sampai sembuh.
5)
Buah tomat yang terserang
segera dikumpulkan dan dibuang.
Dalam dunia pertanian, nama lain dengan
istilah yang populer untuk rumput pengganggu tanaman budidaya adalah
gulma. Di sawah, ladang, huma, kebun atau lahan pertanaman lainnya banyak
sekali jenis rumput yang mengganggu tanaman pokok. Jadi, gulma adalah
tanaman liar yang mengganggu pertumbuhan tanaman yang diusahakan manusia
sehingga manusia berusaha untuk mengatasi.
Gulma perlu diberantas karena sangat
mengganggu tanaman adan mengambil makan (zat hara) dari dalam tanah yang
mengakibatkan penderitaan pada tumbuhan pokok dan juga mengakibatkan turunnya
hasil pertanian yang dibudidayakan. Selain itu juga dapat merugikan manusia
karena sebagian gulma ada yang mengandung racun.
Penyiangan pertama sebaiknya dilakukan
pada saat tanamn sayuran tomat berumur 2 minggu. Penyiangan ini dapat
dilakukan dua kali. Tujuannya adalah menghilangkan gulma-gulma yang
menjadi saingan dalam mencari zat makanan dari dalam tanah. Selain itu
juga bertujuan menggemburkan tanah. Penyiangan selanjutnya dapat
dilakukan pada saat umur tanaman sudah sekitar 5 minggu.
12. Panen
Penentuan panen sangat mempengaruhi mutu
dan harga tomat saat di pasarkan. Pemanenan secara periodik dilakukan 2
atau 3 kali sepekan bergantung pada keadaan buah yang matang.
Adapun ciri buah tomat dalam proses
perubahan warna buah tomat:
Panen Tomat Warna Hijau : Panen dilakukan
pada saat seluruh permukaan buah berwarna hijau, mungkin hijau cerah atau hijau
pekat. Di sekitar biji terdapat lendir dan jika buah dipotong bijinya
menyamping atau dengan kata lain tidak terpotong.
Panen Tomat Warna Gading : Panen dilakukan
pada saat tomat berwarna gading mulai muncul di ujung buah. Perubahan
warna tidak lebih dari 10%. Permukaan buah berubah kekuningan, jingga
atau merah dan selebihnya hijau.
Panen Tomat Warna Kuning : Panen dilakukan
pada saat warna tomat mulai berubah dari warna hijau menjadi kuning, oranye
atau merah.
Panen Tomat Merah Muda : Panen dilakukaan
pada saat buah berwarna merah muda atau setengah masak. Warna hijau pada
tomat hampir sama dengan kuning, oranye atau merah.
Panen Tomat Merah : Panen dilakukan pada
saat buah berwarna merah atau buah masak, permukaan buah lebih banyak berwarna
kuning, oranye, jingga atau merah. Warna hijau berangsur berkurang hanya
sekilas.
Bersamaan dengan proses pematangan
tersebut, kandungan klorofil, vitamin C dan kekerasan menurun. Sebaliknya
kandungan lycopene dan etilen jstru meningkat. Perubahan
kimia selama proses kematangan buah meliputi warna dari hijau jke merah,
karbiohidrat dari pati menjadi gula dan asam organik yang kian menurun.
Disamping itu, protein dan pembebasan asam amino meningkat diikuti kerusakan
jaringan sel serta perubahan aroma.
Pemanenan tomat dilakukan mulai tanaman
berumur 70 HST panen pertama sampai panen ke 9 dengan selang panen 3-4 hari
setelah panen. Tanaman tomat pada umumnya mempunyai masa panen antara 8-9 kali
setelah itu terjadi penurunan hasil secara drastis.
12. Pemasaran hasil
Penanganan hasil panen adalah suatu
rangkaian kegiatan yang dimulai dari pengumpulan hasil panen sampai pada tahap
siap untuk dipasarkan. Penanganan hasil panen harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati karena
sangat menentukan mutu akhir buah. Pemasaran hasil tanaman tomat di Desa Lapandewa pada umumnya petani menjual
langsung ke tengkulak yang kemudian tengkulak membawa dan menjualnya di
pasar-pasar terdekat yang ada.
B. Faktor Produksi dan Produksi Tomat
1. Penggunaan Faktor Produksi
Faktor produksi adalah
sesuatu yang ditambahkan dalam proses produksi atau segala sesuatu yang
dipergunakan untuk produksi (Rosyidi, 2001). Adapun faktor-faktor produksi yang
diperhitungkan dalam penelitian ini yaitu: sarana produksi (benih, pupuk,
pestisida) dan tenaga kerja.
Biaya produksi adalah
nilai dari semua faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan usahatani tomat
yang terdiri dari biaya variabel yaitu biaya sarana produksi untuk benih,
pupuk, pestisida dan tenaga kerja, sedangkan biaya tetap adalah biaya
penyusutan.
2. Biaya sarana produksi (Biaya Variabel)
Benih yang digunakan oleh petani responden
di Desa Lapandewa adalah jenis Benih Lentana. Jumlah benih yang digunakan oleh
15 responden adalah sebanyak 363,00 grammt-1dengan rata-rata jumlah
benih per responden adalah sebanyak 24,20 grammt-1 dengan rata-rata
harga gram-1 yaitu Rp 20.000,00 . Jadi jumlah biaya benih yang
digunakan 15 responden adalah Rp 7.260.000 mt-1dengan rata-rata -
rata per responden Rp 484.000 mt-1 responden-1 dan jumlah
biaya benih
Rp
32.351.282,05 ha-1 dengan rata-rata per responden Rp 2.156.752,14
(Lampiran 3).
b. Pupuk
Pupuk yang digunakan petani tomat adalah
Pupuk kandang, KCl, Ponska, Kapur, Mutiara dan Tensil Organik. Dalam
penelitian ini, tidak semua jenis pupuk digunakan oleh petani responden dalam
kegiatan usaha taninya.
Jumlah Pupuk kandang yang digunakan oleh
15 responden adalah 12.400 kg mt-1 dengan rata-rata per responden
826,67 kg mt-1 responden-1 dengan harga rata-rata Rp 500
kg-1 dan jumlah biaya pupuk kandang adalah Rp 6.200.000 mt-1
dengan rata-rata per responden Rp 413.333,33 mt-1.
Jumlah Pupuk KCl yang digunakan oleh 15
reponden adalah 1.260 kg mt-1 dengan rata-rata per responden
84,00 kg mt-1 responden-1 dengan harga rata-rata
Rp. 4.000 kg-1 mt-1 dan jumlah biaya pupuk KCL
adalah Rp 5.040.000 mt-1 dengan rata-rata per responden Rp
336.000,00 mt-1.
Jumlah Pupuk Phonska yang digunakan oleh
15 reponden adalah 2.480 kg mt-1
dengan rata-rata per responden 165,33 kg mt-1 responden-1
dengan harga rata-rata Rp 1.750 kg-1mt-1 dan jumlah biaya pupuk urea adalah
Rp
4.340.000 mt-1 dengan rata-rata per responden Rp 394.545,45 mt-1.
Jumlah Kapur yang
digunakan oleh 15 responden adalah 6.260 kg mt-1 dengan rata-rata per
responden 417,33 kg mt-1responden-1 dengan harga rata-rata Rp 600
kg-1mt-1 dan jumlah biaya pupuk kapur
adalah Rp 3.756.000 mt-1 dengan rata-rata per
responden Rp 250.400 mt-1.
Jumlah Pupuk Mutiara
yang digunakan oleh 15 responden adalah 1.240 kg mt-1 dengan rata-rata per responden 82,67 kg mt-1responden-1 dengan harga rata-rata Rp
10.000 sak-1mt-1 dan jumlah biaya pupuk
mutiara adalah Rp
12.400.000 mt-1 dengan rata-rata per responden Rp 826.666,67 mt-1.
Jumlah Pupuk Tensil
Organik yang digunakan oleh 15 responden adalah 64 Lmt-1 dengan rata-rata per responden
8 Lmt-1responden-1 dengan harga rata-rata Rp
90.000 L-1mt-1 dan jumlah biaya pupuk Tensil
Organik adalah Rp.5.760.000 mt-1 dengan rata-rata per responden Rp
384.000 mt-1.
Total biaya pupuk
adalah Rp 15.580.000 mt-1 dengan rata-rata per responden adalah Rp
1.038.666,67 mt-1 dan total biaya pupuk
per hektar adalah Rp.70.926.549,15 dan rata-rata per responden adalah Rp
4.72.436,61. (Lampiran 4 dan 5).
Pestisida yang
digunakan petani tomat adalah Agrinek, Gramoxon, Antracol, Biotonik dan
Furadan. Dalam penelitian ini, tidak semua jenis pestisida digunakan oleh
petani responden dalam kegiatan usahataninya.
Jumlah Agrinek yang
digunakan oleh 15 responden adalah 5,96 Lmt-1 dengan rata-rata per
responden 0,40 Lmt-1responden-1 dengan harga rata-rata
Rp.140.000 L-1mt-1 dan jumlah biaya pestisida Agrinek
adalah Rp 834.400 mt-1 dengan rata-rata per responden Rp 55.626,67
mt-1.
Jumlah Gramoxol yang
digunakan oleh 15 responden adalah 13,50 Lmt-1 dengan rata-rata per
responden 0,90 Lmt-1responden-1 dengan harga rata-rata
Rp.50.000 L-1mt-1 dan jumlah biaya pestisida Gramoxon
adalah Rp 675.000 mt-1 dengan rata-rata per responden Rp 75.000 mt-1.
Jumlah Antracol yang
digunakan oleh 15 responden adalah 13 Lmt-1 dengan rata-rata per
responden 0,87 Lmt-1responden-1 dengan harga rata-rata
Rp.90.000 L-1mt-1 dan jumlah biaya pestisida Antracol
adalah Rp 1.170.000 mt-1 dengan rata-rata per responden Rp 90.000 mt-1.
Jumlah Biotonik yang
digunakan oleh 15 responden adalah 16,50 Lmt-1 dengan rata-rata per
responden 1,10 Lmt-1responden-1 dengan harga rata-rata
Rp.40.000 L-1mt-1 dan jumlah biaya pestisida Biotonik
adalah Rp 660.000 mt-1 dengan rata-rata per responden Rp 73.333,33
mt-1.
Jumlah Furadan yang
digunakan oleh 15 responden adalah 275 kgmt-1 dengan rata-rata per
responden 68,75 kg mt-1responden-1 dengan harga rata-rata
Rp 1.200 kg-1mt-1 dan jumlah biaya pestisida Furadan
adalah Rp 330.000 mt-1 dengan rata-rata per responden Rp 82.500 mt-1.
Total biaya pestisida
adalah Rp 3.669.400,00 mt-1 dengan rata-rata per responden adalah Rp
244.626,67,00 mt-1 dan total biaya pestisida per hektar adalah Rp
16.411.581,20 dan rata-rata per responden adalah Rp 1.094.105,41 (Lampiran 6
dan 7).
d. Tenaga
Kerja
Tenaga Kerja yang
digunakan petani tomat adalah untuk pengolahan lahan, persemaian, penanaman,
pemupukan, penyiangan, pemasangan ajir, pengendalian HPT dan panen. Tenaga
kerja yang digunakan adalah tenaga kerja pria dan wanita dalam usia produktif
(15 - 64 tahun).
Jumlah tenaga kerja pada proses pengolahan
lahan yang digunakan oleh 15 reponden adalah 205 HOK dengan rata-rata per
responden 13,67 HOKmt-1 dengan upah rata-rata Rp 50.000 HOK-1mt-1.
Jumlah tenaga kerja
pada proses persemaian yang digunakan oleh 15 reponden adalah 15,50 HOK dengan
rata-rata per responden 1,03 HOKmt-1dengan upah rata-rata Rp 50.000
HOK-1.
Jumlah tenaga kerja
pada proses penanaman yang digunakan oleh 15 reponden adalah 35 HOK dengan
rata-rata per responden 2,33 HOKmt-1 dengan upah rata-rata Rp
50.000 HOK-1mt-1.
Jumlah tenaga kerja
pada proses pemupukan yang digunakan oleh 15 reponden adalah 93 HOK dengan
rata-rata per responden 6,20 HOKmt-1 dengan upah rata-rata Rp 50.000
HOK-1mt-1.
Jumlah tenaga kerja
pada proses pemasangan ajir yang digunakan oleh 15 reponden adalah 59 HOK
dengan rata-rata per responden 3,93 HOKmt-1 dengan upah rata-rata Rp
50.000 HOK-1mt-1.
Jumlah tenaga kerja.pada
proses pengendalian HPT yang digunakan oleh 15 reponden adalah 94 HOK dengan
rata-rata per responden 6,27 HOKmt-1 dengan upah rata-rata Rp 50.000
HOK-1mt-1.
Jumlah tenaga kerja
pada proses panen yang digunakan oleh 15 reponden adalah 117 HOK dengan
rata-rata per responden 7,80 HOKmt-1dengan upah rata-rata Rp 50.000
HOK-1mt-1.
Total biaya tenaga
kerja adalah Rp 39.625.000 mt-1 dengan rata-rata per responden
adalah Rp 2.641.666,67 mt-1 dan total biaya tenaga kerja per hektar
adalah Rp 222.740.811,97 dan rata-rata per responden adalah Rp 14.849.387,46 (
Lampiran 8 dan 9).
e. Penyusutan
Alat
Alat-alat pertanian
yang digunakan petani tomat adalah cangkul, arit, handsprayer, parang, gembor
dan mulsa.
Jumlah cangkul yang
digunakan oleh 15 responden adalah 36 buah dengan rata-rata penggunaan per
responden 2,40 buah dengan rata-rata umur teknis 3,93 tahun dan rata-rata harga
cangkul Rp 65.000 . Jumlah biaya penyusutan alat cangkul adalah Rp 659.500 mt-1
dengan rata-rata per responden adalah Rp 43.966,67.
Jumlah arit yang
digunakan oleh 15 reponden adalah 35 buah dengan rata-rata penggunaan per
responden 2,33 buah dengan rata-rata umur teknis 2,40 tahun dan rata-rata harga
arit Rp 45.000. Jumlah biaya penyusutan alat arit adalah Rp 725.833,33 mt-1
dengan rata-rata per responden adalah Rp 48.388,89.
Jumlah handsprayer
yang digunakan oleh 15 reponden adalah 25 buah dengan rata-rata penggunaan per
responden 1,67 buah dengan rata-rata umur teknis 5,27 tahun dan rata-rata
harga handsprayer Rp 213.800. Jumlah biaya penyusutan alat handsprayer
adalah Rp 1.058.500 mt-1 dengan rata-rata per responden adalah Rp
70.566,67.
Jumlah parang yang
digunakan oleh 15 reponden adalah 22 buah dengan rata-rata penggunaan per
responden 1,47 buah dengan rata-rata umur teknis 2,67 tahun dan rata-rata harga
parang Rp 34.667,67. Jumlah biaya penyusutan alat parang adalah Rp 351.166,67
mt-1 dengan rata-rata per responden adalah Rp 23.411,11..
Jumlah gembor yang
digunakan oleh 15 reponden adalah 10 buah dengan rata-rata penggunaan per
responden 1,11 buah dengan rata-rata umur teknis 4,67 tahun dan rata-rata harga
gembor Rp 35.000. Jumlah biaya penyusutan alat gembor adalah Rp 75.250 mt-1
dengan rata-rata per responden adalah Rp 8.361,11.
Jumlah mulsa yang
digunakan oleh 15 reponden adalah 36 rol dengan rata-rata penggunaan per
responden 2,40 rol dengan rata-rata umur teknis 1,50 tahun dan rata-rata harga
mulsa Rp 400.000 rol-1 . Jumlah biaya penyusutan alat parang adalah
Rp 9.600.000 mt-1 dengan rata-rata per responden adalah Rp 640.000.
Total biaya penyusutan
alat adalah Rp 12.470.250 mt-1 dengan rata-rata per responden
adalah Rp 831.350 mt-1 dan total biaya penyusutan alat per hektar
adalah Rp 60.614.730,77 dan rata-rata per responden adalah Rp 4.040.982,05.
f. Biaya
Lain-lain
Biaya lain-lain disini
meliputi biaya sewa traktor, biaya sewa lahan, biaya ajir dan biaya tali ikat.
Jumlah biaya sewa traktor yang hanya digunakan 1 responden adalah Rp 1.100.000
ha-1 dan biaya sewa traktor per musim tanam adalah Rp 550.000,00
dengan rata-rata per responden Rp 550.000,00. Jumlah biaya ajir yang digunakan
15 responden adalah Rp 55.726.923,08 ha-1 dengan rata- rata per
responden Rp 3.715.128,21 ha-1 dan biaya ajir per musim tanam adalah
Rp 12.100.000 mt-1 dengan rata-rata per responden Rp 806.666,67 mt-1.
Jumlah biaya tali ikat yang digunakan 15 responden adalah Rp 4.356.581,20
ha-1 dengan rata- rata per responden Rp 290.438 ha-1 dan
biaya tali ikat per musim tanam adalah Rp 960.000 mt-1 dengan
rata-rata per responde Rp. 64.000 mt-1 Jumlah biaya sewa lahan yang
digunakan 15 responden adalah Rp 4.511.111,11 ha-1 dengan rata-rata
per responden Rp 300.740,74 ha-1 dan biaya sewa lahan per musim tanam
adalah Rp 1.050.000 mta-1 dengan rata-rata per responden Rp 70.000 mt-1.
Total biaya lain-lain adalah Rp.
65.694.615,38 ha-1 dengan rata-rata per responden adalah Rp.
4.379.641,03 dan total biaya lain-lain per musim tanam adalah Rp.14.660.000
dengan rata-rata per responden Rp 977.333,33. (Lampiran 12).
Jadi total biaya
produksi yang dikeluarkan 15 responden selama musim tanam adalah Rp
93.264.651,25 dengan rata-rata per responden adalah Rp.6.217.643,42 dan biaya
produksi yang dikeluarkan per hektar adalah Rp.468.739.575,51 dengan rata-rata
per responden adalah Rp 31.249.305,03. (Lampiran 13).
3. Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan
Berdasarkan hasil
pengamatan terhadap 15 Responden diperoleh produksi tomat untuk satu musim
tanam berkisar antara 36.850 kg, dengan rata-rata 2.456,67 kg-1responden-1. Harga penjualan Rp 6.000 kg.
Penerimaan yang
diperoleh 15 responden adalah Rp 221.100.000 mt-1 dengan rata-rata sebesar Rp 14.740.000 responden-1 mt-1 atau Rp. 1.004.687.179,49 ha-1 dengan
rata-rata per responden Rp 66.979.145,30 ha-1.
Sedangkan pendapatan
yang diterima oleh 15 responden adalah Rp. 127.835.348,75 dengan rata-rata
sebesar Rp 8.522,356,58 responden-1mt-1 atau Rp 535.947.603,97 ha-1 dengan rata-rata Rp 35.729.840,26 responden-1 ha-1 secara rinci dapat dilihat pada
Tabel 8 dan lebih rinci pada Lampiran 14.
RC ratio yang didapat
berkisar antara 1,26 sampai dengan 2,93 yang menunjukkan bahwa RC ratio
bernilai lebih besar daripada 1 maka dapat dikatakan bahwa usahatani yang
dilakukan di Desa Lapandewa tersebut adalah menguntungkan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Diketahui bahwa jumlah
biaya produksi usahatani tomat per musim tanam di Desa Lapandewa adalah Rp
93.264.651,25 dengan rata-rata per petani Rp 6.217.643,42 dan jumlah biaya
produksi per musim tanam per hektar adalah Rp 468.739.575,51 dengan rata-rata
per petani Rp 31.249.350,03. Biaya produksi terdiri dari rata-rata biaya benih
per petani Rp 484.000,00, rata-rata biaya pupuk per petani Rp 1.038.666,67,
rata-rata biaya pestisida per petani Rp 244.754,67, rata-rata biaya tenaga
kerja Rp 2.641.666,67, rata-rata biaya penyusutan alat per petani Rp 831.350,00
dan rata-rata biaya lain-lain per petani Rp 977.333,33.
2. Diketahui bahwa
rata-rata produksi per petani petani tomat di Desa Lapandewa adaIah 2.456,67
kgmt-1, dengan harga jual
rata-rata Rp 6.000kg-1, penerimaan rata-rata per petani per musim tanam adalah Rp.
14.740.000 dan penerimaan rata-rata per hektar adalah Rp 66.979.145,49 serta
pendapatan rata-rata per petani per musim tanam Rp 8.522.356,58 dengan
rata-rata pendapatan per petani per hektar Rp 35.729.840,26.
3. Diketahui bahwa nilai
R/C yang telah dianalisis didapat nilai R/C yang lebih besar dari nilai 1 maka
berarti bahwa usahatani tomat yang diusahakan di Desa Lapandewa tersebut adalah
menguntungkan.
B.
Saran
1. Kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota dapat lebih memperhatikan petani dalam mendapatkan benih dan
pupuk yang berkualitas tinggi supaya bisa mendapatkan hasil yang lebih besar.
2. Prasarana jalan yang
rusak yang selalu menghambat perjalanan hasil produksi menjadi lambat supaya
bisa diperbaiki dengan begitu pemasaran tomat ke sentra pemasaran dapat sampai
dengan tepat waktu, karena tomat adalah tanaman buah yang cepat busuk.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B. 1998. Tomat
Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta.
Kadariah. 1983. Teori
Ekonomi Mikro. Fakultas Ekonomi, UI.
Rahardi, F. Y. H. Indriani
dan Haryono. 1997. Agribisnis Tanam Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Muhyarto. 1994. Pengantar
Ekonomi Pertanian. Edisi 3. LP3ES, Jakarta.
Rukmana, R. 1994. Tomat
dan Cherry. Kanisius,
Jakarta.
Samuelson, P. A dan W. D
Nordhaus. 2003. Ekonomi Mikro. Edisi 14. Erlangga, Jakarta.
Soedarsono. 1992. Pengantar
Ekonomi Mikro. Edisi Perisi. LP3ES, Jakarta.
Post a Comment